Chereads / Ayah Tiriku Idolaku / Chapter 16 - Part 16 : Rumah Oppo

Chapter 16 - Part 16 : Rumah Oppo

Di ruang UKS.

Aku meminta pada petugas UKS sebotol obat merah dan kapas. Kemudian aku membantu membersihkan luka-luka Oppo sebelum mengobatinya.

''Vo ... lo ntar bantuin gue, ya! Kalau ada teman-teman nanyain gue kenapa, lo bilang aja gue habis terjatuh saat main bola ...''

''Hmmm ...'' Aku melirik ke arah Oppo.

''Please!'' Oppo menangkupkan kedua telapak tangannnya.

''Iya ...''

''Hehehe ...'' Oppo meringis, ''lo emang sahabat terbaik gue, Vo. Thanks, ya!'' ujarnya sambil menepuk bahuku.

''Gak usah lebay!'' timpalku.

''Hehehe ...'' Oppo meringis lagi. Aku hanya bersingut sembari mengoleskan obat merah di luka-luka Oppo. Cowok berkulit putih ini meringai saat tetesan obat merah ini menempel di luka-lukanya.

''Hmmm ... kenapa? Nyeri ya?''

''Dikit ...'' Cowok bermata sipit ini mengangguk.

''Hehehe ...'' Aku tertawa kecil.

''O, ya ... Vo, gue sudah nge-print persyaratan untuk mengajukan beasiswa di beberapa universitas,'' ungkap Oppo di sela-sela prosesi pengobatan.

''Benarkah?''

''Iya, tapi gue lupa membawanya ... masih gue simpan di rumah.''

''Hufffttt ...''

''Tenang aja, besok pasti gue bawain atau lo main aja ke rumah gue, Vo ... nanti habis pulang sekolah.''

''Oke deh, ... tapi, gimana dengan sepeda gue?''

''Titipin aja pada penjaga sekolah.''

''Tapi ...''

''Jangan khawatir, sepeda lo gak bakal hilang kok, nanti gue antar lo pulang ... besok pagi, gue jemput lo datang ke sekolah ...''

''Ooo ... kalau gitu sih, gue mau deh ...''

''Siipp!''

Usai mengobati luka-luka Oppo. Bel tanda masuk berdentang. Aku dan Oppo langsung masuk ke ruang kelas. Melihat kondisi wajah Oppo yang penuh luka, semua penghuni kelas jadi kepo. Sesuai dengan yang diminta Oppo, aku pun menjelaskan pada mereka bahwa Oppo terjatuh saat bermain bola. Dan mereka percaya. Syukurlah. __Maaf ya, teman-teman, aku dan Oppo berdusta.

Well, pas bubaran sekolah. Aku memutuskan untuk bermain ke rumah Oppo. Aku memang masih malas untuk pulang ke rumah. Aku merasa rumahku tidak memberikan kenyamanan. Sehingga aku ingin me-refresh suasana hatiku dengan pergi ke rumah Oppo. Mudah-mudahan di sana aku bisa merubah mood-ku dan bisa pulang ke rumah kembali dengan hati yang lebih berseri-seri.

Setelah aku menitipkan sepeda kepada penjaga sekolah, aku dan Oppo bergegas meluncur dengan sepeda motornya. Kami bergerak dengan kecepatan mendekati maksimal, agar kami segera tiba di tempat tujuan. Rumah keluarga Oppo.

Sejurus kemudian.

Aku dan Oppo berhenti di halaman sebuah gedung yang cukup besar. Berlantai dua dengan gaya arsitektur perpaduan classic dan modern. Seperti rumah joglo, tapi ada unsur Eropa-nya. Atapnya menjulang tinggi menyundul langit. Temboknya berdiri kokoh bagai benteng batu karang yang berwarna hijau. Di sekelilingnya ditumbuhi rerumputan yang kehijauan dan beraneka rupa tanaman bunga. Sungguh, kesan asri dan segar yang terpancar dari bangunan rumah ini.

''Vivo ... ayo, masuk!'' seru Oppo setelah ia memarkirkan sepeda motornya di ruang garasi.

Aku pun bergegas mendekatinya. Kemudian kami berdua masuk ke ruang tamu. Ruangan yang terdapat sofa berwarna hijau. Lantainya terbuat dari keramik yang berwarna toska. Bersih dan mengkilap. Dindingnya halus berwarna senada yang terbuat dari batuan marmer. Di setiap sudutnya banyak terpajang foto-foto keluarga yang memperlihatkan kebersamaan dan kehangatan keluarga mereka. Ketika aku memperhatikan foto-foto itu, aku jadi tercengang. Tubuhku seolah tertotok. Diam, tak mampu bergerak. Ada rasa sedih, iri dan terenyuh melihat senyum cerah dari setiap anggota keluarga yang tercetak di foto-foto itu. __Alangkah bahagianya, bila aku menjadi bagian dari keluarga ini.

''Vivo ... silakan duduk!'' Oppo menyentuh pundakku hingga aku terperanjat.

Aku tersenyum tipis dan mengangguk perlahan. Kemudian aku duduk di sofa yang terlalu empuk. Sangat berbeda dengan sofa di rumahku.

''Lo mau minum apa, Vo?'' tanya Oppo.

''Apa aja!'' jawabku.

''Ga ada apa aja, Vo ... adanya kopi, teh, jus ...'' timpal Oppo.

''Kalau gitu air putih saja!''

''Oke ...'' Oppo masuk ke ruang tengah. Ruangan yang terdapat berbagai macam peralatan rumah tangga dan barang-barang elektronik. Lengkap. Penuh sesak, tapi tersusun rapih. Tidak seperti di rumahku.

Aku masih duduk manis di sofa sembari memandang ke segala penjuru ruangan. Melihat benda-benda hiasan yang tak terdapat di rumahku. Kagum. Terpesona. Terutama pada satu foto keluarga yang berukuran jumbo. Di foto itu ada sosok seorang laki-laki berusia paruh baya yang tampak berwibawa, itu ayah Oppo. Di sampingnya ada seorang wanita yang berwajah manis dan tampak keibuan, itu pasti ibu Oppo. Di depan kedua orang itu berdiri berjajar 3 orang anak. Salah satunya wajah Oppo. Di samping Oppo ada seorang laki-laki muda, gagah dan tampan. Aku yakin itu Bang Nokia __Kakak laki-laki Oppo. Sedangkan perempuan kecil di antara mereka, itu pasti adik Oppo. Aku tidak tahu namanya.

__Sungguh sempurna keluarga ini.

Dan melihat  kebahagiaan keluarga mereka, tanpa terasa mataku jadi berkaca-kaca. Seakan ada serangan bawang bombay yang serta merta menghampiri kedua mataku.