"Waktu itu aku dan kak Cherlie berusia 15 tahun. Tahun-tahun sepeninggalan papa kak Charlie, keadaan perusahaan-perusahaan cukup buruk. Kami kekurangan dana, dan kakek harus meminjam dana dari bank milik ayah Alice"
William lalu berdiri dari duduknya dan mengambil dua kaleng beer dari kulkas, lalu kembali ke posisinya tadi.
"Ayah Alice hanya meminta kakek mengembalikan dana pinjaman tanpa bunga dan bisa diangsur, tapi dengan syarat, salah satu putra dari keluarga kami akan menjadi tunangan Alice"
"Lalu?"
"Tentu saja sebagai pewaris yang menjabat sebagai presdir berikutnya adalah kak Charlie, maka kakek mengusulkan kak Charlie sebagai tunangan Alice"
"Kalau Alice adalah tunangan kak Charlie, kenapa kak Willie bisa terlibat?
"Kak Charlie menolak dan aku tau dihatinya sudah ada perempuan yang dia cintai. Karena aku merasa berutang budi sama kak Charlie karena telah menyelamatkan nyawaku, akhirnya aku memutuskan untuk menggantikannya sebagai tunangan Alice"
"Baiklah, sampai disini aku paham. Yah mau bagaimana lagi, kak Willie sudah punya masa depan"
"Tapi Helga kita bisa usahakan semuanya. Hutang PMG pada ayah Alice sudah lama terlunasi"
"Kak Willie, ini bukan tentang hutang PMG yang terlunasi, tapi tentang tanggung jawab kak Willie. Kakak sudah berjanji akan bertunangan dengan Alice"
"Apa yang harus aku lakukan, Helga?"
"Huh, aku mundur kak. Aku gak bisa teruskan hubungan kita"
"Gak bisa! Kita kan sama-sama cinta!"
"Terus aku harus apa kak?! Terus berhubungan dengan tunangan orang? Jadi simpananmu selamanya?"
"Helga, bukan itu..."
"Kak Willie bisa pergi sekarang, aku mau istirahat. Aku sibuk dengan kerjaan aku"
Siang itu Evan tiba di PMG Center memenuhi panggilan William. Evan sudah tau, apa tujuan William memanggilnya. Apalagi kalau bukan tentang Helga yang sudah tau tentang Alice.
"Kak William, ada apa memanggilku?"
"Kamu pasti sudah tau, apa tujuan aku memanggil kamu kesini"
"Kak William memang harus paham, Helga harus tau tentang semuanya sebelum dia melangkah lebih jauh dengan kakak. Lagian, bukannya aku sudah bilang akan merebut Helga kembali"
"Evan, jangan senang dulu"
William lalu menyodorkan sebuah folder pada Evan. Evan melihat file itu, ternyata isinya adalah laporan tentang Reina, termasuk laporan kesehatannya.
"Bacalah di bagian kesehatan"
Evan lalu menelusuri setiap lembaran berkas di folder itu, dan menemukan lembaran laporan kesehatan Reina.
"Ini..."
"Mantan tunanganmu itu hamil dua bulan. Selamat Evan, kamu akan jadi ayah"
"Aku, aku gak tau kalau Reina hamil"
"Mungkin kamu sudah berusaha sangat baik merebut Helga, tapi apa kamu yakin Helga bisa menerima kamu dan anakmu nanti? Dan walaupun tanpa anak itu, Helga pasti tetap gak mau kembali bersama kamu"
Helga sedang menunggu saat makan siang sendirian di cafe depan Fashion Diamond, tak lama orang yang ditunggu alias Laura datang juga.
"Maaf yah Ga, aku telat"
"Gak apa-apa kok, aku juga baru sebentar disini. Laura, ada apa sih tiba-tiba ngajak ketemuan?"
Laura lalu menyodorkan sebuah folder pada Helga.
"Apa ini?"
"Itu folder laporan tentang Reina. Coba baca laporan kesehatannya"
"Ini..."
"Reina sudah hamil dua bulan"
"Aku, aku udah tau sebelumnya"
"Apa? Kok kamu bisa tau?"
"Hari itu, waktu aku mencari petunjuk tentang kematian kak Charlie, aku datang ke apartemen tempat Evan dan Reina tinggal, untungnya disana cuma ada Evan. Pas Evan sibuk di dapur ambil minuman, aku punya kesempatan membongkar beberapa kabin, dan mendapati testpack positif di salah satu laci. Aku tau sejak itu"
"Kok kamu gak kasi tau aku sih?"
"Aku gak kasi tau siapapun tentang itu. By the way, apa sih tujuan kamu tunjukin semua ini ke aku"
"Aku tau Evan mulai dekatin kamu lagi. Aku tunjukin ini ke kamu biar jadi bahan pertimbangan kalau suatu saat nanti kamu berpikir untuk kembali sama Evan"
"Ayolah Ra, aku gak mungkin mau kembali sama Evan. Sekalipun hal ini gak terjadi, aku tetap gak akan kembali sama Evan"