Chapter 104 - Begitu bodoh

"haloo",,

"haloo"

"kamu sekarang lagi dimana?"

"rumah sakit"

"hahhh, siapa yang sakit"

"Claudia"

"SMS aku rumah sakit mana,, aku menuju ke sana"

"iyaa"

Percakapan Ferdinand dan Adrian, Ferdinand dalam perjalanan pulang kantor dan memang dari siang berniat menemui Adrian.

----------_----------

Ferdinand sudah berada di rumah sakit, dia melihat kondisi Claudia, yang masih belum sadarkan diri, didampingi oleh mamanya Adrian, dan suami nya yang masih menggunakan infus.

Adrian dan Ferdinand berada di kantin rumah sakit, Adrian menceritakan kronologi nya ke sahabat nya itu. Namun Adrian masih belum menyadari bahwa Ariani sangat terluka atas tindakan Adrian, karena Adrian bahkan tak memberi tahu kan apapun ke Ariani.

"Jadi apa kau sudah menghubungi Ariani?" tanya Ferdinand, "menghubungi Ariani?" ucap Adrian kembali yang merasa bingung, "kau benar benar masih tidak peka, atau kau memang tidak berniat memperbaiki keadaan?" ucap Ferdinand, "maksud nya?" sahut Adrian. "yaa ampun Adrian, kamu ini benar benar naif banget yaa, kamu di Singapura bersama Ariani , dan dia membuka jalan untuk kalian kembali, tapi di tengah jalan, kamu meninggalkan dia dan tidak menjelaskan apapun ke dia, kamu hanya bilang Claudia kecelakaan" ucap Ferdinand yang belum selesai "iyaa lalu, salah nya di mana?" tanya Adrian bingung, "salah kamu, hanya menyebutkan Claudia kecelakaan bukan keluarga nya, Sedangkan yang dia tahu Claudia adalah mantan kamu, walau bukan seperti itu kenyataan nya" ucap Ferdinand panjang lebar. Adrian diam dan menyadari kesalahannya. Ferdinand melihat ekspresi Adrian, "tadi aku makan siang bersama nya, aku mengatakan ini karena aku sahabat mu Adrian, kamu harus kembali dari nol, Ariani bahkan terlihat sangat kecewa saat ini, dan kamu harus lebih kuat jika kamu memang ingin mendapatkan hati nya" ucap Ferdinand sungguh sungguh, "kenapa aku begitu bodoh fer, aku menyia nyiakan kesempatan ku dan bahkan sekarang melukainya lebih dalam lagi". ucap Adrian lirih. Namun saat bersamaan HP nya berdering. "haloo, maaa", "iyaa maaa, Adrian segera kesana" ucap nya di telpon, "Claudia sudah sadar" ucap nya pada Ferdinand, dan mereka pun bergegas ke ruangan Claudia.

Saat Adrian dan Ferdinand masuk Claudia menangis di pelukan suami nya, dia sudah mengetahui semuanya, mama dan anaknya, ini pasti sangat berat baginya. "sayang kamu masih punya tante, tante kan mama kamu juga, dan juga ada mas Rian dia adalah kakak kamu, kamu nggak sendiri sayang, dan sekarang ada suami kamu yang akan terus dampingi kamu" ucap mama nya mengelus punggung Claudia yang menangis di pelukan suami nya , "sayang kita masih bisa punyak anak lagi setelah ini, yang penting kamu sehat dulu, dan mama nggak akan senang lihat kamu seperti ini" ucap suami Claudia. Adrian masih terpaku di tempatnya, setidaknya dia merasa lega, bahwa Claudia sudah sadar itu artinya dia sudah melewati masa kritis nya.