Hari itu Aris mengunjungi Rumah Sakit N untuk mencari tahu kondisi mengenai kesehatan Shina. Hal itu dilakukan atas inisiatifnya sendiri, tanpa sepengetahuan dari Shina. Dia juga mengatahui Rumah Sakit N ini melalui struk pembayaran obat yang ditebus oleh Shina, saat membongkar isi tas Shina waktu itu. Jadi, dia sengaja meluangkan waktunya hari ini untuk datang ke Rumah Sakit N, untuk menyelidiki masalah ini.
Berdasarkan informasi yang digalinya, akhirnya Aris berhasil mengetahui bahwa dokter Gunawan merupakan dokter yang merawat Shina selama ini. Meskipun berhasil menemuinya, tetapi dokter Gunawan tidak mau menceritakan riwayat penyakit Shina itu kepada Aris, walaupun Aris sudah bersih keras mengakui dirinya sebagai suami Shina. Karena hal tersebut dianggap dapat melanggar kode etik, dokter Gunawan tidak mau melanggar prinsipnya tersebut, kecuali jika Aris mau membawa Shina kesana dan Shina tidak keberatan untuk menceritakan masalah tersebut pada Aris. Putus asa, akhirnya Aris pun memutuskan untuk kembali ke kantornya.
Namun, saat di lobi Rumah Sakit, Roy yang saat itu sedang berbicara denganku, tiba-tiba melihat Aris disana. Roy panik kemudian langsung menarik tanganku dan membawaku pergi menjauh dari sana.
"Roy...!" ucapku tidak senang sambil berusaha melepaskan tanganku yang saat itu digenggam olehnya
"Ssstt.." Roy mencoba menyuruhku untuk diam
"Ada mantan pacarku disana. Aku tidak ingin dia menampar wajahmu nanti atau menjambak rambutmu Lena. Karena kau itu bukan Shina, jadi aku takut dia akan melukaimu.." ucap Roy berbisik dengan suara pelan
"Apa hubungannya mantan pacarmu denganku. Memangnya kita ini apa?" ucapku tidak senang. Dan aku pun segera pergi meninggalkan Roy saat itu.
"Tapi Lena.. Lenaa.." Roy berusaha menghentikanku
Beruntung, saat itu Aris sudah pergi dari sana. Jadi Roy dapat menarik nafas lega. Kemudian, dengan berlari kecil, diapun kembali menyusulku.
"Lena.." ucapnya sambil menghampiriku
"Maaf.. Maafkan aku tadi.."
Tidak menghiraukannya, aku terus berjalan pergi meninggalkannya. Akan tetapi saat itu Roy, dia tiba-tiba memblokir jalanku. Lalu dia pun berlutut dengan kedua kakinya,
"Kau mau apa? Cepat bangun!!" ucapku tidak senang. Karena pada saat itu semua mata orang-orang yang ada disana mulai tertuju pada kami
Kemudian, dengan agak mengeraskan suaranya Roy
"Sebelum kau memberikanku maaf, maka aku akan tetap terus berlutut seperti ini dihadapanmu.."
"Jangan berbuat konyol seperti ini Roy, orang-orang mulai memperhatikan kita disini.." ucapku setengah berbisik
"Lena.. Aku mohon. Aku tahu aku salah. Maafkan aku!!"
"Bangun Roy.." aku mulai merasa tidak nyaman dan menyuruh Roy untuk menghentikan pertunjukan dramanya itu.
Saat itu orang-orang sudah menyadari bahwa Roy itu merupakan seorang artis. Bahkan orang-orang disekitarnya sudah mulai memasang kamera handphone mereka untuk merekam momen ini. Lalu Roy,
"Aku mohon pada kalian semua. Jangan merekam ini! Pacarku.. kali ini dia tidak suka jika kita mempublish hubungan kita seperti ini didepan publik. Aku mohon, tolong matikan dan hapus semua rekaman kalian.." pinta Roy tiba-tiba
"Roy!!!" ucapku kesal membentaknya
"Apa-apaan kau ini? Siapa yang menjadi pacarmu, hah?" ucapku kembali marah
Tanpa menunggu jawaban darinya, aku pun segera pergi meninggalkannya.
Sementara ditempat lain, Aris yang sedang dalam perjalanan menuju kantornya tiba-tiba mendapat panggilan telepon dari Rani.
"Ayah..?!" ucap Rani terdengar panik
"Ya Sayang? Ada apa?"
"Mami Yah.. Mami.. Sebentar lagi, sepertinya dede Arsy akan segera keluar dari perutnya Mami."
"Apa??!" ucap Aris tidak percaya
"Mami terlihat kesakitan Yah. Bagaimana ini? Mami menyuruh Rani menghubungi Ayah.."
"Rani.. Sayang. Tenang ya! Dengarkan perkataan Ayah.. Rani jangan panik. Sekarang buka apliaksi online di hp Rani dan pesan ojek mobil atau taksi online dari sana. Rani pesan diapalikasi itu terus tujuannya ke Rumah Sakit Bunda. Nanti Ayah akan menyusul Rani dan Mami kesana.."
"Tapi Yah.. Mami mau Ayah kesini dulu, baru bareng-bareng dari sini kita berangkat kesananya.."
"Rani.. Mamimu itu pasti sangat kesakitan menahan itu semua. Kalau Ayah kembali kerumah sekarang akan memakan waktu. Posisis Ayah jauh dari rumah Sayang. Sudah, pokoknya Rani lakukan apa yang Ayah katakan tadi. Rani tidak mau kan terjadi apa-apa dengan dede Arsy? Cepat pesankan mobil atau taksi online dan bawa Mamimu segera ke Rumah Sakit Bunda ya?"
"Baik Yah.."
"Ahh Rani, jangan lupa bawa juga tas biru yang ada dikamar ya Sayang. Itu semua berisi perlengkapan untuk persalinan baby Arsy nanti. Mamimu pasti membutuhkannya.."
"Iya Yah.."
"Rani anak pintar kan? Dede Arsy nanti pasti sangat bangga mempunyai kakak seperti Rani.."
"Iya Yah. Ayah tenang saja. Rani akan melakukan semua sesuai apa yang Ayah minta tadi.."
"Bagus. Anak pintar Ayah.. Rani juga nanti tolong hubungi Tante Lucy ya. Mamimu mungkin juga akan membutuhkan bantuan dia disana.."
"Baik Yah.." dan Rani pun segera menutup teleponnya
Dengan perasaan bahagia, Aris segera bergegas menuju ke Rumah Sakit Bunda untuk menantikan kelahiran anak pertamanya dengan Shina. Akan tetapi, ketika dia tiba disana, rona kebahagian itu hilang tatkala dia menerima pesan dari orang asing diponselnya yang mengiriminya beberapa foto gambar.
Gambar pertama adalah gambar yang menunjukkan aku sedang berjalan dengan seorang pria. Wajah pria itu sengaja tidak terlihat jelas karena foto itu sudah diambil sedemikian rupa agar tidak menampilkan wajahnya. Gambar kedua juga tidak jauh berbeda, hanya menampilkan aku yang sedang mengobrol dengan pria itu. Dari foto gambar kedua juga tidak bisa diketahui, siapa pria yang sedang mengobrol denganku karena didalam foto tersebut pria itu memunggungi kamera dan sedang mengobrol menghadap ke arahku. Kemudian, gambar ketiga terlihat pria itu sedang berlutut ditengah kerumunan sedang memohon ke arahku. Sama seperti foto-foto sebelumnya, wajah pria itu juga masih tidak terlihat dengan jelas. Aris yang mulai gusar, akhirnya mencoba untuk menghubungi Ryan saat itu. Awalnya panggilannya tersambung, namun setelah Ryan mereject panggilannya, Aris tidak bisa lagi menghubungi Ryan karena sepertinya Ryan langsung memblokir nomornya. Tidak putus asa, Aris saat itu memutuskan untuk menghubungi Oka. Namun sama seperti Ryan, Oka juga tidak menjawab panggilannya. Bahkan lebih dari itu, ketika Aris memutuskan untuk mengirim semua foto gambar-gambar tersebut kepada Oka dan berupaya menanyakan nomor teleponku padanya, terlihat Oka sepertinya telah mematikan ponselnya saat itu juga.
Saat itu Aris tiba-tiba tersadar, sepertinya gambar difoto ketiga itu tidak terlihat asing baginya. Ya, Aris akhirnya menyadari bahwa gambar fotoku yang ketiga itu tempatnya berada di lobi Rumah Sakit N, tempat yang dia datangi sebelumnya. Dengan perasaan cemas, dia segera menghubungi Rani untuk menanyakan nomor handphoneku itu padanya. Dan, begitu Rani mengirimkan nomorku itu padanya, Aris kembali menerima pesan itu lagi dari handphonenya. Kali ini dia lebih dibuatnya terkejut karena pesan dan gambar foto yang dikirimkan itu berasal dari nomor ponselku.
"Kalau kau ingin wanita dalam foto ini selamat, datanglah ke alamat ini sendiri. Jangan hubungi polisi atau siapapun, kecuali jika kau ingin nyawa wanita itu lenyap ditanganku.."
Kemudian Aris menerima foto share lokasi dimana tempat aku berada saat itu, dan juga beberapa foto gambarku yang sedang tertidur, baik itu di dalam mobil maupun disebuah tempat tidur didalam ruangan.
"Kalau kau berani menyentuhnya, aku pastikan aku pasti akan membunuhmu.." tulis Aris kemudian didalam pesannya itu. Dan dia pun segera bergegas menuju ke lokasi tempat itu.
Ternyata itu adalah sebuah rumah di daerah bogor, dimana disekeliling rumah tersebut hanya terdapat tanah kosong dan perkebunan kopi yang mengelilingunya. Rumah tersebut tampak seperti villa tua yang tidak terurus, dengan ukuran luas bangunannya yang kecil dan tidak seperti villa-villa lain pada umumnya. Tanpa berpikir panjang, Aris pun kemudian masuk kedalam rumah itu dan mulai meneriakkan namaku disana. Ternyata hanya ada satu kamar didalam ruangannya. Dan, begitu Aris masuk ke dalam, dia terkejut melihatku yang sedang tertidur dengan hanya berlapiskan sprei berwarna putih tanpa ada sehelai pakaian pun yang menutupi tubuhku. Semua pakaianku saat itu terlihat berserakan di bawah lantai disekitar tempat tidur. Saat itu dirinya sadar, bahwa ia telah dijebak oleh seseorang disana.
Aris terlihat bingung dan dia memutuskan keluar kamar untuk mencari orang yang telah menjebaknya itu, tetapi tidak ketemu. Tidak ada siapapun disana. Bahkan, daerah disekitar tempat rumah itu berada pun terlihat sepi. Akhirnya, Aris memutuskan kembali ke dalam kamar untuk memeriksa kondisiku. Dia terlihat ragu untuk mendekat saat itu. Dan begitu dia mendekat, tiba-tiba saat itu juga aku tersadar dan
"Mas Aris.." ucapku bingung memanggilnya
"Ini dimana?" tanyaku kembali seraya bangun untuk duduk diatas kasur itu.
Aris langsung memalingkan dirinya begitu aku mulai bangun. Dan ketika aku tersadar dengan kondisiku itu, aku pun langsung berteriak
"Kyaaaaa..." ucapku terkejut melihat kondisi tubuhku yang tanpa pakaian itu berada didekatnya.