Chapter 77 - Teaser

Hai para readers,

Sebenarnya sekarang saya sedang liburan le luar negeri bersama keluarga. Jadi mungkin mulai sekarang akan sangat sangat slow update. Tetap diusahakan up tiap hari tapi ga janji.

Nah mungkin kalian uda kangen berat sama Vincent (sebenarnya author sendiri sih yang kangen), sudah ga muncul2 setelah 9 bab berjalan (mungkin akan muncul setelah 5 bab lagi, ga tahu juga dan ga janji. Bisa lebih dari 5 bab 😅😅), jadi untuk menyembuhkan rasa kangen kita bersama2, saya kasih nih sedikit spoiler adegan saat Vincent dan Cathy bertemu.

Sebenarnya juga buat si author tambah semangat untuk terus mengetik 🤣🤣🤣🤣🤣

(Authornya uda kangen berat ma Vincent sih, jadi agak malas mengetik kalau tidak ada Vincent di dalamnya; apalagi saya sedang liburan 😋😋😋 . Rasanya ingin langsung memunculkan Vincent bim salabim muncul.. tapi pasti aneh deh dan ga nyambung ceritanya 😅😅😅) Sabar..sabar..

Semoga bisa mengurangi rasa kangennya n selamat membaca!

~~~~~♡♡♡~~~~~~

Cathy bangun dan merenggangkan otot-otot tubuhnya... masih dengan mata terpejam. Dia teringat kejadian kemarin malam dan senyumannya melebar. Tangannya terlentang ke samping sambil mengusap-usap matras yang kosong.

Cathy membuka matanya dan mengerjap bingung. Dia bangkit berdiri dan keluar dari kamarnya hanya untuk melihat ruangan kosong dengan tidak ada satupun disana. Dia melihat botol-botol minuman serta piring kotor masih berserakan di atas meja makan. Kemudian dia mendengar seseorang mendengkur yang ternyata ada orang yang baru dikenalnya kemarin sedang tertidur dengan pose yang tidak beraturan di lantai.

Tubuhnya pasti akan kesakitan begitu bangun nanti. Pikir Cathy.

Cathy mengintip ke beberapa tempat dan tidak menemukan tanda-tanda pergerakan manusia. Sepertinya belum ada yang bangun di jam... Jam berapa sekarang? Cathy melirik ke arah jam dinding yang ternyata masih menunjukkan jam lima pagi.

Akhirnya Cathy memutuskan kembali ke kamarnya untuk mengambil ponselnya dan menghubungi seseorang. Tepat saat dia hendak mencari sebuah nama dia mendengar suara air dari kamar mandi. Barulah dia mengerti orang yang dicarinya sedang mandi.

Jadi Cathy kembali duduk di ranjang menyelimuti kakinya dengan selimut, karena tiba-tiba saja dia merasa kedinginan. Kemudian dia bermain game di smartphone barunya sambil menunggu.

Entah berapa lama dia menunggu hingga pintu kamar mandi terbuka. Cathy segera menghentikan gamenya untuk menyapa orang yang baru keluar dari kamar mandi.

Namun ucapannya tidak jadi dikeluarkan saat melihat otot-otot kekar serta enam kotak pada perut pria itu, kemudian pria itu berbalik dan dia melihat dengan jelas punggung seorang pria yang lebar dan kokoh. Entah kenapa orang itu tampak terlihat seksi dan menggiurkan sehabis mandi membuatnya menelan ludah dengan gugup.

Untungnya pria itu tidak melihatnya karena dia sedang sibuk mengelap rambutnya yang basah dengan handuk. Sebagian besar wajah pria itu tertutup oleh handuk sehingga orang itu tidak menyadari bahwa Cathy telah bangun dan tengah memandanginya. Pria itu bertelanjang dada dan berbalut handuk menutupi bagian bawahnya membuat Cathy tidak bisa memalingkan pandangannya.

Pandangan Cathy seakan tertarik seperti magnet dan mengikuti tiap gerak-gerik tubuh maskulin dihadapannya.

Kini pria itu memunggunginya masih mengelap rambutnya dengan sebelah tangan sementara tangan lain mengecek ponselnya. Tiba-tiba tangan pria itu berhenti dan berbicara tanpa membalikkan tubuhnya.

"Apa kau sudah puas memandangiku?"

Cathy terkesiap mendengarnya dan langsung berbaring berpura-pura tidur. Dia yakin orang itu belum melihatnya bangun karena itu dia hanya bisa berpura-pura kembali tidur dan tidak lupa menyembunyikan seluruh kepalanya dibawah selimut tebal.

"Aku tahu kau sama sekali tidak tidur, Cath." ucap pria itu dengan nada menggoda.

Cathy mendecak dalam hati, sepertinya dia tidak bisa kabur lagi. Kenapa pula pria itu memanggil dengan nama panggilannya yang baru dengan suara menggoda.

"A..aku tidak melihatmu. Kau salah sangka." jantung Cathy berdesir semakin kencang mendengar tawa kecil pria itu.

"Sepertinya kau sudah lupa aku ini siapa?"

Tanpa sadar Cathy memejamkan matanya dan mencengkeram selimut untuk tetap menyembunyikan wajahnya begitu mendengar suara orang itu semakin dekat.

"Tanpa melihat, aku tetap bisa merasakan seseorang mengawasiku Cath."

Seakan jantung Cathy berhenti saat ranjang bergoyang menandakan seseorang telah duduk disebelahnya.

"Cath, Cathy sayang," orang tersebut mencoba membujuknya untuk membuka selimutnya, "Kau tidak ingin melihatku lagi? Hm?" nadanya semakin menggodanya.

Sekali lagi Cathy mendecak kesal. Kenapa orang ini tidak pernah berhenti menggodanya? Sudah setahun mereka tidak bertemu, level kejahilan orang ini meningkat dengan drastis.

"Aku memang tidak melihatmu. Pergi sana!" ucap Cathy dengan nada merajuk.

"Kau yakin ingin aku pergi?" kemudian orang tersebut mengambil tangan Cathy dari dalam selimut dan membawanya mendekat ke arahnya. "Kau tidak ingin menyentuhku dulu?"

Aaaaa!!!! Jerit Cathy dalam hati. Dia bisa gila kalau orang ini tidak berhenti menggodanya. Entah karena penasaran atau dia tidak kuat menarik tangannya, Cathy membiarkan tangannya dituntun pria itu menyentuh tubuhnya. Jantungnya berdetak semakin kencang saat dia merasakan tangannya sudah menyentuh sesuatu dan bisa merasakan detak jantung pria itu. Rupanya ritme jantung pria itu tidak kalah cepat dengan miliknya.

Cathy merasa dirinya sudah gila karena berusaha menggerakan jemarinya untuk merasakan otot pada tubuh pria itu. Huh? Tunggu dulu, ada yang aneh. Kenapa rasanya dia seperti menyentuh sebuah kain? Cathy segera membuka selimutnya yang menutupi wajahnya dan terkejut.. ternyata orang itu sudah memakai pakaian lengkap dan kini menatapnya dengan tatapan menggoda dan jahil... sangat ciri khas orang itu.

"VINCENT!! Kau menyebalkan!" gerutu Cathy berusaha menarik tangannya sendiri membuat Vincent tersenyum geli.

Lalu kedua telapak tangan Vincent ditumpukan ke ranjang memerangkap kepala Cathy membuat jantung Cathy berdesir cepat sekali lagi. Tanpa peringatan Vincent mengecup singkat keningnya disusul kecupan lain pada pipi kanan dan kiri membuat wajah Cathy semakin merah seperti kepiting rebus.

Vincent tidak bisa mengalihkan pandangannya dan terpesona melihat kecantikan wanita yang dicintainya meningkat drastis dengan wajah merona. Vincent mendekatkan wajahnya kembali ke wajah Cathy secara perlahan sementara Cathy memejamkan kedua matanya menantikan sesuatu.

Melihat mata Cathy sudah terpejam duluan, Vincent mengulas senyumannya dan mendekatkan wajahnya ke arah wajah wanita yang sangat dicintainya. Cathy bahkan mulai bisa merasakan hembusan nafas pria diatasnya. Jantungnya semakin liar dan tidak sabar menunggu sesuatu terjadi.

Dan saat kedua bibir mereka hampir bertemu, tiba-tiba pintu kamar terbuka.

~~~~~♡♡♡~~~~~~

Sekian, terima kasih karena sudah membaca.

Nantikan cerita selengkapnya di bab ke... (entah yang ke berapa) 😋😋😋😋😋