Akhirnya hari pesta pertunangan William dan Alice tiba. Semua orang sudah datang, kecuali Helga yang sedang ada di Singapura.
"William, apa Helga akan datang nak?"
"Tidak kek, dia tidak akan datang"
"Papa kecewa sama kamu", papa William tiba-tiba datang dengan sepiring cake potongan besar.
"Sifatku yang tidak turun padamu ada satu, perjuangan. Kau tau, wanita, termasuk Helga pasti akan luluh dengan perjuangan lelaki yang dicintainya untuknya"
Tiba saat upacara bertukar cincin. Saat William disodorkan cincin yang akan dipakaikannya untuk Alice, William tak bergeming sama sekali.
"William, ayo cepat nak"
"Maaf om, tapi, aku gak bisa?"
"Apa?!"
"Aku gak bisa bersama Alice tanpa cinta"
"Tidak bisa! Kalian harus bertunangan!"
"Tidak om, tidak akan"
"Pak Putra, beginikah kelakuan cucumu mempermalukan kami!"
"Cukup papa! Jangan salahkan mereka!"
"Alice?!"
"Aku yang salah, karena aku cinta dan berpacaran dengan lelaki lain"
"Alice! Kau bohong kan nak?!"
"Aku jujur pa. Aku dan Ben sudah lama saling cinta"
Helga saat itu sedang berlarian di bandara membawa kopernya. Untunglah ia tdk ketinggalan pesawat. Saat di pesawat, ada seseorang yang menyapanya.
"Helga?"
"Rasya?"
"Kamu ada di Singapura?"
"Kemarin ada kerjaan disini"
"Oh iya, kenalin, ini istri aku Manda. Kami honeymoon disini"
"Selamat yah atas pernikahan kalian"
Helga akhirnya tiba di Indonesia, menuju parking untuk mengambil mobilnya. Dalam mobil Helga lalu mengganti pakaiannya dengan gaun yang ada di kopernya, dan berdandan seadanya, untuk ke pesta pertunangan William dan Alice.
Semoga masih ada waktu.
Semoga ia berhasil menghentikan pertunangan itu.
Ia tiba di valet Emerald Hotel tempat acara itu dilaksanakan. Saat masuk di aula tempat acara itu, Helga mendengar semua orang bertepuk tangan memberikan selamat. Helga berpikir, mungkin dia sudah terlambat.
"Helga, kamu disini nak?"
Sapaan kakek membuat Helga langsung berbalik ke arahnya.
"Maaf kek, aku terlambat, aku baru datang dari Singapura"
"Haha, tidak apa-apa nak. Ayo kemari, ikut sama kakek"
Helga mengikuti kakek ke altar, dan mendapati Alice dan Ben yang kini resmi menjadi tunangan.
"Kakek, ini..."
"William menghentikan pertunangannya sendiri nak. Dan Alice sudah mengakui hubungannya"
"Jadi kamu kesini?"
Suara William yang berbisik dari arah belakang membuat Helga terkejut dan langsung berbalik. William lalu membawa Helga pergi dari keramaian itu menuju atap gedung.
"Helga..", William lalu memeluk Helga dengan erat. Helga hanya membalas pelukan lelaki itu.
"Maaf, karena aku membuat kamu menderita terlalu lama, membuat kamu menunggu terlalu lama untuk ketegasanku"
"Kak Willie, aku tau kalau kak Willie akan menolak perjodohan itu"
"Tapi Helga, ngomong-ngomong, kenapa kamu tiba-tiba datang?"
"Aku.. Aku mana mungkin melewatkan pesta atasanku"
"Atau jangan-jangan, kamu tiba-tiba datang untuk menggagalkan pertunangan aku dengan Alice kan?"
"Ih, GR! Gak mungkin lah!"
"Ya udah kalau gitu, aku mau tunangan sama Alice lagi"
"Eh, jangan kak Willie!"
"Hehe, kamu akuin aja deh"
"Iya iya! Yang kak Willie bilang semuanya benar!"
William sedang santainya duduk di sofa menonton acara olahraga di TV, di apartemen Helga. Helga yang baru selesai mandi hanya berdecak pada kelakuan William yang berkunjung di rumahnya.
"Dia pikir dia tuan rumah apa!", gumam Helga pada dirinya sendiri.
Helga lalu menyajikan makanan yang dibuatnya tadi di meja makan dan memanggil William untuk makan bersama. William menghampiri Helga, dan terkejut dengan apa yang dilihatnya.
"Eh, Helga? Kamu potong rambut?"
Akhirnya William menyadari rambut sebahu Helga yang tertutupi oleh riasan rambutnya saat menghadiri pesta.
"Kok kamu potong rambut sih?"
Helga hanya tersenyum masam pada William, sebelum ia menjelaskan pada kekasihnya itu.