"Acting aku bagus kan kak?"
William hanya menatap datar Helga dan tidak menjawab Helga. Helga mulai bingung, ada apa dengan William.
"Kak Willie, aku tanya, acting aku tadi bagus kan?"
William hanya mengulangi sikap dinginnya lagi. Helga mulai kesal, sebab ia tidak mengerti ada apa lagi dengan pria itu.
"Ya udah kalau kak Willie gak mau bicara. Aku balik ke kamarku aja!"
Helga beranjak dari dudukmya di samping William, namun William meraih tangannya dan menarik Helga, hingga Helga kini berada dalam dekapannya, saling berhadapan dan duduk di atas pangkuan William.
"Aku marah"
"Marah? Marah kenapa?"
"Yah, karena aku cemburu"
"Cemburu bagaimana?"
"Kamu tadi pelukan sama Evan, ya jelas aku cemburu!"
"Kan cuma acting kakak!"
"Gak bisa, aku pasti tetap cemburu! Memangnya kamu gak akan cemburu lihat aku pelukan sama perempuan lain?"
"Hemm, bagaimana yah? Soalnya kan kakak selama ini sering bersama wanita-wanita cantik. Mungkin aku sudah biasa"
"Oh! Jadi kamu gak cemburu?"
"Cemburu sih, tapi...."
Belum sempat Helga menyelesaikan kalimatnya, William lalu mencium bibirnya. Helga terkejut, dan mendorong tubuh William dengan lembut.
"Willie, aku kaget loh!"
"Sengaja. Itu hukuman kamu karena sudah buat aku cemburu!"
William kembali menciumi Helga, kali ini ciumannya lebih mesrah dibandingkan sebelum-sebelumnya. Helga yang juga menikmatinya, kali ini tidak bisa menahan ciuman yang terus datang, semakin lama semakin dalam.
Ciuman itu mulai merambah turun ke leher Helga, membuat Helga mengeluarkan desahan nikmat. Namun William terus melanjutkan aksinya.
Namun pada saat William berusaha membuka kaos yang dikenakan Helga, Helga mengehentikan tangannya.
"Helga?"
"Maaf kak, aku, aku belum siap untuk itu"
"Tapi aku udah siap sayang"
"Tapi kita kan gak ada ikatan apa-apa. Aku gak mau itu"
"Ya udah, maafin aku yah sayang"
"Kalau gitu, aku balik ke kamarku yah. Aku besok harus masuk kerja"
Helga beranjak dari pangkuan William, dan memperbaikan pakaiannya sebelum keluar dari kamar William.
William hanya duduk terdiam melihat Helga meninggalkannya dalam keadaan seperti itu. William lalu menutupi pangkal pahanya yang sudah tidak nyaman itu.
"Maaf yah adik kecil, dia belum siap terima kamu"
Helga telah menyesaikan semua pekerjaannya, dia harus menyusun tema apa yang bagus untuk diterbitkan bulan Desember.
"Yuli, mbak Dewi aku pulang duluan yah"
Saat di basement untuk mengambil mobil yang baru saja Helga beli beberapa hari yang lalu, dia merasa ada yang sedang mengintainya.
Helga yang merasa semakin tidak enak lalu mengambil ponselnya. Mengirimkan pesan pada William yang bertuliskan 'GPS'. Namun pesan itu belum juga dibaca oleh William.
Tak lama, Helga dibekap dari belakang oleh beberapa pria, dan memasukkan Helga bersama mereka di dalam van yang tiba-tiba datang menjemput, lalu membawa Helga entah kemana.
Sejam kemudian, Yuli sampai di basement, ia melihat mobil Helga namun tidak mendapati keberadaan Helga. Perasaan Yuli semakin tidak enak, langsung menelpon PMG Center.
"Halo, PMG Center, ada yang bisa kami bantu?"
"Halo, ini dari Fashion Diamond, mohon sambungkan ke Presdir"
"Baik bu"
Tak lama menunggu, akhirnya Yuli bisa tersambung dengan William.
"Halo?"
"Pak William, ini Yuli dari Fashion Diamond"
"Oh iya aku ingat, ada apa?"
"Begini pak, kak Helga udah sejam yang lalu pamit pulang, tapi saya lagi di basement, ada mobil kak Helga tapi kak Helga gak ada disini"
"Apa?"
"Saya pikir, kak Helga ada yang culik pak"
William langsung memutus telpon dari Yuli dan menghubungi orang agar menyiapkan mobil untuknya.
Tanpa basa-basi, William meninggalkan ruang kerjanya dan berbegas ke lobby, disana mobil sudah siap untuknya.
"Ke Fashion Diamond, segera!"
William semakin khawatir, dia berharap tidak ada yang akan mencelakai Helga. Ia harus segera sampai di kantor Helga untuk memastikan apa yang terjadi.