"Kak Helga..."
"Ada apa Yul?"
"Itu kak, mbak Dewi minta kak Helga antar berkas ke pak presdir sekarang"
"Hemm, kamu aja deh Yul yang antar"
"Gak bisa kak, kakak tau sendiri kan kerjaanku hari ini banyak banget. Malah bisa-bisa aku lembur lagi"
"Ya udah, mana berkasnya?"
Helga tiba di PMG Center. Namun saat hendak naik ke ruangan presdir, Helga hampir saja menggunakan lift khusus presdir seperti biasanya, namun ia cepat menyadarkan dirinya bahwa ia dan William tidak ada hubungan apapun lagi.
Helga menggunakan lift umum, namun saat menunggu lift, ia melihat Alice, Ben, dan ayah Alice keluar dari lift presdir. Helga tau, bahwa mereka tentu saja baru bertemu dengan William. Hingga obrolan kecil pegawai sedikit menarik perhatian Helga.
"Jadi itu calon istri dan calon mertua pak presdir?"
"Iya, dengar-dengar sih namanya Alice, anak yang punya bank swasta terbesar senegeri ini"
"Wah pantas aja sih, orang kaya menikah dengan orang kaya. Presdir tampan menikah dengan nona kaya yang imut"
"Aku tadi dapat gosip dari orang dapur yang mengantar minuman untuk mereka tadi, katanya minggu depan mereka akan tunangan secara resmi"
"Serius? Apa kita datang?"
"Iya lah. Acara sebesar itu pasti akan dibutuhkan banyak pegawai untuk mengurus pesta"
"Jadi penasaran, gimana sih acara tunangannya para orang kaya"
Helga yang cukup jelas mendengar obrolan dari meja resepsionis itu hanya menunjukkan ekspresi datarnya.
"Orang kaya dan orang kaya apanya! Mereka kira aku gak kaya? Aku kan salah satu pemilik saham tertinggi di PMG!"
Helga mengetuk pintu dan masuk ke ruang kerja William, ia melihat ada William, kakek, dan papa William di dalam ruangan itu. Hati Helga semakin kacau saat ia menyadari bahwa tadi ada pertemuan keluarga.
"Nak Helga kamu datang? Kalau begitu kami permisi dulu"
Kakek dan papa William meninggalkan Helga dan William berdua di ruangan itu.
"Maaf pak mengganggu, saya cuma mau antarkan berkas dari Fashion Diamond"
"Aku sedikit terganggu dengan caramu memanggil aku"
"Maaf pak, saya hanya pegawai salah satu perusahaan PMG, saya tidak berhak bicara informal dengan bapak"
Tepat saat Helga ingin beranjak pergi, William menahannya, menarik dirinya dalam dekapannya. Helga meronta dan berhasil lolos dari dekapan William.
"Kenapa Helga? Kenapa kamu gak peduli sama semua ini?"
"Aku hanya melalukan apa yang harus aku lakukan"
"Minggu depan aku tunangan"
"Selamat atas pertunangan presdir"
"Kamu harus datang"
"Terima kasih atas undangannya, tapi minggu depan saya harus berangkat ke Singapura menghadiri Fashion Week mewakili Fashion Diamond"
Lagi-lagi, saat Helga beranjak pergi William meanhannya dan menariknya dalam pelukannya. Namun kali ini, William berhasil mengecup bibir Helga. Helga yang memberontak membuat William melepaskan ciuman itu.
"Helga..."
"Maaf pak, saya gak mau berciuman dengan tunangan orang"
"Tapi Helga..."
"Aku mohon, kalau kamu masih peduli sama aku, kamu jangan menahan aku lebih lama untuk rasa sakit ini. Saya permisi"
Helga berlalu sambil menyeka air matanya yang mengalir di pipinya. Baginya, ia tidak mau lagi menahan luka itu semakin lama, dan semakin dalam
Pagi itu Helga keluar dari rumah, mumpung sedang akhir pekan, ia memutuskan untuk ke mall dan melihat jadwal film di bioskop. Saat tiba, Helga melihat bahwa film yang ia tunggu hanya tayang di premier studio.
"Premier studio? Heh, aku ini cewek kaya, harga segitu pasti bukan apa-apa kan?"
Setelah membeli tiket, Helga masuk ke studio dan mencari seat miliknya. Karena ia suka sedikit tenang, ia memesan seat untuk pasangan. Namun, saat Helga menuju seatnya, ia melihat Alice dan Ben yang duduk di seat pasangan yang ada tepat di depan Helga. Karena harus melewati kedua orang itu, Helga terpaksa menyembunyikan wajahnya dengan tas miliknya, agar Alice dan Ben tidak mengenalinya.