Chereads / My New Neighbour / Chapter 216 - Kekecewaanku pada Aris

Chapter 216 - Kekecewaanku pada Aris

Aku masih menangis dikamar. Aku merasa kotor. Aku merasa terpukul. Kenapa aku bisa begitu bodoh, hingga seseorang bisa memperdayaiku dan melakukan hal ini padaku.

Saat itu aku benar-benar tidak tahu apa yang telah terjadi. Sampai sejauh mana orang itu sudah berhasil "menyentuhku". Sebab ketika aku bangun, aku tidak merasakan apa-apa. Tidak ada rasa sakit, tanda kemerahan, atau lebam di area tubuhku yang menandakan bahwa aku baru saja mengalami pelecehan atau tindakan pemerkosaan. Saat itu, hanya kepalaku saja yang terasa begitu berat dan pusing. Mungkin orang itu telah memberikan obat bius padaku.

Aku kembali memikirkan Mas Ryan. Mengingat niatannya yang ingin kembali mengajakku rujuk.

"Mas.. Seandainya aku menceritakan ini semua padamu, apa kau masih mau memintaku untuk kembali.." ucapku membatin

Saat itu, tiba-tiba saja handphoneku berdering. Itu panggilan dari Shina, tetapi aku malas untuk menjawabnya. Tapi Shina tidak berhenti, dia terus menerus menghubungiku saat itu.. hingga akhirnya aku memutuskan untuk menjawabnya.

Aku menghentikan tangisku, kemudian menghapus air mataku

"Halo.." jawabku berusaha berbicara senormal mungkin padanya.

"Lena.. aku ingin kau segera kemari. Ryan, mantan suamimu itu, sepertinya dia akan mencari keributan disini dengan Aris.." ucap Shina tiba-tiba

"Mas Ryan?? Mas Ryan kenapa? Memangnya ada masalah apa antara Mas Ryan dan Aris?" tanyaku kembali

"Ryan tahu bahwa kau bertemu dengan Aris sebelumnya. Dan juga, mengenai masalahmu itu.. Aris sudah menceritakan semuanya padaku bahwa kau telah dilecehkan oleh seseorang dan Aris berencana untuk memberitahu Ryan mengenai hal ini.."

"Dengar Lena, aku membencimu. Aku juga tidak peduli terhadap masalah apa yang telah menimpamu karena itu merupakan tanggung jawabmu dan kesalahanmu sendiri.. tapi aku tidak ingin Aris suamiku yang menjadi korban disini. Kau tahu, jika nanti Aris mengatakan itu semua pada Ryan, maka luapan kemarahan apa yang akan dilakukan Ryan pada Aris nanti. Ryan itu emosional. Dia sangat-sangat emosional. Kau sebagai mantan istrinya tentu tahu bagaimana amarah Ryan jika sudah benar-benar sangat kesal pada seseorang. Mungkin dia bisa membunuh Aris sekarang.."

"Lena, aku mau kau lakukan apapun untuk menghentikan semua ini. Jangan biarkan Aris terlibat dalam masalahmu. Kita sudah bukan lagi sebagai tetangga. Jadi aku juga tidak ingin ada hubungan yang mengaitkan antara keluarga kita masing-masing. Kau mengerti maksudku?"

Saat itu aku shock. Aku begitu terkejut mendengar semua penjelasan itu dari Shina. Aku terus terdiam. Tidak bisa berkata-kata apa-apa.. Aku bingung.

"Lena..?" Shina kembali berusaha menyadarkanku.

"Kalau kau mengerti situasinya, datanglah ke Rumah Sakit Bunda sekarang. Aku akan berusaha menghentikan Aris untuk menceritakannya pada Ryan dan kau juga harus membantuku menahan Ryan agar jangan sampai dia menemui Aris disini.."

"Hanya kau yang bisa membujuk Ryan dan menenangkannya. Ryan saat ini dia masih sangat mencintaimu. Jadi apapun keinginanmu dia pasti akan menurutinya, asalkan kau bersedia kembali padanya.. Jadi tolong halangi dia. Manfaatkan kondisi itu untuk membuatnya lebih tenang. Apa kau mengerti Lena??" tanya Shina kembali

Aku kembali terdiam beberapa saat sampai akhirnya aku kembali tersadar dan mengiyakan perkataannya. Tak lama dari itu, Shina pun lalu menutup panggilannya. Sementara aku, aku kembali termenung memikirkan semuanya.

Mas Aris.. aku tidak menyangka dia akan menceritakan semua kejadian itu pada Shina. Lalu, bagaimana sekarang? Apa yang harus kulakukan untuk menghentikan Ryan? pikirku bingung.

Saat itu juga aku langsung keluar rumah menuju Rumah Sakit Bunda.

Sementara di Rumah Sakit, Shina dikejutkan oleh kedatangan Ryan.

"Ryan.." ucap Shina terkejut begitu melihat kedatangannya.

Saat itu Shina baru saja mengakhiri panggilan teleponnya denganku. Dia cemas, apakah Ryan telah mendengar semua percakapan kami sebelumnya.

"Dimana Aris?" tanya Ryan marah. Sesaat setelah dia membanting (menutup) pintunya dengan kasar.

"Aa.. Aku tidak tahu. Aku sudah mengusirnya tadi karena pertengkaran kami sebelumnya." Shina menjawab dengan gugup

"Kau pikir aku akan percaya dengan ucapanmu itu?" jawab Ryan tidak senang

"Serius! Aku benar-benar tidak tahu Ryan, Aris ada dimana sekarang.."

"Shina kau tahu, aku paling tidak suka dengan hal seperti ini.. Cepat panggil Aris sekarang juga atau kau akan tahu apa akibatnya kalau aku sudah benar-benar meluapkan kemarahanku itu." Ryan kembali mengancam

Saat itu tiba-tiba saja Aris muncul. Tanpa aba-aba Ryan pun langsung menghajarnya.

"Dasar brengsek..!!" ucap Ryan sambil melayangkan tinjunya pada Aris

"Sudah kuperingatkan untuk jangan mendekatinya tapi kau masih saja melanggarnya, hah? Apa kau benar-benar ingin mati?!!" ucap Ryan kesal sambil kembali mendaratkan pukulan demi pukulan pada Aris

"Ryan..!!" Shina histeris melihat Aris yang dipukul oleh Ryan

"Ryan hentikan! Aku bisa melaporkanmu sekarang juga pada polisi.." ancam Shina

Akan tetapi ancaman tersebut sama sekali tidak dihiraukan. Bahkan, terlihat Ryan akan kembali menghajar Aris lagi, hingga tiba-tiba Rani masuk kedalam dan melihat semuanya.

"Ayaahh..!" Rani berteriak histeris, seraya berlari mendekati Aris

"Om Ryan..!! Berhenti Om.. Apa yang Om lakukan pada Ayah. Kenapa menghajarnya?" tanya Rani tidak senang sambil menangis memeluk Aris. Berusaha menjauhkan Aris dari Ryan.

Sambil menahan ringisan kesakitannya,

"Ayah tidak apa-apa Sayang. Ini hanya salah paham.." Aris berusaha menenangkan Rani

"Om Ryan keluar sekarang!! Jangan pernah datang lagi kemari dan bertemu dengan Ayah." Rani mengusir Ryan keluar

"Tidak Sayang. Ayah tidak apa-apa.. Ada yang harus Ayah sampaikan pada Om Ryan."

" tapi Ayah.." ucap Rani tidak senang melihat Ayahnya yang akan ikut melangkah keluar bersama dengan Ryan.

"Ariss.." Shina juga turut melarangnya

"Kalian berdua tunggu disini. Aku tidak apa-apa. Aku hanya akan menjelaskan sedikit hal padanya.." ucap Aris pada Shina dan juga Rani

"Ryan.. Kalau sampai kau membuat Aris terluka lebih dari ini. Maka bersiaplah, aku akan membuatmu membusuk dipenjara!"

"Jangan sakiti Ayah, Om.." Rani ikut memohon pada Ryan

Aris tersenyum melihat Shina dan Rani yang begitu mengkhawatirkannya. Sesaat sebelum dia keluar ruangan, Aris berkata

"Aku akan baik-baik saja. Kalian jangan khawatir.."

"Mama Arsy, aku titip jaga anak-anak.." ucap Aris sambil tersenyum kembali ke arah Shina

Shina yang malu kemudian membalas,

"Dasar bodoh! Pikirkan dirimu sendiri saja. Jangan sampai kau diam saja begitu Ryan menghajarmu nanti."

Dan Aris pun pergi menyusul Ryan disana.

Beberapa saat setelahnya, aku tiba di Rumah Sakit Bunda. Aku segera berlari masuk kedalam, untuk bergegas menemui Shina dikamarnya. Akan tetapi, pada saat di lobi, saat aku hendak menunggu lift yang datang, aku melihat Aris. Aris pun terkejut melihat kedatanganku itu.

"Lena?" ucapnya heran

Saat itu aku melihat wajahnya yang terluka. Aku bisa menebak pasti Ryan yang melakukannya

"Dimana Mas Ryan?"

Aris kemudian mengajakku untuk mengobrol ditaman belakang Rumah Sakit (tempat yang agak sepi).

"Maafkan aku Lena.." ucapnya tiba-tiba

"Aku.." belum sempat Aris mengatakan apa yang ingin disampaikannya

*Plaak (aku langsung menamparnya)

"Aku paling benci orang yang tidak bisa memegang janjinya.." ucapku kecewa sambil mengeluarkan air mata

"Aku hanya tidak ingin membiarkanmu sendirian menghadapi semua masalah ini. Dan menurutku, Ryan juga berhak tahu.."

"Mas Aris, kau itu sudah melewati batas. Apa kau yang berhak memutuskan untuk siapa saja orang yang berhak aku kasih tahu mengenai semua masalahku dan apa yang telah menimpaku?"

"Maafkan aku.." ucapnya kembali merasa bersalah

"Aku membencimu!" ucapku dingin padanya

"Lebih baik pada saat itu kau tidak usah datang.. Aku benar-benar tidak mengharapkan bantuan apapun darimu.."

"Kita.. tidak usah pernah bertemu lagi!!" dan aku pun pergi meninggalkan Aris sendirian disana