Evan melangkah mendekati Helga, dan merangkul Helga dari belakang. Evan mulai menciumi bahu Helga dengan lembut. Namun Helga menghindar dan sedikit mendorong tubuh Evan.
"Evan. Aku kan baru keluar dari rumah sakit. Aku capek"
"Tenang aja sayang, aku akan lebih lembut. Ini kan pertama kalinya untuk kita"
"Tapi aku, capek sayang"
Evan tidak mempedulikan perkataan Helga. Dia tetap memeluk Helga, bahkan sangat erat. Wajahnya semakin maju mendekati wajah Helga. Helga kali ini bingung, dia harus apa? Karena Helga yang dulu yang masih cinta pada Evan tidak akan menghindar.
"Evan!", pintu kamar Helga tiba-tiba terbuka, disertai teriakan oleh William yang langsung masuk. William lalu menarik tangan Evan untuk melepaskan Helga.
"Kak Willie? Kakak kenapa tiba-tiba masuk?"
"Ah, itu. Kau malam ini temani aku tidur. Jangan ganggu Helga. Dia masih sakit"
"Kakak apa-apaan sih! Masa aku gak boleh tidur sama Helga?"
"Gak boleh! Pokoknya malam ini kamu temani aku tidur!"
"Kenapa?"
"Aku... aku takut! Aku tadi lihat hantu!"
"Ah, gak ada hantu disini!"
"Sudah sudah! Pokoknya kamu temani aku tidur!"
William lalu menarik paksa Evan agar keluar dari kamar Helga. Setelah Willie berhasil menyeret Evan keluar bersamanya, Helga lalu menutup pintu, sambil tertawa sendiri.
"Dasar kak Willie itu. Alasannya childish banget. Ya kali, takut hantu"
Pagi-pagi sekali Helga menyiapkan sarapan dibantu oleh beberapa asisten rumah. Willie dan Evan turun dari tangga bersamaan menuju meja makan dimana Helga sudah sibuk lebih dulu disana. Evan langsung mendekati Helga, membuat William menjadi kesal di pagi hari.
"Eh, sayang, rapi banget? Mau kemana?"
"Aku mau kerja. Kata kak Willie belakangan ini aku udah jadi karyawan di Fashion Diamond"
"Kamu istirahat aja dulu. Kepala kamu masih lebam"
Evan mengelus dahi Helga yang masih lebam namun tertutupi rambutnya. Hal itu tentu saja membuat William geram, sampai-sampai ia menendang kursi di dekat Evan dan membuat Evan hampir terjatuh.
"Maaf, kakiku terlalu panjang"
Helga lalu mengambil posisi duduk yang agak jauh dari Evan. Baru saja mereka ingin sarapan, tiba-tiba orang tua Evan datang.
"Hai, semuanya!", mama Evan terlihat begitu sangat gembira pagi ini, setelah belakangan ini ia lebih sering sibuk di rumahnya.
"Mama, ngapain kesini?"
"Aduh Evan, mama tuh mau sambut menantu kesayangan mama lah. Helga sayang, bagaimana, baikan?"
"I...iya ma"
"Oh iya mama kesini juga ada tujuan lho. Mama ada permintaan dari kalian"
"Permintaan apa ma?"
"Kalian, menikah ulang ya?"
"Apa? Menikah ulang?"
"Iya Helga sayang. Setelah apa yang terjadi sama kamu kemarin, mungkin baiknya kalian menikah ulang yah. Mama sudah siapkan semuanya. Hanya keluar kita aja yang hadir"
William tentu sangat tidak setuju dengan ide mama Evan. Untuk apa lagi Helga dan Evan menikah ulang. Namun, baru saja William ingin mengajukan ketidaksetujuannya, Helga tiba-tiba mengeluarkan sebuah pernyataan.
"Baik ma, Helga setuju"
William terkejut dengan penyataan Helga barusan. Apa-apaan semua ini? Apa yang ada dipikiran Helga sebenarnya?
Helga sedang sibuk berdiskusi dengan beberapa editor majalah di meja kerjanya. Tiba-tiba Yuli datang menghampiri Helga.
"Kak Helga, kakak dipanggil sama presdir di ruangannya"
Helga tau, apa yang ingin dibahas oleh William. Namun, dia memang harus berbicara pada William.
"Kak Willie, ada apa panggil aku?"
"Kamu udah gila yah? Menikah ulang? Jangan bercanda lagi Helga!"
"Kak William, itu gak akan terjadi. Kita pasti bisa menjebak Reina dan menangkap basah dia sebelum pernikahan itu terjadi"
"Aku masih gak bisa terima itu!"
"Kabar ini pasti akan sampai ke Reina, dan sebentar lagi dia akan bereaksi. Bukankah itu menguntungkan untuk kita?"
"Jangan bilang, kamu mau menjadikan dirimu umpan?"
Helga hanya mengangguk secara perlahan menjawab pertanyaan William. Namun, William hanya mendekatinya dan kemudian memeluk Helga dengan erat.