Chereads / My strange marriage / Chapter 38 - Berubah

Chapter 38 - Berubah

(Laras)

Pagi ini Laras bangun sedikit terlambat. Dia sudah tidak mendapati suaminya lagi saat bangun tidur. Sungguh tidak biasa Todi berangkat tanpa pamit kepada Laras. Biasanya Todi selalu membangunkan Laras, atau merengek kepada istrinya untuk dibuatkan sarapan, atau sekadar untuk minta ciuman selamat pagi. Apalagi hari ini akhir minggu, biasanya Todi tidak terlalu sibuk. Mungkin dia sedang terburu-buru, pikir Laras, mencoba menghapus semua pikiran negatif di otaknya. Laras bangun dari tempat tidur dengan rasa malas, satu minggu ini dia liburan stase. Laras turun ke bawah, menemui Ibu Inah yang sedang mencuci piring kotor.

"Pagi Bu," sapa Laras.

"Pagi mbak, mau sarapan mbak?" tanya Bu Inah.

"Bu, mas Todi berangkat jam berapa tadi? Diantar pak Yadi?" tanya Laras, tidak menjawab pertanyaan Bu Inah.

"Kata bapak sih mbak, sekitar jam 6 kurang, bawa mobil sendiri, enggak mau diantar, tadi terburu-buru sekali mbak," jelas Bu Inah.

"Belum sarapan dong ya" balas Laras, khawatir kalau suaminya terlambat makan, kemarin saat makan malam di rumah Bunda, Todi makan sedikit sekali.

"Belum mbak," jawab Bu Inah lagi.

"Mbak mau sarapan dulu?" tanya Bu Inah lagi.

"Nanti aja Bu, aku mau mandi dulu aja," jawab Laras.

"Baik mbak," sahut Bu Inah, kembali meneruskan pekerjaannya.

Laras naik kembali ke kamarnya. Dia mencari ponselnya, lalu mengirimkan pesan kepada Todi.

"Kak, kata Bu Inah, kakak berangkat pagi sekali, ada operasi pagi ya? jangan lupa sarapan ya, perlu aku bawakan makan siang nanti? Maaf ya, aku enggak bangun pagi hari ini," tulis Laras.

Setelah 5 menit menunggu, tetap tidak ada balasan. Laras menghela napas dengan kesal. Akhirnya dia memutuskan untuk pergi mandi, mungkin Todi sedang sibuk, hiburnya pada dirinya sendiri. Selesai mandi, Laras langsung mengecek ponselnya, masih belum ada balasan dari suaminya. Dia kembali menghela napas untuk mengabarkan dirinya. Baru saja Laras hendak menulis pesan kedua, sebuah pesan masuk ke ponselnya, dari Todi. Laras tersenyum senang.

"Iya, maaf sayang enggak sempat pamit, aku enggak tega bangunin kamu, pulas sekali tidurnya tadi, kamu istirahat aja, aku makan siang di rumah sakit aja," balas Todi.

Laras membaca pesan itu sambil tersenyum sendiri, dengan segera Laras membalas pesan suaminya.

"Enggak apa, jangan lupa makan sayang," balas Laras lagi. Wanita itu lalu turun ke dapur untuk sarapan.

Selesai sarapan, Laras memutuskan untuk membersihkan rumah. Bu Inah sudah berulang kali meminta nyonya nya ini untuk berhenti membereskan rumah, dan istirahat saja, tapi Laras merasa bosan, jadi dia tetap meneruskan kegiatannya. Setelah selesai, tidak terasa hari sudah siang. Laras mengecek isi kulkas. Ternyata, sudah banyak bahan makanan yang habis.

"Bu ..Bu Inah," panggil Laras.

"Ya mbak," sahut Bu Inah.

"Ibu belum belanja bulanan?" tanya Laras.

"Belum mbak, rencananya nanti awal minggu," jawab Bu Inah.

"Sekarang aja yuk Bu, temenin saya," ajak Laras.

"Boleh mbak," balas Bu Inah.

"Ya udah, saya ganti baju dulu, nanti setelah Dzuhur kita berangkat ya Bu," perintah Laras.

"Baik mbak," jawab Bu Inah, patuh.

Laras dan Bu Inah pergi ke swalayan yang jaraknya tidak jauh dari rumah, diantar oleh pak Yadi. Laras belanja semua kebutuhan rumah tangga selama 2 jam, setelah selesai, Laras pulang dan membereskan semua barang belanjaannya. Setelah itu Laras mulai memasak di dapur untuk makan malamnya.

"Biar ibu bantu mbak," ucap Bu Inah. Wanita itu sepertinya tidak enak hati, sedari pagi nyonya mudanya ini tidak berhenti mengerjakan semua tugas yang harusnya dikerjakan oleh Laras.

"Enggak usah Bu, mending ibu lanjut setrika baju aja," tolak Laras dengan sopan.

"Bener enggak apa mbak?" tanya Bu Inah, wajahnya terlihat ragu-ragu.

Laras tertawa melihat ekspresi Bu Inah.

"Bener enggak apa Bu, saya mau masak buat kak Todi, ibu setrika aja enggak ya, nanti kalau perlu apa-apa saya panggil ibu ya," jelas Laras.

"Ya udah mbak, ibu ke belakang ya," pamit Bu Inah.

Laras mulai memasak. Dia sudah merencanakan makan malam dengan Todi hari ini. Dalam waktu sekitar dua jam, hidangan makan malam buatan Laras sudah tersedia semua. Hari sudah hampir magrib, tapi Todi belum juga menunjukkan tanda akan pulang. Laras mengecek ponselnya. Tidak ada pesan dari Todi. Sibuk sekali dia sepertinya, pikir Laras.

"Kakak sayang..sudah mau pulang? aku sudah masak di rumah buat makan malam, cepat pulang ya," tulis Laras. Dia mengurungkan niatnya untuk menelpon Todi, takut suaminya masih sibuk di kamar operasi.

Sepuluh menit menunggu, tidak ada balasan dari Todi. Akhirnya Laras pergi mandi dan bersiap-siap untuk menyambut Todi pulang.

Hari sudah malam, jam sudah menunjukkan pukul 7 malam, Laras masih belum menerima pesan balasan dari suaminya. Laras berjalan mondar-mandir tidak karuan, lalu setelah merasa lelah sendiri, akhirnya dia duduk di depan ruangan televisi. Laras menunggu sambil menonton film yang dia pilih secara asal. Baru kali ini Todi seperti ini, tidak membalas pesan Laras selama berjam-jam.

Todi baru sampai di rumah sekitar pukul 8.20, wajahnya terlihat kelelahan. Laras menyambut dengan senyuman lebar di depan pintu.

"Kamu nungguin aku?" tanya Todi.

"Ya iyalah, masa suami pulang dicuekin," jawab Laras sambil mencibir, heran dengan pertanyaan Todi. Dia mengambil tas dari tangan Todi.

"Sudah makan malam?" tanya Laras lagi.

Todi menggeleng.

"Yuk, makan, aku udah masak banyak buat makan malam" ajak Laras, menggandeng lengan suaminya. Todi hanya mengikuti semua yang diperintahkan oleh Laras, tidak ada sepatah kata pun keluar dari mulutnya.

"Kak, makanannya aku hangatkan dulu ya, kakak mandi sama ganti baju dulu?" ucap Laras. Todi mengiyakan, naik ke atas, dan kembali lagi sekitar 15 menit. Laras sudah selesai menghangatkan semua masakannya malam ini.

"Yuk, makan," ajak Laras setelah melihat Todi turun dari kamar.

"Kamu belum makan?" tanya Todi. Laras mengangguk.

"Iya aku sengaja tunggu kamu pulang biar bisa makan bareng," jawab Laras.

"Lain kali jangan, kalau lapar makan aja duluan," balas Todi, membuat Laras mencibir dengan kesal.

"Aku kan mau makan malam sama suami aku," balas Laras dengan manja. Todi hanya tersenyum tipis. Laras mengamati dengan seksama wajah suaminya, seperti ada yang sedang dipikirkan oleh suaminya itu.

"Ayo makan, kok malah lihatin aku?" ucap Todi.

"Oh iya, yuk kak," ajak Laras. Dia langsung mengambil alat makan Todi dan menyiapkan makan malam. Mereka berbincang selama makan malam, tapi Laras sengaja tidak bertanya mengenai apa yang sedang Todi pikirkan, sehingga dia lebih banyak diam hari ini. Todi banyak berubah.

Setelah makan, Todi langsung pergi ke kamar, tidak seperti biasanya. Todi dan Laras sering menonton acara televisi dulu sebelum tidur. Tanpa bertanya Laras menyusul suaminya ke kamar. Todi sudah berbaring disana.

"Hari ini capek sekali?" tanya Laras, mencoba bertanya. Dia memeluk suaminya dari belakang.

"Iya," jawab Todi singkat. Membalikkan badannya, menghadap tubuh Laras.

"Ada yang mau kakak ceritakan sama aku?" tanya Laras sambil menatap lembut wajah Todi.

"Enggak ada," jawab Todi lagi, menggelengkan kepalanya dengan segera. Tapi Laras bisa tahu suaminya berbohong, matanya tidak melihat Laras saat menjawab pertanyaan Laras.

"Ya udah kalau memang enggak ada. Kita tidur ya, kakak pasti kecapean ini," ujar Laras. Menaruh kepala Todi ke dalam pelukannya, sambil membelai lembut kepala suaminya. Todi membenamkan dirinya ke dalam pelukan Laras.

"Kalau kakak ada masalah kapan pun, aku siap denger cerita kakak," bisik Laras ke telinga Todi.