Chereads / Commuter In Love / Chapter 9 - Pertemuan Kedua

Chapter 9 - Pertemuan Kedua

Pagi ini Riana berangkat ke stasiun sedikit terlambat dari waktu biasanya. Sehingga Riana harus siap tenaga ekstra menghadapi padatnya kereta.

Sampai di stasiun Bogor, kereta tujuan Jakarta ke 4 akan segera berangkat. Tanpa menoleh ke kanan dan ke kiri, Riana mempercepat langkahnya sampai setengah berlari. Sebanarnya Riana tidak akan terlambat sampai kantor, tapi Riana hanya tidak mau terlalu berdesak-desakan di CL jadi Riana lebih sering berangkat subuh untuk dapat kereta pertama atau kedua.

Gerbong paling pertama dan terdekat ya gerbong wanita. Tapi entah kenapa Riana malah tetap berjalan ke arah gerbong lain. Dia melihat gerbong wanita masih lengang walau kursi sudah terisi penuh. Pagi ini dia kesiangan dan sangat mengantuk, jadi dia berfikir untuk tidur sejenak. Oleh karena itu Riana mencari kursi kosong di gerbong umum. Karena biasanya laki-laki akan memberikan kursinya kepada perempuan walaupun bukan termasuk katagori prioritas.

Ketika Riana melangkah masuk ke dalam gerbong tiba-tiba pintu gerbong kereta sudah mau tertutup. Riana terkejut karena bajunya hampir saja terjepit antara pintu CL. Sampai tiba-tiba ada tangan yang nenariknya cukup kencang ke depan sehingga Riana tidak punya keseimbangan untuk berpijak. Riana pun hanpir terjatuh, tapi dia cepat langsung berpegangan tiang di samping kursi.

"Duh siapa sih tadi yang narik gw, untung gak jadi jatoh kan kalau gak malu banget jadinya" gerutu Riana dalam hati.

Pemandangan biasa dalam CL adalah hampir semua orang menutup wajahnya dengan masker dan menutup telinganya dengan earphone. Tak terkecuali Riana, sambil memegang hape nya Riana berjalan ke arah kursi yang masih kosong. Riana baru saja duduk ketika tiba-tiba ada seorang ibu yang berdiri tepat dihadapannya, Riana pun tak bisa bersikap egois akhirnya dia memberikan kursinya ke ibu itu.

Ada kursi yang masih kosong di pojok kereta. Kursi prioritas untuk ibu hamil, ibu membawa bayi, dan manula. Riana ingin sekali berjalan ke arah sana, tapi Riana terlalu malas untuk melangkah. Dia memutuskan untuk berdiri sambil menahan kantuk.

Riana tidak sadar kalau matanya terpejam sambil berdiri dan hanya berpegangan dengan gantungan tangan di atas kepalaanya. Riana pun beberapa kali hampir terjatuh karena kehilangan keseimbangan.

Ketika rasa kantuknya sudah sangat tinggi Riana sudah tidak bisa lagi berdiri tegap.

"Duh... kok gw ngantuk banget sih pagi ini? Pasti karena tidurnya semalam terlalu kemaleman deh gara-gara teleponan sama Dennis sampai jam 1" gumam Riana lagi.

Kereta sampai di stasiun Depok Baru, kereta sudah sangat padat oleh penumpang. Hanya beberapa orang penumpang turun tapi penumpang yang naik jauh lebih banyak.

Riana tergencet tubuh orang-orang di kereta. Tapi karena sudah biasa Riana sudah tau trik untuk menahannya. Tapi karena masih mengantuk akhirnya Riana tidak sadar tertidur disebuah pundak. Pundaknya yang harum pikirnya dalam hati. Hal ini membuat Riana justru tambah nyaman tertidur dipundak itu.

Sampai akhirnya sipemilik pundak sadar kalau ada seorang wanita yang tertidur dipundaknya.

Laki-laki itu membangunkan seorang pria muda dihadapannya, meminta pria itu untuk bangun dan memberikan kursinya ke Riana.

Pria tersebut bangkit dengan wajah sedikit  enggan, kemudian mempersilahkan Riana untuk duduk. Riana yang belum sadar dengan hal itu dibangunkan dengan lembut oleh sipemilik pundak itu. Karena kaget Riana hanya bisa mengikuti perintah laki-laki itu untuk duduk.

"Mbak... mbak... maaf bisa bangun sebentar. Itu ada kursi kosong silahkan duduk!"

Tanpa pikir panjang Riana pun duduk. Kemudian laki-laki itu bilang Riana bisa kembali tidur karena stasiun tunjannya juga masih cukup jauh.

Seperti sedang terhipnotis, Riana hanya mengangguk dan tertidur kembali. Kali ini tidur Riana justru tidak senyaman tidur berdirinya tadi. Entah ada hal apa yang membuat Riana akhirnya jadi sulit memejamkan mata dengan lelap. Riana hanya bisa memejamkan mata tapi tidak bisa merilekskan tubuhnya.

Kereta mau memasuki stasiun Tebet, tiba-tiba terdengar suara laki-laki dengan sedikit menepuk halus pundak Riana. " Mbak... mbak... maaf sudah sampai stasiun Tebet"

Riana yang tersadar tentu langsung terkejut dan segera bangkit dari kursinya dan berjalan ke arah pintu keluar. Namun tiba-tiba tubuhnya terdorong penumpang lain yang juga ingin segera turun di stasiun Tebet. Riana yang tidak sedang berpengangan dengan penggantung tangan spontan menarik lengan laki-laki tadi. Dengan cekatan laki-laki tersebut juga menarik tangan Riana dan kepala Riana jatuh tepat di dada bidangnya.

"Maaf... maaf, mas saya gak sengaja tadi soalnya mau jatuh" Riana meminta maaf kepada laki-laki tadi.

"Gak apa-apa mbak, maaf tadi juga saya reflek tarik tangan mbak. Lain kali jangan pules-pules banget ya mbak tidur di kereta. Kasian nanti kelewatan stasiunnya.

Riana turun dari CL berjalan kearah pinth keluar sambil merogoh kantung tasnya untuk mencari kartu tiketnya.

Baru saja kakinya melangkah keluar stasiun, ada sebuah tangan melambai kearahnya. Dennis ternyata sudah menunggunya di depan pintu stasiun.

Dennis melemparkan senyuman tampannya ke Riana. Sambil tetap berjalan ke arah Dennis, Riana melambaikan juga tangannya dan tersenyum bahagia melihat kekasih hatinya itu.

"Sayang, kok kamu udah di stasiun aja?" Sapa Riana pertama kali

"Iya dong, masa mau jemput pacar kesayangan datangnya jam 10 ya keburu kabur pacarnya dibawa tukang ojek hehhee..." jawab Dennis sambil memasangkan helm ke Riana.

"Hehehe... bisa aja sih kamu yang..."

"Yuk naik nanti telat lho" Dennis menyalakan mesin motornya

"Telat apa sih ini aja masih jam 7 kurang tau. Aku kan masuk kerja jam 8, malah temen-temen di kantor aku sering juga datang jam 8.30"

"Ya telat lah sayangku, kan kita sekarang mau sarapan dulu. Kalau kelamaan ya jadi telat" Dennis menjelaskan dengan nada suara yang menggemaskan ditelinga Riana.

"Ikhh....pacar aku tau banget lho aku belum sempet sarapan tadi, jadi terharu deh. Hmmm.... kita mau sarapan apa?" Sahut Riana

"Tau lah, apa sih yang gak Dennis tau soal Riana. Semuanya udah hafal diluar kepala, termasuk kebiasaan tidur sambil berdiri di kereta hehehhe"

"Lhoo... kamu kok tau sih sayang tadi aku ketiduran sambil berdiri di kereta?" Tanya Riana penasaran

"Ya tau dong, itukan kebiasaan kamu dari dulu"

"Hmmm.... iya juga sih ya? Aku paling susah nahan kantuk yang dari pada nahan laper. Sama satu lagi sekarang ada yang gak bisa aku tahan..."

"Nahan apa?" Tanya Dennis penasaran

"Nahan kangen sama kamu... hahaha..." Riana mencoba ngegombalin Dennis

Dennis hanya bisa tertawa mendengar pacarnya udah pinter ngegombal.

Motor mereka melaju kearah warung bubur tidak jauh dari kantor Riana.

"Bang, bubur ayam komplit 2 ya, yang satu kerupuknya agak banyak ya!" Dennis memesan bubur dengan kerupuk yang banyak karena tau Riana suka makan bubur dengan kerupuk yang banyak.

"So sweet banget sih kamu Den, tauuuu banget yang pacarnya suka" Riana tersenyum ketika bubur pesanannya datang.

"Siapa dulu dong pacarnya" Dennis tertawa menggoda Riana

Mereka makan bubur dengan lahap dan cepat. Tidak sampai 20 menit mereka menghabiskan 1 mangkok buburnya. Dennis segera mengantar Riana ke kantor, setelah itu Dennis berangkat ke IndoTV.

***

Jam menunjukkan pukul 17.00

"Kev belum pulang?" Suara Andri salah satu rekan kerja dan teman dekat Kevin.

"Oi... ngagetin aja lho Ndri. Bentar lagi nih lagi nanggung. Lw udah mau balik ya?"

"Nanggung apa? Dari tadi yang gw liat lw cuma bengong aja gak kerjain apa-apa?" Jawab Andri

"Masa sih? Makasih lho perhatiannya hahaha" jawab Kevin santai.

"Ya udah deh gw balik duluan ya... lw sih enak masih bujang gak ada yang nungguin di rumah" Andri berkata sambil berjalan keluar meninggalkan Kevin di mejanya.

Sebenarnya benar yang di bilang Andri, sejak tadi pagi entah kenapa Kevin tidak dapat berkonsentrasi. Pikirannya terus berputar-putar pada peristiwa tadi pagi di CL.

Kevin masih bingung bagaimana bisa ada cewe tidur berdiri dan bersandar dipundaknya dengan begitu nyaman? Padahal suasana kereta penuh. Dan entah kenapa Kevin terus memikirkan hal ini, membayangkan wajah gadis yang mengenakan masker tadi di CL.

Lamunan Kevin terpaksa berhenti lagi karena hape nya berdering.

"Hallo Pak Kevin..." sapa suara seorang perempuan dari ujung telefon.

"Iya bu Diah, ada apa?" Jawab Kevin singkat

"Begini pak, apa bapak ada jadwal kosong tidak nanti malam? Kebetulan sesi kuliah terakhir jam 7 nanti malam kosong. Pak Slamet berhalangan hadir dan beliau meminta saya menghubungi bapak"

"Oh... saya kosong kok tapi hanya sesi terakhir aja kan? Kebetulan saya masih di kantor mudah-mudahan masih kekejar sampai kampus sebelum jam 7"

"Oke baik pak, kami tunggu ya pak"

Kevin segera merapihkan barang-barangnya dan bersiap berangkat ke kampus.