Setiap detik bersama Dennis membuat hati Riana berdebar kencang. Tidak seperti biasanya, debaran ini tidak sama seperti 3 tahun lalu, tidak pula seperti ketika Dennis menyatakan cinta dan Riana menerimanya tanpa kata-kata. Debaran ini berbeda dan sungguh menyenangkan.
"Sayang, Hei... Riana sayang..." suara lembut Dennis menyadarkan Riana dari lamunannya.
"Ekh iya Den kenapa? Udah sampai ya?" Riana menjawab setengah gugup takut Dennis mengetahui lamunannya tadi.
"Kamu kok melamun sih Ri? Mikirin apa ayo? Pasti mikirin aku kan?" Dennis menggoda Riana membuat pipi Riana memerah.
"Hmmm... mikirin apa ya? Kamu mau tau banget deh... rahasia dong" Riana menggoda balik Dennis yang sedang membuka sabuk pengaman yang melingkar ditubuh Riana.
Riana sontak kaget dengan apa yang sedang dilakukan Dennis
"Ya Tuhan.... jantung aku ... jantung aku kok tambah kenceng gininya detakkannya kaya habis lari-lari 10 kilo" Wangi tubuhnya Dennis benar2 tercium dekat sekali dihidung Riana. "Wangi banget sih kamu Den, udah ganteng baik wangi duh apalagi yang kurang dari kamu" Riana kembali melamun lagi.
"Ri, kamu melamun lagi. Kenapa sih? Kamu gak sukanya pergi sama aku? Aku ngebetein? Atau kamu gak suka tadi aku bantu lepas seat belt? Maaf ya sayang aku gak tau kalau kamu gak suka lain kali aku gak akan lancang buka seat belt kamu deh"
"Aku suka!" Belum selesai Dennis bicara Riana langsung menjawab spontan dan dengan wajah merah menahan malu.
"Suka? Kamu suka apa?" Dennis bingung dengan jawaban tiba-tiba Riana yang frontal.
"Hmmm... a-ku su-ka ka-mu..." Riana coba melanjutkan kata-katanya dengan terbata-bata. Sampai akhirnya kata-katanya terhenti tak jadi Riana lanjutkan karen tiba-tiba Dennis mengecup keningnya dengan lembut dan manis.
"Aku juga suka kamu kok. Suka banget, dan aku bahagia bisa milikin kamu setelah sekian lama penantian aku. Aku harap kamu juga merasakan hal yang sama ya Ri. Aku gak mau kehilangan kamu gak akan mau" kata-kata Dennis sukses besar bikin Riana sesak nafas, gugup malu bahagia semua campur jadi satu.
Walau Riana bermaksud mengatakan aku suka kamu lepasin seat belt nya, tapi mendengar kata- kata Dennis untuk pertama kalinya Riana tidak pernah menyesal untuk tidak melanjutkan apa yang sebenarnya ingin dia katakan.
Waktu seakan terhenti, Riana hanya terdiam terpaku mendengar kata demi kata Dennis. Sampai akhirnya dia memberanikan diri berkata dengan suara lembut dan senyuman kebahagiaan.
"Den, aku gak tau harus bagaimana? Terus terang aku kaget dengan semua perlakuan-perlakuan manis kamu ke aku dari awal kita pacaran. Aku gak habis pikir kenapa kamu begitu memperlakukan aku dengan sangat spesial. Jujur hal ini membuat aku gak berani membayangkan bagaimana jika suatu saat nanti kamu gak ada dari sisi aku? Bagaimana kalau ternyata Tuhan gak menjodohkan kita untuk bersatu selamanya" Riana berbicara sangat serius, dia tidak bisa menyembunyikan lagi perasaannya. Sampai akhirnya setetes air jatuh ke pipinya.
Melihat sang kekasih menteskan air mata spontan Dennis dengan lembut membasuh dengan tangannya. Dennis tau itu air mata kebahagiaan. Dennis sangat mengenal Riana, Riana wanita yang mudah terharu dan mudah terbawa perasaan.
Senyuman ringan tersimpul di ujung bibir Dennis.
"Sayang, aku janji sama kamu kita gak akan perbah berpisah. Hanya maut dan takdir Tuhan yang dapat memisahkan kita. Tapi aku percaya kamulah jodoh aku. Jangan pernah menangis dan bersedih selama aku masih di samping kamu, aku gak akan membiarkan kamu memangis" pelukan hangat Dennis tiba-tiba mendarat ditubuh Riana.
Riana kikuk, dia ingin melepaskan pelukan itu. Tapi entah kenapa pelukan itu begitu nyaman dia rasakan. Kenapa pelukan itu begitu hangat ketika tubuh tegap Dennis merangkul manis Riana. Harum tubuh Dennis menambah pesonanya. "Ya Tuhan... jangan sampai detak jantungku terdengar oleh Dennis"
. . .
Mereka keluar dari dalam mobil. Angin dingin tiba-tiba berhembus ke wajah Riana yang masih memerah karena cinta.
Saat ini mereka sudah berada disebuah bukit. Bukit yang tidak terlalu luas tapi cukup tinggi, sehingga mereka bisa menikmati pemandangan dari atas bukit.
Di sana juga ada pondok kecil yang menjual makanan ringan, kopi, susu, jahe hangat dan indomie rebus.
Di sudut bukit ada taman kecil untuk anak-anak bermain, tempat ini dibatasi tembok cukup tinggi dan pagar untuk keamanan anak-anak.
Riana dan Dennis duduk disebuah bangku yang tepat menghadap ke arah pegunungan. Dengan pemandangan yang indah menambah suasana romantis diantara mereka.
Dennis memesan beberapa cemilan dan minuman hangat untuk menemani kencan pertama mereka sore itu.
"Sayang, kok kamu tau ada tempat seindah ini disini? Aku aja yang tinggal di Bogor gak tau"
Dennis yang sadar dengan kata-kata Riana tiba-tiba menoleh ke arah Riana dan tersenyum.
"Kok malah senyum sih bukannya jawab?" Riana mulai sadar tadi dia mengucapkan kata sayang tanpa diminta Dennis untuk pertama kali.
"Hmmm... gak apa-apa kok cuma mau lihat wajah kamu aja. Mau lihat senyum manis kamu yang tadi panggil aku sayang... hehehehe..."
"Ikh tuh kan Dennis kenapa sih aku kan jadi malu. Ya udah deh aku gak panggil sayang lagi" Riana pura-pura ngambek
"Ekh jangan dong Ri, aku seneng banget kamu bisa panggil aku sayang, terus gitu ya jangan diganti lagi panggilannya. Dennis tersenyum, senyum yang bikin cewek manapun yang lihatnya akan susah berpaling.
"Iya janji aku akan selalu panggil kamu sayang..." Riana tersenyum sambil mendaratkan kepalanya ke pundak Dennis.
Dennis meraih tangan Riana, menggenggam erat seolah tak mau melepaskannya. Mereka berdua larut dalam suasana romantis dan sejuk bukit Cinta.
"Sayang, bukit ini namanya apa?"
"Bukit cinta" jawab Dennis cepat
"Kok namanya bukit cinta?" Riana masih penasaran
"Iya karena disini pemandangannya indah apalagi malam hari. Lampu-lampu dari rumah-rumah di bawah bukit dan bintang-bintang di langit yang serasa begitu dekat diatas kepala kita, akan membuat siapapun Jatuh cinta. Ya kaya kita sekarang saling jatug cinta... hehhee..."
"Ikhhh... apa sih kamu nih yank, kok alay banget kata-katanya. Hahaha...." Riana tertawa menggoda Dennis
"Kok alay sih sayang? Bener dong kitakan sedang dimabuk cinta" tangan Dennis mengusap lembut kepala Riana.
"Janji ya sayang, kita terus baik kaya gini. Saling sayang saling jaga dan saling terbuka. Jangan menutupi setiap kali ada masalah apapun" lanjut Riana
"Iya, aku janji" pelukan keduapun diberikan Dennis kepada Riana.
Hari itu di bukit cinta mereka menghabiskan waktu bersama dengan penuh cinta dan bahagia. Bukit cinta menjadi saksi kencan pertama mereka, menjadi saksi pernyataan cinta Riana yang selama ini ditunggu Dennis.
Bukit cinta akan menjadi satu tempat favorit mereka setiap kali mereka jenuh dengan pekerjaan dan hiruk pikuk ibu kota.
Waktu berjalan begitu cepat, tak terasa matahari sudah tenggalam. Benar saja bukit cinta berubah begitu indah. Di bawahnya seperti berhamburan bintang-bintang dan cahaya-cahaya cantiknya benar-benar memanjakan mata.
Udara semakin dingin Dennis memberikan jaketnya ke Riana. Setelah melaksanakan sholat magrib mereka kembali ke mobil dan Dennis mengantar Riana pulang ke rumahnya.
Sepanjang perjalanan pulang Riana begitu mengantuk. Matanya tak kuat lagi menahan kantuknya. Sampai akhirnya Riana tertidur. Dengan tangan yang masih menggenggam tangan Dennis.
Dennis menepikan mobilnya. Dengan lembut Dennis melepaskan genggaman tangan Riana. Merapihkan jaket Riana dan menurunkan jok mobilnya agar Riana bisa tidur lebih pulas lagi.