"Aku potong rambut, yah karena aku mau aja"
"Tapi lebih cantikan panjang, Helga sayang"
"Oh, jadi kalau rambut aku pendek, kamu udah gak mau gitu jadi pacar aku?!"
"Aku gak mau"
Helga kesal lalu melemparkan handuk pada William yang sedang duduk di hadapannya.
"Malam ini, kak Willie makan sendirian aja, aku mau tidur. Habis makan langsung pulang!"
Helga yang merajuk berniat meninggalkan William, tapi William malah menariknya dalam pelukannya. Helga terkejut dan hanya bisa diam saja, namun raganya tak bisa menolak, bahkan dengan ringan kedua tangannya memeluk kembali.
"Aku gak mau jadi pacar kamu. Aku cuma mau jadi suami kamu"
Helga hanya menatap William dengan wajahnya yang kini merona.
Suami?
Apa Helga sedang bermimpi saat William mengatakannya?
Esok pagi akhirnya tiba, Helga dibangunkan oleh suara bel pintu yang terus berbunyi. Helga yang memaksakan dirinya bangkit dari tidur lalu melirik jam di dinding.
Yang benar saja? Siapa yang bertamu di pukul 6 pagi?
Namun bunyi bel pintu terus berulang dan mengganggu Helga. Helga bergegas membuka pintu. Yang didapatinya hanya William dan beberapa orang yang mengikut di belakangnya.
"Ada apaan nih?"
"Helga sayang, aku sengaja datang pagi-pagi untuk bisa sarapan sebelum kita berangkat ke kantor. Aku juga bawa juru masak, biar kamu gak usah repot-repot buat sarapan lagi"
"Ah terserahlah. Kalian masuk aja, dan lakukan yang perlu kalian lakukan. Aku mau mandi dan siap-siap"
Helga mempersilakan mereka masuk dan ia kembali masuk ke kamarnya.
"Hufft, apa-apaan lagi sih laki-laki itu? Berulah hampir di setiap jengkal hidup aku"
Helga lalu terdiam, mengingat kejadian semalam. Saat William berkata bahwa ia ingin menjadi suaminya, lalu memberikan ciuman hangat pada Helga. Helga menjadi merona mengingatnya, itu bukanlah ciuman pertama mereka, tapi bagi Helga ciuman semalam adalah ciuman terhangat mereka.
"Helga, kamu antar aku ke kantor nanti yah, kita berangkat bareng"
"Aduh kak Willie! Aku hampir mati jantungan tau! Bisa gak sih jangan tiba-tiba masuk kamar aku? Ketuk pintu dulu dong!"
"Ngapain aku harus ketuk pintu dulu?"
"Yah harus lah! Bagaimana kalo kakak tiba-tiba masuk sementara aku lagi ganti baju?"
"Yah gak masalah, kamu kan calon istriku"
"Masalah lah!"
"Lagian kan bagi aku, mungkin kita udah waktunya lakukan itu"
"Gak boleh! Kita belum nikah! Udah ah, mending aku siap-siap daripada tanggapin calon suami mesum!"
Saat perjalanan ke PMG Center, mereka sempat berbincang banyak, termasuk kejadian semalam, saat pertunangan antara William dan Alice berhasil digagalkan.
Akhirnya mereka tiba di vallet PMG Center. Namun sebelum turun dari mobil Helga, William berdiam sebentar, membuat Helga bingung melihatnya.
"Helga bisa minta satu permintaan lagi?"
"Apa kak?"
"Kita swafoto yuk, untuk insta story aku"
"Hemm, boleh"
Setelah mengambil swafoto berdua, tanpa berucap apa-apa lagi William lalu turun dari mobil Helga dan masuk ke dalam gedung itu.
Helga akhirnya sampai di vallet gedung kantornya. Ia merasa begitu malas untuk parkir sendiri di basement.
Saat berjalan memasuki kantor, Helga sadar bahwa semua orang sedang meliriknya. Ia sempat bercermin sebentar, tapi Helga pikir tidak ada yang salah dengannya.
Akhirnya Helga tiba di lantai ruangannya. Dan masih saja semua orang meliriknya. Helg menjadi tidak enak sendiri.
"Lho, Helga? Udah masuk kerja aja. Kamu kan izinnya seminggu"
"Yah mau bagaimana lagi mbak Dewi, aku bosan kalau gak kerja"
"Dasar perempuan gila kerja.Oh iya, selamat yah"
"Selamat apa yah mbak? Ulang tahun aku udah lewat"
"Pura-pura gak mau akuin yah. Kamu kan mau nikah sebentar lagi"
"Apa? Nikah?"
"Gak usah disembunyikan kali. Aku lihat kok di insta story pak William"