Chereads / Commuter In Love / Chapter 7 - Kencan Pertama

Chapter 7 - Kencan Pertama

Pukul 08.50 Dennis sudah sampai di rumah Riana. Hari ini Dennis tidak membawa motor besarnya tapi membawa mobil Honda HRV warna Putih.

Dennis terlihat begitu tampan dan mempesona, aura cowok nya keluar banget dengan setelan celana jins biru dipadukan baju kaos polo original berkerah warna putih serasi dengan warna mobilnya. Sepatu Vans model baru nya tambah membuat wanita manapun akan susah berpaling memandangnya.

"Assalamualaikum..." teriak seseorang dari luar rumah.

"Tok...tok...tok..." ketuknya lagi

"Iya sebentar..." jawab papa Riana. "Ekh Dennis, tumben main ke sini. Ada perlu sama Riana?"

"Assalamualaikum, om. Apa kabar?" Sapa Dennis sembari menjulurkan tangannya untuk memberi salam kepada papa Rian.

"Waalaikumsalam" jawab papa Riana cepat membalas jabatan tangan Dennis

"Riananya ada om?"

"Ada. Udah janji? Kayanya dia mau pergi tuh" papa Riaja belum tau hubungan Riana dengan Dennis.

"Iya om. Udah janjian nih mau pergi sama Riana"

"Oh udah janjian. Ya udah ayo masuk tunggu di dalam" papa Riana mengajak Dennis masuk dengan ramah.

Di dalam Riana sudah hampir selesai memoles wajahnya untuk kencan pertama kalinya dengan Dennis.

"Ri... Ria... ini Dennis udah sampai nih" suara papa Riana memanggil Riana dari balik pintu

"Iya, pah sebentar selesai nih" sahut Riana dari dalam kamar.

Papa Riana menemani Dennis di ruang tengah

"Gimana kabarnya Den? Lama banget gak main, lagi sibuk kerja ya?" Tanya papa Riana

"Kabar baik, om. Iya lagi banyak program yang kejar tayang nih, jadi baru sempet main kesini"

"Wah udah hebat ya sekarang kerja di stasiun tv Indo TV ya kata Riana?"

"Iya, om. Menyalurkan hobby aja"

"Ilmu di bangku kuliahnya gak dipakai dong?"

"Iya, sementara ini mau fokus di bidang ini dulu. Gak tau ke depannya mau bagaimana. Hehehe..." jelas Dennis dengan sopan

Papa Riana tahu bagaimana hubungan persahabatan anaknya dengan Dennis dan Aliya. Tapi papa Rian tidak pernah tau kalau Riana dan Dennis saling menyukai sejak kuliah.  Papa Riana juga tidak pernah tau kalau orang tua Dennis merupakan pemegang saham terbesar di Indo TV, Dennis melarang Riana dan Aliya menceritakan mengenai latar belakang keluarganya ke keluarga mereka masing-masing agar tidak canggung dan mendapat perlakuan berlebihan dari orang lain.

Riana sudah selesai merias dirinya, dia mengambil tas kecilnya dan keluar dari kamarnya.

"Hai, Dennis"sapa Riana riang

"Hai, Ri" jawab Dennis singkat tapi penuh rasa takjub dan bahagia melihat Riana keluar dari kamarnya dengan riasan natural yang manis.

"Wah Ria, kok kamu tumben dandan cantik banget kaya gini? Mau ke kondangan ya?" Tanya papa Riana penasaran.

"Gak kok pah, emang Ria gak boleh dandan cantik ya?" Jawab Riana malu

"Gak, boleh kok. Malah bagus biar kamu cepat punya pacar" goda papa Riana.

"Ikh papa apa sih, gak usah dicari pacarnya ini udah ada di samping papa" Riana dengan spontan mengatakan hal itu dengan wajah yang mendadak merah.

Papa Riana setengah kaget "Nak Dennis, maksud kamu Ri?"

"Iyalah, siapa lagi yang duduk di sebelah papa sekarang?"

"Kok papa baru tau, sejak kapan kalian dekat?"

"Ikh papa mah kepo" sahut Riana dengan senyum malu malu kucingnya

Sementara hati Dennis mendadak seperti bunga yang sedang bermekaran. Jantungnya seperti ingin melompat keluar mendengar kata-kata Riana ke papanya tadi. Dennis tidak bisa berkata apa-apa selain senyum menunduk malu.

"Den, benar nih kata Riana?" Tanya papa Riana meyankinkan dirinya sendiri.

"Iya, om" jawab Dennis singkat pelan dengan wajah merah

"Om sih gak pernah mempermasalahkan dengan siapa Riana dekat asal laki-laki itu bertanggung jawab. Menjaga Riana dan tidak menyakiti hati Riana" lanjut papa Riana

"Pesan om, berhubunganlah yang baik sesuai norma tidak berlebihan dan jangan sampai menganggu pekerjaan kalian masing-masing. Jalin hubungan dengan sehat agar bisa awet sampai ke tahap yang lebih serius"

"Papaaa.... kita kan baru pacaran aja wejangannya udah banyak banget kayanya mau nikah besok" Riana sebenarnya senang dengan reaksi papanya tapi dia juga malu dengan nasehat sang papa seolah-olah mereka akan segera menikah.

"Iya, om. Insya Allah pasti saya akan jaga Riana, dan menjalankan hubungan yang baik sesuai nasehat om tadi" kata-kata Dennis menyentuh hati Riana

"Tuh Ri, Dennis aja gak keberatan dengan wejangan papa. Hehehe...." papa Riana tertawa senang karena berhasil menggoda putri cantiknya. "Ya sudah kalian jalan sana biar gak kemalaman pulangnya!"

"Iya, om"

"Inget ya jangan pulang larut malam. Om kasih kalian kebebasan karena om fikir kalian sudah dewasa memang sudah waktunya untuk menjalin hubungan satu sama lain. Tapi ingat pesan-pesan om tadi ya Den" papa Riana mencoba menekankan kembali nasehatnya tadi ke Dennis.

"Siap, om" jawab Dennis singkat penuh semangat.

Merekapun segera meninggalkan rumah Riana, melaju dengan mobil putih Dennis.

"Kemana kita hari ini, Den?" Tanya Riana antusias.

"Hmmm....kemana ya?" Dennis masih merahasiakan kemana merek Kan pergi.

"Ikh... ditanyain sama pacarnya juga mau kemana malah nanya balik, aneh" Riana kecewa pertanyaannya ditanyakan kembali oleh Dennis.

Ditengah kebeteannya lengkap dengan wajah manyunnya tiba-tiba tangan Riana terasa hangat, Riana merasakan sentuhan lembut yang menggenggam erat tangannya. "Sabar ya sayang, nanti kamu juga tau kok kita mau kemana. Ini kan kejutan masa aku kasih tau sekarang, hehehhe... "

Sentuhan dan kata-kata manis Dennis sukses berat membuat Riana tersenyum malu menahan kebahagiaan. " ya... ampuuunnn... Ri, semalam mimpi apa ya? Duh kok jadi tambah degdegan gini sih nih jantung" Riana berbicara di dalam hatinya.

Mobil HRV putih memasuki parkiran sebuah restoran bernuansa alam lesehan dengan meja makan di dalam pondok pondok kecil menghadap ke danau. Udara dingin dan sejuk menambah suasana romantis siang itu. Riana yakin, tempat ini dari jauh terlihat sederhana tapi ketika masuk ke lobby depan terlihat jelas mewahnya restoran ini dengan desain seperti kampung-kampung kecil, pasti makan di sini enak dan harganya pun sepadan dengan rasanya.

"Mau makan apa, yank?" Tanya Dennis ketika baru saja mereka memasuki pondok kecil tepat samping danau.

"Hmmm.... apa ya? Kamu mau makan apa?" 

"Lho... ditanya malah tanya balik?" Dennis senyum menggoda Riana. Riana pun membalas dengan senyuman paling menawannya sambil mulai membuka-buka menu makanan.

"Disini paling enak ikan bakarnya sama sayur asem pakai lalapan dan sambel" Dennis coba menerangkan ke Riana tentang menu favorit restoran ini.

"Ohh... ya udah pesan itu aja, hmmm... boleh tambah pepes tahu kan?" Riana meminta seperti anak kecil kepada Dennis membuat Dennis mengusap lembut rambutnya sambil menganggukkan kepala tanda setuju.

Dennis menekan tombol disamping meja untuk memanggil pelayan restoran. Meskipun restoran ini konsepnya makanan tradisional tapi pelayanan dan fasilitasnya seperti restoran internasional.

Tak lama pelayanpun masuk ke pondok mereka. "Mau pesen sekarang A?" Bahasa sapaan pelayan untuk tamu memakai bahada sunda.

"Oh.. iya... mang, saya mau pesen gorame goreng kering saus asam manis, ikan bakar, pepes tahu, sayur asem, tahu tempe goreng, kelapa muda 2 buah, air mineral 2 lalapannya yang lengkap ya!" Dennis memesan cukup banyak makanan

"Kamu mau apa lagi, yank?"

"Hmmm.. gak usah Den, itu aja juga udah banyak banget nanti gak habis mubazir"

"Oh....ya udah"

"Mang, itu aja. Ekh... mau semua yg saya pesan ini dibuat lagi untuk take away ya. Minumannya gak usah"

"Baik A, nanti pesanan yang ditake awaynya kami antarkan langsung ke pondok Aa dan teteh ya, terima kasih" pelayan keluar dari pondok mereka.

"Den, kamu pesen makanan banya banget kaya kita habis aja makan berdua sebanyak itu?"

"Habis kok insya Allah, aku soalnya laper banget hehehe...."

"Terus itu yang di bungkus untuk siapa?"

"Oh... itu untuk orang rumah" jawab Dennis singkat

Riana hanya mengangguk mendengar penjelasan Dennis

Tidak beberapa lama minuman mereka datang disusul beberapa menit kemudian pesanan makanan mereka.

Riana tampak senang menikmati setiap waktu makan siang Mereka. Selama makan siang Dennnis tidak berhenti memberi perhatian kepada Riana. Riana semakin terpikat dengan Dennis ketika Dennis terus menatapnya begitu dalam, perhatian kecil Dennis ketika dia memisahkan tulang ikan dan memberikan daging ikannya untuk Riana sukses bikin Riana terbang ke awan dan terkadang tersenyum malu menerima perhatian Dennis yang begitu manis.

Seusai makan mereka meninggalkan  restoran dan mobil melaju kesebuah tempat tidak jauh dari restoran tadi.