Aku tidak tahu kalau ungkapan jujur perasaanku terhadap Aris akan membuat Ryan menjadi murka, hingga dia memilih pergi meninggalkanku seperti ini. Aku tahu Ryan, dia memang tidak menyukai Aris dan selalu merasa cemburu padanya. Hanya saja saat itu aku mengatakan semuanya dengan jujur adalah karena aku tidak mau membohongi Ryan tentang perasaanku. Aku berharap tadinya Ryan akan menerima semua kondisiku, akan tetapi.. sepertinya aku harus menelan perasaan kekecewaanku kembali.
Jujur.. aku sangat sedih. Aku menangis sambil membereskan sisa pecahan-pecahan botol minuman Ryan itu dilantai. Sepertinya aku telah benar-benar berbuat jahat padanya. Perasaanku yang plin-plan itu.. Aku memahami kondisi Ryan yang seperti itu (marah dan kecewa, lalu memilih pergi meninggalkanku), tetapi aku juga masih berharap agar dia bisa kembali padaku sekarang.
Hari itu aku memutuskan untuk tetap tinggal disana. Aku masih menunggu Ryan agar dia segera pulang kembali ke apartemen kami. Akan tetapi, bahkan hingga malam hari pukul sepuluh, Ryan tidak kunjung kembali. Hatiku sakit.. sepertinya takdir kami memang sampai disini. Sampai malam itu, akhirnya aku memutuskan untuk kembali kerumah.
Aku tidak menyangka bahwa Ryan, dia ternyata ada dirumahku. Begitu aku menghidupkan lampu kamar, Ryan ada disana.. sedang tertidur pulas dikasurku. Aku tersenyum bahagia melihatnya. Lalu aku pun segera menghampirinya.
Saat itu, aku memilih untuk tidak membangunkannya. Aku masih menatap wajahnya yang tertidur pulas, hingga tanpa sadar menyentuhnya..
"Maafin aku Mas.." ucapku sambil memegang wajahnya
Bau alkohol tercium sangat kuat dari dalam dirinya. Sepertinya Ryan benar-benar mabuk tadi. Apa mungkin dia merasa sangat frustasi? pikirku merasa bersalah.
Aku lalu memberikannya selimut. Tak lupa juga, saat itu aku memberikan kecupan bibir singkat padanya. Namun siapa sangka, Ryan tiba-tiba terbangun begitu aku mengecup bibirnya. Aku sungguh terkejut. Lalu Ryan pun segera menarikku ke dalam pelukannya. Tanpa berkata-kata, dia terus memelukku saat itu. Cukup lama kami terdiam dalam posisi itu, hingga akhirnya Ryan kembali menarikku dan mengajakku ikut berbaring disampingnya.. Dia masih tetap memelukku saat itu.
Tanpa percakapan, kami saling terdiam. Nafas kami saling berpacu. Bahkan aku benar-benar bisa merasakan detak jantungnya dengan sangat jelas. Kemudian,
"Aku mau kita kembali bersama.." ucapnya tiba-tiba yang membuatku harus kembali meneteskan air mata
"Maafin aku sebelumnya, tapi aku mau kita kembali seperti dulu Sayang.." ucap Ryan kembali
Aku terdiam. Hanya air mata yang terus keluar dari kedua sudut mataku. Mendengarnya mengucapkan itu membuatku senang. Aku tidak menyangka dia akan menerimaku kembali, meskipun aku telah menduakan hatinya dan membuatnya terluka.
"Kamu masih belum berubah pikiran kan untuk mengajakku kembali rujuk?" tanyanya kembali
Kemudian Ryan melepaskan pelukannya. Dia lalu menatap wajahku, mungkin meminta jawaban atas semua pertanyaannya tadi.. tetapi aku masih terdiam (tidak menjawabnya), hingga tiba-tiba Ryan.. dia menggunakan tangannya menghapus airmataku. Kemudian, tanpa aba-aba.. dia langsung menciumku. Karena melihatku seolah tidak ada perlawanan (tidak menolaknya), dia semakin memperdalam ciumannya itu dan membuatnya semakin intens. Saat itu, tiba-tiba tangannya menelusup cepat kedalam bajuku, berusaha membuka pakaian dalamku. Lalu aku cepat-cepat melepaskan diri darinya, sambil berusaha mendorongnya menjauh.
Kemudian respon Ryan,
"Kenapa?" tanyanya kecewa
"Maaf Mas, aku tidak bisa.." tolakku
"Jangan seperti ini dulu. Status kita sekarang bukan lagi suami istri.."
Ryan kemudian tersenyum.
"Masalah prosedur dan legalitas nanti bisa kita urus.. yang terpenting sekarang.." Ryan kembali mendekatkan dirinya padaku dan berusaha kembali membuka pakaianku
Aku refleks mudur dan semakin berupaya menjauh darinya. Ekspresi Ryan terlihat sangat kecewa. Dan dia kembali bertanya padaku,
"Kenapa Sayang?" ucapnya tidak terima
"Maaf Mas, tapi sebelum kita resmi menikah.. aku tidak bisa ngelakuin itu sama kamu.."
"Iya aku ngerti, tapi gimana caranya sekarang aku bisa urus pernikahan kita.. KUA udah tutup jam segini.."
Aku tertawa mendengar jawaban seperti itu dari Ryan.
"Ya gak harus nikah sekarang juga Mas. Kalaupun kantor KUA buka, ya gak mungkin juga kita ngurus nikah malam-malam gini.." ucapku meledeknya
"Tapi aku gak bisa nahan hasrat tubuhku ini Sayang. Aku menginginkan kamu sekarang.." ucap Ryan memelas
Aku kembali mundur menjauhinya. Tidak mempedulikanku, Ryan kembali menarikku mendekat sambil berupaya membuka bajuku kembali. Aku yang sudah merasa terancam, lalu tiba-tiba refleks menendangnya.
*bugh (suara hentakan kakiku saat menendang perut Ryan)
"Aaakh.." ringis Ryan kesakitan
"Kamu kok kasar banget sih sama aku.." ucapnya tidak senang
"Ya habis Mas-nya sih.. Aku udah bilang gak mau tapi Mas tetap nekat.."
"Sebentar saja Sayang.. Cuma sekali ini aku minta.. toh kita juga nanti bakalan nikah." balasnya
"Kalau Mas seperti ini, lebih baik Mas kembali saja ke apartemen sana.." aku mengusirnya
Lalu Ryan kembali mendekat.
"Mas mau ku tendang lagi?" ancamku
Tanpa mempedulikan ucapanku, Ryan kembali berkata
"Jadi maksud kamu, kamu gak keberatan kalau aku tidur disini malam ini?"
"Kapan aku pernah bilang begitu?"
"Pernyataan kamu sebelumnya.. waktu kamu bilang, kalau aku seperti ini, maka aku harus kembali ke apartemen. Itu artinya kamu gak keberatan kan kalau malam ini aku tinggal disini?"
Ryan kembali mendekat, lalu tiba-tiba memegang kedua tanganku, berusaha menguncinya. Kemudian,
"Aku cuma mau meluk kamu aja kok. Galak banget sih kamu.. Aku gak bakal ngelakuin apa-apa juga sama kamu.." Ryan kembali memelukku, mungkin berusaha menenangkanku
"Haaahh..!" Ryan menghembuskan nafas
"Udah bisa meluk kamu kayak gini aja aku udah senang banget.."
"Aku mau kita seterusnya kayak gini sampai tua.. sampai kakek nenek.. sampai nanti Oka ngasih kita cucu yang banyak.."
Aku pun turut membalas pelukannya sambil tersenyum. Kemudian Ryan, dia lalu semakin menarikku ke dalam (mempererat pelukannya) dan
"Kamu beneran gak mau kita ngelakuin itu sekarang?" bujuknya kembali ketika dia melepaskan pelukannya padaku
"Mas.." tolakku
"Sekali ini aja Sayang, besok kan kita langsung nikah.." ajaknya lagi
"Kalau Mas kayak gitu, aku beneran bakal usir Mas dari kamar ini sekarang juga.."
"Yaaahh.." Ryan bersungut, kecewa
"Kalau cuma meluk sama cium gak apa-apa.. tapi no buat yang lain" ucapku memberi peringatan
"Kalau begini.." sambil Ryan menaikkan satu kakinya dibadanku, sambil memelukku
"Ini sama saja meluk kan? Anggap aja kamu yang jadi gulingnya disini." ucap Ryan kembali menggodaku
Aku pun pasrah, tidak bisa menolak tingkahnya itu. Dan Ryan kembali berkata,
"Apa kamu gak ngerasain ada sesuatu yang tegang dibawah sana? Kamu gak kasihan sama dia Sayang?"
"Sa-yang..?" bujuknya kembali
Lalu Ryan, dia kembali mencium bibirku.. ciuman yang sangat dalam. Aku tidak tahu, tapi pada saat itu.. seketika pertahananku runtuh. Akhirnya kami pun melakukannya.
Entah kenapa, sesaat setelah melakukannya, aku tiba-tiba merasa malu. Aku terus membenamkan diri didalam bantal, sambil berusaha berpaling darinya. Namun disisi lain, Ryan merasa puas. Dia terlihat senang sambil mengembangkan senyum diwajahnya, dia terus membuatku merasa malu telah melakukan perbuatan itu dengannya.
"Kenapa kamu malu-malu gitu?" ucapnya meledekku
"Kita bakalan nikah kok besok, jadi kamu gak perlu merasa bersalah begitu.." ucap Ryan sambil melepaskan bantal yang menutupiku
"Ya walaupun aku tahu kita ngelakuin ini sekarang dosa, tapi kan kamu juga bakalan nikah dan jadi istriku. Curi star awal sekarang gak apa-apa dong.. Lagian salahin tuh KUA-nya.. Dia gak nyediain jasa penghulu 24 jam sampai tengah malam.. Kan repot kalau ada orang yang gak bisa nahan syahwatnya.." ucapnya kembali sambil tersenyum
"Terus juga kalau lagi urgent dan ada orang yang butuh segera dihalalin.. daripada dia cari pelampiasan ke tempat yang gak bener, lebih baik kan sama calon pasangannya langsung. Tepat sasaran.." ucapnya kembali dengan nada santai, berusaha membela diri
Aku yang semakin tidak nyamam mendengar perkataannya itu pun lalu mencubit perutnya, sehingga membuatnya meringis kesakitan. Namun disamping itu Ryan terlihat bahagia. Dia masih terlihat tertawa sambil terus meledekku.
Malam itu terasa begitu indah dan hangat. Aku benar-benar bahagia, Tuhan telah memberikan kami sekali lagi kesempatan untuk memulainya kembali. Saat itu Ryan kembali melamarku. Tentu saja tanpa berpikir panjang aku pun langsung menerimanya. Ryan baru memberi tahuku malam itu bahwa susu yang diberikannya dulu, ada cincin pernikahan kami didalamnya. Awalnya dia tidak tahu bahwa aku masih menyimpan susu itu didalam kulkas. Hingga ketika aku pergi membersihkan diri dikamar mandi dan kembali dengan memakai cincinnya, Ryan terlihat benar-benar terkejut. Dia merasa senang dan terharu. Dia lalu memelukku. Dan kami pun kembali menyatukan cinta kami dengan melakukan hal yang diinginkannya itu. Gara-gara Ryan, terpaksa malam itu aku harus mandi dua kali.