Ketika aku hendak memberitahukan Shina mengenai Aris, saat itu
"Lena..?" sapa Lucy
"Kau Lena kan, mantan istrinya Ryan? Apa kau akan menemui Ryan sekarang?" tanya Lucy padaku
Saat itu aku hanya mengangguk menjawab pertanyaannya.
"Kalau boleh aku meminta, sebaiknya jangan masuk kesana dulu. Aku hanya tidak ingin kau merusak momennya.." pinta Lucy kembali
Saat itu Lucy lalu menunjukkan foto kebersamaan Ryan, Shina, dan Rani diponselnya padaku.
"Lihatlah mereka bertiga! Terlihat bahagia seperti sebuah keluarga, bukan? Walaupun memang kenyataannya Rani bukanlah putri kandung mereka, tetapi aku berharap pemandangan indah seperti ini akan terus bertahan.."
"Maaf, bukannya aku bermaksud menyuruhmu untuk mundur atau merelakan Ryan pada Shina, tapi.. aku hanya berharap agar Shina bisa tersenyum bahagia seperti ini setiap hari.. tanpa mengenang semua kenangan pahitnya dimasa lalu.."
"Bukankah Shina sudah memiliki Aris sekarang? Apa Shina tidak bahagia bersama Aris?" tanyaku heran
"Entahlah.. Aku tidak tahu. Karena semenjak tinggal dengan Aris, aku jarang menemui mereka (berkunjung ke rumahnya). Tetapi yang aku tahu, dulu Shina sangat bahagia tinggal bersama Ryan. Seandainya bukan karena mamanya Ryan yang menentang, mungkin saat ini mereka akan hidup bahagia bersama dengan anak-anak mereka.."
Saat itu aku tahu, Lucy menginginkan agar Ryan dan Shina dapat kembali bersama. Walaupun dia tidak mengatakannya secara langsung, tetapi melihat dari semua maksud perkataannya tadi, dia pasti menginginkannya.
"Kalau melihatnya dengan Aris.. aku merasa kasihan padanya. Seperti dia hanya memendam cinta sepihak saja pada Aris. Terlihat sekali bahwa Aris itu tidak benar-benar mencintainya.."
"Bagaimana kau bisa menilainya seperti itu? Bahkan dengan kehadiran Arsy sekarang ditengah-tengah keluarga mereka. Aku rasa semua penilaianmu itu salah dan keliru.."
"Aku juga berharap begitu. Kalau saja memang ini hanya penilaianku saja.. Dari awal aku memang tidak menyetujui rencana Shina, saat dia bilang dia akan menikahi Aris hanya untuk menjadikannya sebagai ayah pengganti bagi Rani, menggantikan posisi Ryan.."
"Kau tahu Aris.. dia itu hanya merasa iba dan kasihan terhadap Shina.. tidak benar-benar mencintainya. Dari sorot matanya saat dia menatap Shina, tidak ada cinta didalamnya.."
"Lucy, aku menghargai upayamu untuk menceritakan semua ini padaku, tetapi kalau aku jadi Shina.. aku pasti akan sangat membencimu karena telah mengatakan semua ini.."
"Kalau kau mengerti sifat Shina, kau pasti paham maksudku.."
Setelah mengatakan semua itu, aku pun lalu pergi meninggalkan Lucy. Sementara Lucy,
"Aku tahu.." ucapnya tiba-tiba menghentikan langkahku
"Tidak masalah jika dia akan membenciku nanti. Aku hanya tidak ingin membuatnya kembali terpuruk.."
"Sama seperti saat aku membantunya mengadopsi Rani untuk menggantikan putrinya yang telah meninggal itu.. Aku tahu saat ini Shina juga masih sangat membenciku.. Oleh karena itu Lena, kalau aku bisa memohon padamu.. tidak bisakah kau membiarkan Ryan untuk tinggal disisi Shina?"
"Kau dan Ryan kan sudah lama berpisah.. Saat itu Ryan juga menceraikanmu karena dia lebih memilih untuk melindungi Shina. Jadi, apa tidak bisa kau pertimbangkan sekali lagi untuk memberi kesempatan mereka berdua untuk kembali bersama?"
"Lena, aku mohon padamu.." ucap Lucy sambil memegang kedua tanganku
"Maaf, untuk hal ini aku tidak bisa melakukannya.." sambil aku berusaha melepaskan tangan Lucy, lalu berniat pergi memanggil Ryan disana
"Shina tidak bahagia dalam pernikahannya dengan Aris.. Kasihan mereka berdua jika harus terus menerus terjebak dalam ikatan pernikahan yang semu. Bagaimanapun Aris tidak mencintai Shina, tapi orang lain.."
Entah kenapa.. saat itu tiba-tiba pikiranku dipenuhi oleh Aris. Jika memang aku adalah orang yang masih dicintainya sampai saat ini.. berarti aku telah..
Aku lalu melupakan semua obrolan kami tadi dan segera pergi meninggalkan Lucy.
"Lena.." panggil Lucy ketika aku berbalik pergi meninggalkannya
"Kau mau kemana?"
"Maaf Lucy, aku baru ingat aku ada urusan penting. Sampaikan pada Mas Ryan, aku pergi sebentar. Nanti aku akan menghubunginya.." ucapku menoleh sesaat, sebelum beranjak pergi meninggalkannya
Saat itu aku berpikir, mungkin situasinya akan menjadi sulit jika aku memberitahu Shina mengenai kondisi Aris. Mungkin dia akan kembali kesal denganku. Sedangkan Mas Ryan, aku yakin dia akan merasa cemburu nanti saat aku melaporkan hal itu pada Shina.
Saat itu hatiku begitu gelisah. Aku tidak tahu, apa ini karena pengaruh obrolanku dengan Lucy tadi atau masalah mengenai perasaanku.. Aku merasa ini satu-satunya kesempatanku untuk menyelesaikan semua permasalahan hatiku dengan Aris. Satu hal yang pasti, saat ini aku benar-benar cemas mengenai kondisinya.
Di apartemen Royal, begitu aku tiba di unit 702, tanpa ragu-ragu aku kemudian memencet belnya.
Aris pun lalu keluar dan membukakan pintu. Dia sempat terkejut melihat kedatanganku disana. Sesaat kami hanya saling terdiam tanpa berkata. Mungkin dia terkejut melihat kedatanganku, hingga akhirnya.. aku memberanikan diri untuk berbicara dengannya.
"Aku.." mendadak aku gugup menjelaskan maksud kedatanganku itu
"Tadi Pak Wawan menghubungiku, katanya kau sakit.." sambil aku hendak memegang kening Aris guna mengukur suhu tubuhnya
Saat itu respon Aris, dia tiba-tiba menghentikan tanganku sebelum aku sempat memegang keningnya.
"Aku baik-baik saja.."
"Sebaiknya kau pergi, sebelum Ryan datang kemari dan kembali menghajarku.." ucap Aris dingin sambil lalu dia melepaskan tanganku
"Mas Ryan.." ucapku kembali gugup
"Saat ini dia sedang berada dirumah Lucy bersama Shina. Tadi kami sempat mengantarkan Rani dan Arsy kesana.. Mereka semua baik-baik saja."
Jujur, saat itu aku tidak tahu apa yang sedang kubicarakan pada Aris. Kata-kata itu keluar begitu saja dari mulutku.
"Lena, sebaiknya kau pergi. Aku ingin istirahat.."
"Apa kau sudah makan siang?" tanyaku memotongnya
"Kalau belum, aku bisa membantumu membeli atau memesan makanan di bawah.."
"Terima kasih.. tapi aku bisa mengurus makananku sendiri." jawab Aris datar. Lalu dia pun menutup pintunya.
Saat itu aku kecewa, Aris mengabaikanku.
"Aku tahu aku salah. Aku menyakiti perasaanmu dengan melakukan semua itu Mas Aris.. Maafkan aku.. Maafkan aku.." ucapku merasa bersalah dari balik pintu
"Aku tidak tahu kenapa aku melakukan hal itu padamu (membalas ciumanmu).. Mungkin aku hanya terbawa suasana.. tapi sungguh.. aku tidak berniat sedikit pun untuk mempermainkan perasaanmu.."
"Niatanku kemari hanya ingin membantumu. Aku tahu aku telah banyak melakukan hal yang membuatmu repot. Aku juga turut membuatmu terlibat dalam menangani semua masalahku. Oleh karena itu, aku ingin berterima kasih padamu Mas.. Kau selalu ada disaat aku membutuhkan bantuan.."
"Aku hanya ingin membalas kebaikanmu itu dengan melakukan semua ini.."
Saat itu, tiba-tiba saja Aris kembali membuka pintunya.
"Aku tahu niatanmu, tapi jika kau terus menerus bersikap seperti ini, kau hanya akan membuatku menderita Lena.."
"Kau tahu dengan jelas perasaanku, tapi kau juga tidak bisa melakukan apa-apa (untuk membalasnya).."
"Sebelum kau membuat harapanku semakin melambung, lebih baik kita tidak usah bertemu lagi. Aku tidak bisa menghilangkan perasaanku padamu. Ku mohon mengertilah.."
Saat itu, ketika Aris hendak menutup pintunya kembali,
"Satu kali ini saja, Mas. Izinkan aku membantumu satu kali ini saja.." ucapku sambil menahan pintu yang hendak ditutup olehnya
"Aku juga merasa terbebani oleh semua perasaan bersalahku.. Aku tidak tahu kenapa, pada saat aku memandangmu aku merasa sangat tersiksa.."
"Kumohon Mas Aris.. biarkan aku satu kali ini membantu merawatmu disini.." aku kembali meminta padanya
"Aku capek berurusan dengan Ryan! Aku muak selalu disalahpahami dan terus menerus dicemburui, APA KAU PAHAM ITU??!" ucap Aris kesal sambil menaikkan intonasi suaranya
Saat itu aku terkejut, Aris tiba-tiba berbicara dengan nada keras, seperti membentakku.
"Maafkan aku Mas Aris, aku tidak bermaksud membawamu kedalam situasi yang sulit seperti ini.. Aku.."
*Braakkk.. (Suara Aris menutup pintunya dengan keras)
Aku sedih. Tanpa terasa air mataku keluar dengan sendirinya.
Namun disisi lain, saat itu Aris kembali membuka pintunya.
"Maaf.." ucapnya merasa bersalah dengan suara pelan
"Maafkan atas sikap kasarku tadi Lena.. Aku hanya sedang merasa kesal. Aku.."
Saat itu aku masih menangis, hingga kemudian Aris kembali berkata padaku
"Karena kau sangat menginginkannya (merawatku disini).."
"Aku tahu kau tidak akan mudah menyerah dan pergi begitu saja dari sini, jika aku tetap menolak.."
"Lena yang ku kenal adalah sosok wanita yang sangat keras kepala. Sulit baginya untuk mengubah keputusan, terutama jika dia sudah bersih keras ingin melakukan hal itu.."
"Kau.. masih sosok Lena yang sama kan, seperti wanita yang sangat ku kenal dulu?" tanya Aris sambil mencoba mengajakku tersenyum
Aku pun kemudian menghapus air mataku, lalu ikut tersenyum mendengar ucapannya.
Selang beberapa saat setelahnya, Aris kemudian mempersilahkanku masuk kedalam unit apartemennya.