Dengan sedikit kesal dan ekspresi yang tidak baik, Helga membuka pintu mobil William, duduk di sebelah pria itu dan langsung menatap pria itu dengan sinis. Sementara William hanya tersenyum ceria menatap wanita yang sepertinya sedang merajuk di hadapannya itu.
"Kok muka kamu gitu sih?"
"Gak usah pura-pura tau deh, kamu tau kan alasan kenapa aku gini!"
"Aku gak tau", William hanya menjawab santai dan masih tersenyum.
"Kamu kenapa sih, buat story sembarangan. Orang-orang di kantor jadi salah paham!"
"Oh"
"Jawaban kamu kok cuma 'Oh' sih?!"
William tidak mempedulikan Helga dan langsung melajukan mobilnya membawa Helga ke sebuah tempat.
Saat tiba, Helga yang masih kebingungan semakin bertambah bingung. Bagaimana tidak. Siang itu William membawanya ke sebuah bangunan yang tidak asing.
Helga yang melamun lalu tersentak ketika William tiba-tiba membuka pintu mobil untuknya dan mengulurkan tangan pada Helga, mengajak wanita itu mengikutinya.
"Kak Willie? Apa-apaan semua ini?"
"Aku sudah daftar pernikahan untuk kita"
"Hah? Apaan! Aku kan belum setuju!"
"Aku gak peduli. Kita nikah, jadwalnya besok pagi?"
"Apa?!"
"Semuanya sudah siap, besok pagi kamu tinggal bangun, memakai gaunnya dan berdandan"
Dengan ekspresi tertegun khas Helga, wanita itu tidak dapat berkata apa-apa lagi pada lelaki sok tahu yang tiba-tiba saja mendaftarkan pernikahan untuk mereka.
Siang itu, dengan gaun pengantin yang cantik dan riasan yang menawan, Helga meladeni setiap tamu yang ingin berfoto dengannya. Padahal dalam hati ia masih percaya tidak percaya dengan apa yang dialaminya barusan.
Beberapa waktu yang lalu, ia sudah resmi menjadi istri seorang William. Setelah apa yang ia lalui selama ini, akhirnya, untuk kedua kalinya ia menjadi seorang istri.
Ia lalu menatap suaminya yang berdiri tepat di sampingnya, dan tersenyum. Dalam hati ia bergumam, jika seandainya ia tau bahwa anak lelaki di taman bermain waktu itu adalah masa depannya.
"Kenapa kamu tatap aku sayang?"
"Gak kok, gak kenapa-kenapa"
"Pasti kamu lagi bayangin gimana nanti malan pertama kita kan?"
"Ih apaan sih! Sekalipun kamu suami aku, gak sopan tau ngomong kayak gitu ke wanita yang belum pernah ada pengalaman"
Evan lalu mendatangi Helga dan William di pelaminan. Evan lalu mengingat saat dia yang berada di posisi William di hari itu. Masih ada penyesalan dalam hatinya, namun ia berusaha untuk melepaskan Helga dan membiarkan wanita itu bahagia.
"Kalian berdua, selamat yah. Kak Will, jaga Helga baik-baik. Jangan sekalipun kamu sakiti dia. Helga wanita yang baik"
"Tanpa kamu bilang pun, aku pasti lakukan yang terbaik buat Helga"
"Oh iya Van, apa kamu sudah jenguk Reina belakangan ini?"
"Sebelum kesini, aku singgah mengunjunginya. Dia terlihat kelelahan karena hamil"
"Evan, aku harap setelah banding, hukuman Reina diringankan, biar kalian bertiga bisa hidup bersama"
Evan hanya mengangguk dan mengiyakan perkataan Helga.
Hari itu semua orang terlihat bahagia. Helga, William, keluarga mereka, dan teman-teman mereka.
Moment bahagia pertama yang dilalui oleh Helga dan William, dan moment-moment bahagia selanjutnya selalu mengiringi mereka.