Di pesta pertemuan para pengusaha di rumah Alice, baik William maupun Alice selalu berusaha untuk bersandiwara di hadapan semua orang. Tapi tetap saja, mereka tidak dapat menahannya lebih lama.
William mulai menyendiri di meja bar, dan mendapati dirinya meminum wine beberapa gelas. Saat akan minum lagi, kakek datang dan menahan tanggannya. William meletakkan gelasnya, namun tak dapat menatap mata kakek.
"William, kakek tau, kakek yang salah nak"
"Gak ada yang salah kek, ini perjanjian di masa lalu, lagian kita tidak pernah tau masa depan, seperti yang terjadi sekarang"
"Tapi nak, Helga..."
"Helga sudah gak peduli lagi. Dia tau aku sama Alice sekarang, tapi dia benar-benar gak peduli. Sedangkan dia seharusnya hadir di pesta ini, tapi dia gak mau lihat aku lagi kek"
"William, sabar nak"
"Aku masih butuh minum kek. Aku pulang lebih dulu"
William lalu menghampiri Alice dan ayahnya yang sedang menyapa beberapa tamu. William harus pergi sebelum ia minum terlalu banyak dan membuat kekacauan.
"Nak William, ada apa?"
"Om, Alice, saya harus pamit sekarang. Ada pekerjaan yang tertinggal"
"Ah, baiklah. Saya suka kalau calon menantuku orangnya pekerja keras"
"Baik om, nanti aku hubungi lagi"
Saat perjalanan, William hanya terus meminum wine nya. Ia tak memberitahukan supirnya kemana hendak ia ingin pergi. Kini dirinya yang sudah mabuk itu hanya meminta supirnya untuk membawanya ke suatu tempat.
"Antar aku ke tempat biasa. Tinggalkan, nanti aku hubungi lagi"
"Baik pak"
Sementara itu Helga membuka pintu apartemennya. Terlihatlah pria itu, yang sejak tadi menunggu Helga depan pintu.
"Maaf yah pak, saya kelamaan"
"Gak apa-apa bu. Ini makanan pesanannya"
"Oh iya pak, ini uang makanannya, dan ini tip buat bapak"
"Makasih yah bu"
"Sama-sama"
Helga menutup pintu dan menuju meja makan untuk membuka makanan pesanannya. Jika biasanya Helga yang membuat makan malam sendiri, maka kali ini ia begitu malas untuk memasak dan lebih memilih untuk memesan dari luar.
"Hummm, mie ayamnya kayaknya enak. Ah, aku jadi ingat sama kak Charlie. Dia kan suka mie ayam"
Baru saja Helga ingin membuka kemasan makanannya, seseorang di depan pintu menekan bel berkali-kali.
"Siapa yah? Kayaknya bapak ojol yang tadi deh. Mungkin uangnya kurang"
Tanpa memastikan lebih dulu, Helga langsung membuka pintu. Betapa terkejutnya ia saat tau kalau yang datang adalah William, yang langsung memeluknya.
"Helga..."
Dari aromanya, Helga tau kalau William sudah minum terlalu banyak. Helga lalu memapah pria itu untuk duduk di sofa. Helga lalu mengambil telpon dan menghubungi keamanan.
"Iya bu, ada apa?"
"Apa mobilnya pak William masih ada di bawah?"
"Mobil pak William sudah pergi dari tadi bu"
Helga lalu menepuk pelan jidatnya sendiri. Kenapa lagi ia harus terbebani dengan pria itu malam ini? William lalu menggenggam tangan Helga.
"Helga, aku sayang sama kamu.."
"Aduh, kak Willie, kamu tuh mabuk kenapa ke rumahku sih!"
"Aku gak mau nikah sama perempuan lain"
Dengan sedikit kesal Helga lalu melepaskan genggaman William dan mendorongnya hingga terjatuh terbaring di atas sofa, membuat pria mabuk itu langsung tertidur.
Helga kembali ke meja makan dan membuka kemasan mie ayam yang dipesannya tadi.
"Laki-laki itu! Baru aja malam ini aku mau tenang-tenang lupain dia, eh dia malah datang, mabuk lagi"
Sebelum masuk di kamarnya untuk tidur, Helga membawakan selimut untuk William yang sudah tertidur. Ia lalu menyelimuti pria itu.
"Kak Willie, aku harap setelah semua ini, kita masih bisa berhubungan dengan baik. Aku sudah putuskan untuk lupakan kamu, jadi ini adalah malam terakhir kamu bisa ke sini"
Pagi itu sudah pukul sepuluh, William baru terbangun. Ia mencoba mengumpulkan kesadarannya. Ia sedikit terkejut saat mendapati dirinya sendiri di apartemen Helga.
William ke kamar Helga, ternyata Helga sudah tidak di rumah. Ia menemukan catatan yang ada di pintu kamar Helga.
"Mandi dan sarapanlah, aku sudah masak. Sebelum pergi, cek barang-barang kakak, jangan sampai ada yang tertinggal, karena kakak gak tau password apartemen ini. Helga"