Chereads / Musim Gugur adalah Helga / Chapter 75 - Tujuh Puluh Lima

Chapter 75 - Tujuh Puluh Lima

Helga sedang duduk saat itu, seorang sipir yang ada saat itu mengantarkan kopi untuknya.

"Terima kasih"

Tak lama, Reina muncul dengan seragam tahanannya, dan kedua tangan yang diborgol. Dia lalu duduk di hadapan Helga dan meletakkan kedua tangannya di atas meja.

"Kamu orang pertama yang berkunjung untukku"

"Langsung saja. Aku hanya punya 10 menit untukmu"

"Kamu tau, aku sangat cinta sama laki-laki itu, tapi dia seperti masih tidak melupakanmu, padahal dia hidup bersamaku"

"Tapi Reina, Evan sangat cinta sama kamu. Dia tidak akan meninggalkan pernikahannya dan membantah keluarganya kalau dia tidak cinta sama kamu"

"Yah, awalnya begitu manis, tapi semakin lama Evan berubah. Dia sudah mulai mengeluh aku yang tidak pernah memasak untuknya, dan mulai membandingkan kita berdua. Dia mulai menguntit media sosialmu. Dan parahnya, dia mulai menyimpan foto-fotomu, bahkan pernah menyebut namamu dalam tidurnya"

"Aku tak tau itu. Yang aku tau, yang kau lakukan adalah kejahatan. Melakukan pembunuhan berencana?"

"Dan sialnya, bukan kamu yang mati malah Charlie. Kecelakaan malam itu pun tak berhasil melenyapkanmu"

"Alasan aku meminta biar kamu gak dihukum mati adalah karena aku tau sejak awal tentang anak itu. Padahal, kalau kamu memberi tau Evan, dia akan semakin mencintaimu dan bisa saja melupakanku"

"Aku sangat tidak sabaran, karena bagiku, melenyapkanmu bisa mempercepat Evan melupakanmu"

"Seperti apapun, aku gak akan pernah kembali ke laki-laki itu. Sekalipun saat ini dia sudah sendiri, aku gak berniat sedikit pun untuk kembali, sampai kapanpun"

"Helga, kau..."

"Aku harus pergi sekarang. Jagalah kesehatanmu untuk anakmu, aku sudah beritau sipir untuk menjaga makananmu dan mentalmu"

Baru saja Helga keluar dari ruangan itu, ia langsung berpapasan dengan Evan.

"Helga?"

Helga dan Evan kini duduk berdua berhadapan dengan es kopi mereka masing-masing.

"Reina banyak cerita tentangmu"

"Helga, aku tau, mungkin kamu sudah tau kebenaran tentang anak itu"

"Jujur aja, aku sedikit merasa bersalah. Karena aku Reina cemburu dan melakukan ini kejahatan. Kak Charlie sampai terbunuh. Bahkan anak yang nantinya akan terlahir tanpa dibesarkan ibunya"

"Aku yang salah Helga. Dari awal aku yang salah. Pernikahan kita, perselingkuhan aku, kematian kak Charlie, kecelakaanmu, anak itu, semua karena aku yang salah"

"Berhenti menyebut anakmu sendiri dengan istilah 'anak itu'. Tapi, aku bisa sedikit legah karena tau kesalahanmu"

"Helga, tolong, kasi aku satu kesempatan"

"Aku gak bisa"

"Apa karena Reina hamil anak aku jadi kamu terganggu?"

"Bukan itu. Aku sudah gak cinta lagi sama kamu. Sekalipun anakmu tidak pernah ada, aku gak akan kembali"

"Apa karena kak William? Sadar Helga, dia sudah dijodohkan dengan perempuan lain"

"Bukan juga. Aku sudah menyerah terhadap kak Willie. Aku sudah memutuskan untuk tidak memberi kesempatan dan tidak berharap pada William"

Malam itu, Helga yang sedang menikmati waktu luangnya dengan menonton film akhirnya terganggu karena kedatangan William. Helga tentu saja terkejut, entah bagaimana William memiliki kunci apartemennya.

"Terserah kak William, aku gak ladenin kakak"

William lalu menggendong Helga dan meletakkan Helga untuk duduk di pangkuannya.

"Kamu ngambek yah?"

"Ngambek? Buat apa?"

"Yah karena kamu cemburu?"

"Cemburu? Haha, udah lewat kali. Aku udah gak peduli"

Helga lalu bangkit dan duduk di sisi sofa yang lainnya.

"Dengar yah pak presdir, aku tuh udah malas sama urusan yang bikin ribet"

Dengan sekuat tenaga Helga menarik tangan William untuk berdiri, dan mendorong William ke arah pintu.

"Helga, sayang, tunggu dulu"

Helga tidak peduli dan berhasil mengeluarkan William dari apartemennya. Helga lalu mengganti kunci pintu dari kunci yang menggunakan kartu menjadi kunci yang menggunakan sandi.

William yang mulai kesal karena tidak bisa lagi menggunakan kunci kartu miliknya, lalu menyerahkan kartu itu pada Helga melalui celah bawah pintu.

Melihat itu, entah mengapa perasaan Helga menjadi tidak menentu. Bukannya legah, malah membuat dirinya sedikit sedih. Mungkin Helga berpikir, bahwa William juga mulai menyerah.