William dan Yuli sedang sibuk di ruang keamanan mengamati rekaman CCTV basement. Dia melihat Helga sempat memegang ponsel sebelum diculik.
"Asisten. Catat nomor mobil ini, dan pastikan kita bisa melacak keberadaan mereka"
"Baik pak"
"Tuan William, kak Helga tadi sepertinya sedang mengirim pesan di ponselnya. Apa mungkin dia mengirim ke bapak?"
Mendengar itu, William lalu sadar, dan segera mengecek ponselnya. Benar, ada pesan dari Helga yang bertuliskan 'GPS'.
William lalu berlari keluar diikuti oleh asistennya dan Yuli. Saat tiba di basement, ia bertemu Evan.
"Evan, kamu ngapain disini?"
"Helga belum pulang, jadi aku kesini berniat jemput dia"
"Dia diculik"
"Apa?!"
"Sudahlah, jangan banyak tanya, ikut saja"
Helga mulai terbangun, ia sadar terakhir kali ia pingsan dalam mobil van yang menculiknya. Ia membuka matanya dan menyadari dirinya terduduk di sebuah kursi, dengan tangan dan kakinya yang diikat.
"Sudah bangun tuan putri?"
Suara yang tidak asing itu membuat Helga semakin tersadar. Ia lalu melihat Reina yang ada di hadapannya.
"Karena kamu amnesia, jadi mungkin kamu gak tau siapa aku. Aku Reina, tunangan Evan"
"Reina?"
"Iya. Kamu mungkin lupa kalau kamu udah bercerai sama Evan. Tapi, walaupun kalian sudah cerai, Evan selalu saja ingat sama kamu!"
Reina lalu menampar Helga dengan sangat keras. Tidak hanya sekali, namun dua kali di pipi sisi yang satunya.
"Dia selalu saja bicara tentang kamu, bahkan masih simpan foto-fotomu! Aku yang benci itu akhirnya menyuruh seorang sniper untuk membunuhmu, beruntung, berkat Charlie yang berkorban nyawa kau masih hidup sampai sampai sekarang"
"Reina, lepaskan aku wanita iblis!"
Reina lalu menampar Helga lagi, kali ini lebih keras dari sebelumnya. Reina lalu menodongkan sebuah pisau di hadapan Helga.
"Sudahlah, sebentar lagi kau akan menyusul Charlie. Tapi aku akan menyiksamu lebih dulu"
Tak lama, mereka berdua menyadari ada keributan dari arah luar. Baru saja Reina ingin memastikan apa yang terjadi, tiba-tiba segerombolan polisi datang dan mengepung mereka, mengarahkan senjata api ke Reina. Reina mulai ketakutan tak bergeming.
William dan Yuli lalu datang menhampiri Helga yang diikat, dan berusaha melepaskan Helga.
Tak lama Evan muncul, Reina semakin ketakutan. Tangannya yang gemetar membuat pisau yang digenggamnya terjatuh.
"Evan... aku..."
Evan menghampiri Reina dan menamparnya hingga terjatuh.
"Perempuan hina! Pembunuh! Kamu sudah membunuh kak Charlie dan mau membunuh Helga!"
Reina lalu berlutut di hadapan Evan sambil menangis.
"Evan, aku lakukan ini karena aku cinta sama kamu! Aku gak mau kamu ingat Helga terus!"
"Polisi, bawa perempuan ini. Aku pastikan dia akan dihukum dengan berat"
Beberapa polisi kemudian memborgol Reina dan membawa Reina.
"Kak Willie!", Helga lalu memeluk William. Ia benar-benar takut kalau sampai William tidak datang menyelematkannya.
"Kak Helga baik-baik aja kan?"
"Aku baik aja Yul, thanks yah"
"Helga..."
Evan lalu datang dan langsung memeluk Helga, namun Helga tak membalas pelukan itu.
"Aku minta maaf gak bisa jaga kamu sayang. Ayo kita pulang"
Akhirnya mereka bertiga tiba di rumah, Helga tertidur sepanjang perjalanan. Baik William atau Evan tidak berani untuk membangunkan Helga. Namun saat Evan ingin menggendong Helga, William menahannya.
"Evan, biar aku saja"
"Gak kak, Helga tanggung jawabku"
"Tanggung jawab? Ingat, dia bukan istrimu lagi, dan jangan bahas tanggung jawab lagi, kamu lah yang meninggalkan dia"
Evan terdiam setelah mendengar apa yang dikatakan William tadi, dan membiar William yang menggendong Helga masuk ke rumah.
William lalu membaringkan Helga di atas ranjang di kamar Helga. Ia melihat ada memar di salah satu sisi wajahnya. Ia lalh mengelus pipi Helga yang begitu lelap, lalu mencium kening Helga.
William lalu beranjak dan keluar dari kamar Helga. Di depan pintu sudah ada dua asisten rumah yang menunggu.
"Kalian masuklah. Bersihkan tubuhnya, ganti pakaiannya, dan obati setiap luka dan memar yang ada"