Helga terbangun dari tidurnya, seluruh tubuhnya terasa lemas, dan beberapa bagian di wajahnya terasa sakit.
Helga yang sedang mandi memandangi wajahnya yang penuh dengan beberapa lebam akibat tamparan dari Reina kemarin saat ia diculik.
"Tok tok tok!"
Suara ketukan pintu membuat Helga mematikan shower, mengelilingi tubuhnya dengan sebuah handuk, dan memastikan siapa yang mengetuk.
"Nona? Nona sudah bangun?"
"Iya"
"Nona silakan turun untuk sarapan"
Helga menuruni tangga dan melihat Evan sibuk menyiapkan sarapan untuknya.
"Helga? Ayo sini"
Helga hanya menuruti panggilan Evan, mengambil posisi duduk yang agak jauh dari Evan.
"Kamu baikan?"
"Iya"
"Oh iya Helga, soal Reina aku minta maaf. Mungkin kamu udah lupa semuanya, tapi yang disampaikan Reina mengenai kita itu benar"
Helga hanya mengangguk dan melanjutkan memakan sarapannya.
"Kamu gak usah khawatir mulai sekarang. Bukankah kita akan menikah lagi?"
Helga berhenti memakan sarapannya mendengar apa yang dikatakan Evan. Tiba-tiba saja William datang dan mengambil posisi duduk berada di antara Helga dan Evan.
"Adik Evan yang pintar, tolong, jangan mengajak kekasih kakakmu ini menjadi istrimu lagi"
"Helga, tolong, kamu jangan dengarkan kak William. Sampai kamu amnesia kita masih saling mencintai kok"
"Kak Willie benar, Evan. Aku memang pacarnya"
Evan bingung dengan apa yang dikatakan oleh Helga, dan mampu membuat tangannya bergetar.
"Maaf selama ini membohongi kamu tentang amnesia. Tapi, hanya itu cara agar aku bisa sedikit lebih aman dari Reina"
"Evan, selesai sarapan, ikut aku ke ruang baca"
Evan lalu mengikuti William ke ruang baca. Entah apa lagi yang akan mereka bahas.
"Besok adalah persidangan pidana Reina. Tolong, hadirlah"
"Tentu"
"Kamu, tidak apa-apa kan dengan semua ini?"
"Maksudnya?"
"Kamu lebih paham hukum daripada aku. Pidana yang akan dijatuhkan untuknya minimal penjara seumur hidup, atau bisa-bisa dia dipidana hukuman mati"
"Aku, aku memang sangat mencintai Reina, tapi aku gak akan benarkan perbuatannya melalukan pembunuhan berencana"
"Bagus. Semua akan terlihat jelas besok setelah persidangan"
"Baiklah"
"Oh iya. Tolong jangan dekati Helga ataupun mengajaknya menikah lagi. Dia itu pacarku"
"Tapi, kak William, kakak juga jangan lupa dengan status kakak sebelum mengklaim Helga adalah pacarmu"
"Aku, aku..."
"Dan pada saat itu tiba, aku pasti bisa merebut Helga kembali"
Evan lalu meninggalkan William sendirian di ruang baca yang sedang memikirkan apa yang baru saja Evan dengar.
Helga merias wajahnya, agar memarnya tak begitu terlihat. Ia lalu mengenakan setelan untuk berangkat kerja. William yang singgah di kamarnya, menjadi heran melihat Helga yang bersiap-siap bekerja kembali padahal kemarin ia adalah sandera penculikan.
"Hey, jangan pergi bekerja!"
"Kenapa?"
"Gak ingat apa, kalau kemarin itu kamu diculik! Lihat wajah kamu yang memar!"
"Aku gak mau libur! Aku bosan di rumah!"
"Baiklah kalau begitu. Hari ini aku bekerja di gedung Fashion Diamond, dan kau harus bekerja di ruanganku!"
Tanpa basa-basi William meninggalkan Helga yang sedikit kesal dengan perlakuannya yang semena-mena.
"Hufft, mentang-mentang presdir, selalu aja seenaknya. Kok bisa sih aku cinta sama laki-laki otoriter seperti dia?!"
Makan siang itu, Helga dan William memilih untuk makan di cafe depan gedung Fashion Diamond. Namun, saat mereka menikmati makan siang, seorang gadis tidak sengaja menyenggol bahu Helga.
"Ah. Maaf yah, maaf aku gak sengaja"
"Iya, gak apa-apa"
"Eh, kak William? Kak William kan?"
"Kamu siapa?"
"Kak William lupa? Aku Alice"
"Alice?"
Ekspresi William tiba-tiba berubah saat mengetahui siapa gadis itu, sementara Helga merasa canggung berada di antara pertemuan mereka.