Chereads / My New Neighbour / Chapter 237 - "Nyamuk Besar" versi Ryan

Chapter 237 - "Nyamuk Besar" versi Ryan

Sesaat setelah kami menjemput Rani disekolah, saat itu Oka lalu menghubungiku

"Ma.. Mama dimana? Apa Mama tahu kalau Papa tadi jemput Rani ke sekolah?" ucap Oka heboh

"Iya Sayang. Mama saat ini sedang sama Papa kamu sama Rani.."

"Ada masalah apa Ma? Kenapa tiba-tiba kalian menjemput Rani? Apa semua baik-baik saja? Rani gak kenapa-kenapa kan Ma??" tanya Oka khawatir

"Gak Sayang, gak apa-apa. Rani baik-baik saja. Tante Shina hanya mau ketemu sama Rani. Kebetulan ada masalah yang harus diselesaikan.."

"Masalah apa Ma? Apa ini tentang kesepakatan Tante Shina dan Papa mengenai hak asuh Rani?"

"Bukan Sayang. Bukan itu.."

Saat itu, tiba-tiba saja Ryan

"Siapa itu? Oka??" tanyanya padaku

Aku mengangguk menjawabnya.

Sementara Oka,

"Maa...?" dia masih meminta penjelasan mengenai alasan kami menjemput Rani saat itu

"Sudah, nanti saja dijelaskan. Matikan saja teleponnya.." ucap Ryan tiba-tiba

Aku yang tidak setuju kemudian langsung memberikan handphoneku itu pada Rani.

"Halo, Oka..?" sapa Rani kemudian

Tentu saja Oka terkejut begitu dia mendengar suara Rani ditelpon. Dia pun lalu terdiam seribu bahasa.

"Ada apa? Bukannya Oka tidak mau berteman lagi dengan Rani. Kenapa tiba-tiba menanyakan tentang Rani?" ucap Rani menyindir

Oka masih terdiam, hingga kemudian Rani

"Kalau tidak ada yang mau dibicarakan, Rani tutup telponnya.."

"Ahhh, jangan Rani.. Jangan menutup teleponnya.." tolak Oka tiba-tiba

Saat itu Rani terlihat tersenyum, begitupun denganku. Sementara Ryan, dia hanya fokus menyetir (tidak mempedulikan obrolan Rani dan Oka).

Memang anakku itu, walaupun terkadang suka bersikap dewasa, tetapi dia tetaplah anak-anak yang masih berusia 16 tahun. Aku tidak mengira bahwa waktu berjalan begitu cepat sehingga sebentar lagi dia akan memasuki fase remajanya (17 tahun). Jadi, mungkin sudah sewajarnya jika dia mulai menaruh perhatian pada lawan jenis, seperti Rani, pikirku dalam hati. Tapi tunggu dulu.. kalau seandainya Oka tahu bahwa Rani bukan saudara kandungnya (anaknya Shina dan Ryan), kira-kira bagaimana reaksinya ya? Apa dia akan semakin membenci Papanya Ryan?

Aku tahu Oka, dia memang menyukai Rani. Dia mulai menunjukkan ketertarikannya pada saat pertama kali Aris memperkenalkan Rani kepadanya. Dia langsung meng-add media sosialnya dan melakukan proses pendekatan. Hampir setiap hari mereka rutin berkomunikasi disana. Meskipun saat itu Rani belum pindah ke tempat Aris di apartemen, tetapi sepertinya kedekatan mereka berdua sudah jauh dari sekedar hubungan pertemanan biasa. Aku bisa merasakan itu (rasa ketertarikan anakku pada Rani) karena dia yang selalu membahas tentang Rani dan menceritakannya padaku. Kalau seandainya Oka memang berjodoh dengan Rani, berarti aku dan Aris..

Entah kenapa.. tiba-tiba itu terlintas dipikiranku. Bodoh sekali.. ucapku memaki diri sendiri didalam hati. Bahkan, hal itu masih sangat jauh. Umur Oka dan Rani masih remaja. Bagaimana aku bisa berpikiran seperti itu?

Mungkin karena Aris. Ya, Aris.. orang itu, aku tidak pernah bisa menghilangkan dia sepenuhnya dari hati dan pikiranku. Mungkin karena ciuman itu. Sebelum-sebelumnya memang aku juga sering memikirkan tentang Aris, tetapi bahkan aku sampai memikirkan hubungan kami di masa depan jika seandainya anakku Oka dan anaknya dia Rani berjodoh.. Aku rasa pikiranku sudah benar-benar kacau. Ya Tuhan...!

Saat itu aku tiba-tiba menarik tangan Ryan pelan, sehingga membuatnya yang sedang fokus menyetir terkejut.

"Ehh.. Eeehh.. Sayang, kenapa?" tanyanya bingung sambil kembali memegang stir yang hampir terlepas karena aku yang menarik tangannya sebelumnya

"Aku mau nyium kamu.." jawabku

Ryan begitu terkejut mendengar jawabanku. Dan itu membuatnya tersenyum.

"Aku serius mau nyium kamu sekarang.." ucapku kembali tegas

"Mau nyium tangan aku?" tanya Ryan kembali senang sambil masih tersenyum

Lalu Ryan pun kemudian menyodorkan tangannya padaku, agar aku bisa menciumnya.

Sambil menepis tangannya, kemudian aku

"Bukan tangan kamu.."

Saat itu Ryan tiba-tiba menepikan mobilnya dengan membanting stirnya, lalu dia menghentikan mobilnya. Dia kemudian menatapku heran. Sambil memberi isyarat menggunakan matanya bahwa saat ini ada Rani yang sedang duduk dikursi belakang, Ryan mencoba meminta pengertian padaku, tidak mungkin dia melakukan hal itu sekarang. Akan tetapi, tidak mempedulikannya aku pun lalu menarik wajah Ryan saat itu kemudian menciumnya. Bukan hanya ciuman biasa, tetapi ciuman panas.. karena pada saat itu aku berusaha menghilangkan jejak Aris disana dan ingatan akan aku yang membalas ciuman Aris sebelumnya, hingga tiba-tiba Ryan..

"Sayang.."

"Sa-yang.."

"Sayanggg..!!" ucapnya kemudian menghentikanku sambil memegang kedua bahuku

"Kalau kamu kayak gini terus nanti aku bisa lepas kontrol.. Ada Rani disini.. Kamu gak kasihan sama aku?" ucap Ryan kembali mengeluh

"Nanti.. nanti setelah ini ya? Kamu mau lakuin disini dimobil, dihotel, di outdoor, indoor, atau dimana pun.. aku bakalan siap nemenin kamu. Tapi jangan sekarang ya?" bujuk Ryan

Aku tiba-tiba tersadar dan merasa malu. Dan ketika aku menengok ke arah Rani, dia seperti terlihat malu juga. Kemudian, sambil menolehkan kepalanya ke arah samping (memalingkan wajahnya dariku), Rani berkata

"Tidak apa-apa kalau Tante Lena dan Om Ryan mau berciuman seperti tadi disini. Rani bisa memalingkan wajah Rani sambil menutup mata.."

"Jangan merasa tidak enak karena ada Rani disini. Lagipula Rani juga sudah dewasa. Jadi tidak apa-apa.." ucap Rani pelan, malu-malu.

"Apa Ayah dan Mamimu juga sering melakukan hal itu didepanmu?"tanya Ryan tiba-tiba

"Mas..!" aku menegur Ryan saat itu

"Rani sih tidak pernah melihatnya, tetapi kami sering tidur bertiga kok Om.." jawab Rani polos

"Bertiga?" tanya Ryan tak percaya

"Hem.." Rani mengangguk

"Tetapi kadang-kadang kalau Mami bertengkar dengan Ayah, Mami pindah tidur dikamar Rani.."

"Dulu-dulu memang Rani selalu tidur bareng Mami berdua, tetapi semenjak pindah ke apartemen Mami jadi lebih sering tidur dikamar Ayah. Dan, Oh ya.. mereka sering memburu nyamuk besar disana.."

"Nyamuk besar?" tanya Ryan terheran

"Iya, nyamuk besar. Nyamuk itu kadang-kadang suka menggigit Mami dilehernya atau kadang-kadang Ayah juga.."

"Apa maksudmu gigitan nyamuk besar itu seperti ini?" lalu Ryan tiba-tiba menggigitku diarea leher bawah, dekat dengan area bahuku

Rani yang terkejut, hingga ketika dia melihat tanda bekas merah itu, dia pun takjub.

"Iya seperti itu kurang lebih.."

"Dengar Rani, itu bukan gigitan nyamuk besar tetapi Ayah dan Mamimu.."

"Ayah dan Mami?.." Rani terheran

"Untuk apa mereka melakukan itu (saling menggigit)?" tanyanya kembali

"Untuk menghasilkan anak atau bayi seperti adikmu itu.."

"Mas..!!" ucapku mencoba menghentikan Ryan

"Tidak apa-apa Sayang. Biarkan dia mengetahui hal ini. Kita kan tidak mengajarinya, hanya memberitahunya saja. Kasihan dia terlalu polos. Daripada dia mendengarkan dari orang lain dan membuatnya salah paham.."

"Tapi kan.." aku masih tidak setuju Ryan mengajarkan pada Rani mengenai itu

"Jadi Rani, sebelum kau menikah nanti.. Jangan pernah melakukan hal ini dengan siapapun, mengerti? Itu hanya boleh dilakukan dengan pasangan atau suamimu saja.."

Rani pun kemudian mengangguk menjawabnya.

Kemudian dia kembali bertanya padaku,

"Apa itu sakit Tante? Digigit seperti itu?" tanyanya penasaran sambil melihat bekas kemerahan itu

"Gak sakit kok. Malah enak.. Bener gak Sayang?" jawab Ryan yang kembali membuatku tersenyum malu

Sementara itu di kediaman Lucy, Shina sedang melamun sambil memperhatikan ponselnya. Saat itu dia sedang memandang potret keluarganya Rani dan Aris (terutama foto Aris). Dia mengingat semua hal yang telah diucapkannya pada Aris.

"Apa aku sudah keterlaluan berkata seperti itu padanya? Bahkan aku sudah menamparnya dengan sangat keras, padahal kondisinya belum pulih sepenuhnya.." pikir Shina merasa bersalah

"Tetapi salahnya.. dia berani-baraninya menyembunyikan hal ini dariku.. membodohiku selama ini.. Sejak kapan dia mengetahui hal ini bahwa Rani bukan putri kandungku?"

Saat itu Shina terlihat bimbang. Disatu sisi dia merasa kesal pada Aris, namun dia juga takut kehilangan Aris.   Dia lalu menatap layar ponselnya, ada banyak panggilan tak terjawab dari Aris.

"Si bodoh ini.. Dia tidak pernah menghubungiku sampai sebanyak ini.. Apa dia begitu mencemaskanku?"

Lalu Shina membaca pesan dari Aris. Tidak banyak kata tertulis disana, selain hanya satu kata, "Maaf.."