Aku begitu terkejut mendengar Shina mengatakan hal itu, terutama didepan Aris. Sebelum aku sempat menyangkalnya, Aris terlebih dahulu berusaha untuk menenangkan Shina
"Shina.. lebih baik kau istirahat. Kau terlihat lelah.."
"Kenapa? Sama seperti Lena tadi, kau juga ingin bilang bahwa aku juga tidak waras dan harus memeriksakan diriku ini ke dokter??" ucap Shina marah
"Tidak. Maksudku.." Aris belum sempat mengatakan apa yang ingin disampaikannya, Shina terlebih dahulu menyudutkannya
"Mumpung sekarang ada Lena disini. Kenapa kau juga tidak sekalian saja menyampaikan semua perasaan cintamu itu padanya, hah?"
"Hei Lena, dengarkan aku.. Aris ini.. Apa kau tahu alasan dia kenapa sangat ingin tinggal di apartemen yang sama denganmu?"
"Aris, coba kau jelaskan secara langsung padanya alasanmu memilih tinggal disini bukan karena pekerjaanmu itu, tapi karena kau belum bisa melupakannya.." ucap Shina pada Aris
"Shinaa..!" Aris mulai marah
"Kenapa? Kau juga ingin berusaha untuk menyangkalnya, hah?" ucap Shina tak terima
"Lena, maafkan aku.. Tapi bisakah kau pergi dari sini. Aku akan berusaha untuk menenangkannya." ucap Aris padaku
Saat aku berjalan dan membuka pintu, tiba-tiba tangan Shina menahanku disana.
"Bukan kau yang seharusnya pergi, tapi aku.." ucap Shina padaku sambil menahan pintu yang sedang kubuka itu
Lalu dia pun keluar dari apartemennya dan membiarkan aku dan Aris didalam sana. Saat Aris hendak mengejarnya dan membuka pintu itu, Shina terlihat menahannya dari luar.
"Kau sebaiknya selesaikan masalahmu dengannya. Aku sudah memberimu kesempatan disini untuk mengungkapkan perasaanmu itu. Jadi jangan disia-siakan.." ucap Shina pada Aris sambil menahan pintunya
"Shina dengarkan aku.."
"Kumohon Aris.. Lakukanlah seperti keinginanku itu.." ucap Shina sambil menangis
"Shina.." Aris masih berusaha untuk membujuknya sambil membuka pintunya, tapi Shina tetap menahannya dengan sekuat tenaga
"Mungkin perasaan Shina saat ini sedang kalut. Lebih baik Mas Aris membiarkannya dulu.. Kalau dia nanti sudah agak tenang, baru Mas Aris membujuknya lagi.." aku memberi saran pada Aris
"Maaf Lena.. Aku jadi membiarkanmu terlibat dalam masalah ini."
"Tidak masalah.. Aku mengerti situasinya." balasku berusaha tersenyum
Jujur saat itu aku benar-benar canggung hanya berduaan saja dengan Aris disini. Terlebih lagi setelah mendengar perkataan dari Shina tadi.. Apa benar Mas Aris pindah kemari karena mengkhawatirkanku?
Mendadak aku jadi ingat perkataan Karin yang bilang bahwa Aris masih memiliki perasaan padaku.
"Apa yang harus kulakukan disini?" pikirku pusing
Saat aku menatap Aris, dia juga terlihat khawatir. Dia hanya terdiam. Tidak berusaha untuk mengatakan sesuatu atau menjelaskan apapun padaku.
"Haaahhh.." tanpa sadar, aku menarik nafas panjang dengan bersuara. Tentu saja hal itu terdengar cukup jelas oleh Aris yang berdiri tidak jauh dariku.
"Maafkan aku.." ucapnya tiba-tiba
"Aku.. Mungkin sedari awal aku tidak melakukannya.. Pindah kemari dan menjadi tetanggamu.."
"Kau sudah mendengarnya dari Shina tadi.. alasanku pindah kemari karena aku mengkhawatirkanmu.. Waktu itu tanpa sadar aku melihatmu, saat aku hendak meninjau lokasi kantor baruku di Jakarta. Aku mengikutimu dan kemudian aku tahu kalau kau ternyata tinggal di apartemen ini.."
"Aku masih memikirkanmu Lena.. tidak. Mungkin lebih tepatnya aku tidak bisa melupakanmu.. Maafkan aku.. tapi aku tidak bisa begitu saja menghilangkan perasaanku ini padamu.."
Aku tidak percaya Aris mengatakan ini semua padaku. Ya Tuhan..! Meskipun aku sudah bisa menduga dan sudah mengetahuinya dari orang-orang yang mengatakan ini secara langsung padaku, tapi tetap saja.. mendengar Aris sendiri yang mengakuinya benar-benar membuat jantungku berdegup kencang.
Aku tahu.. aku seharusnya tidak boleh merasakan perasaan ini, tapi.. aku tidak bisa mengendalikan tubuhku sesuai dengan keinginanku.
Ada perasaan senang, khawatir, gelisah, dan rasa takut yang menghinggapiku saat itu.. Semua perasaan bercampur aduk menjadi satu.. membuatku tidak tahu harus berbuat apa dan berkata apa untuk membalas ungkapannya tadi.
Melihat aku yang masih terdiam membeku, Aris kemudian kembali berkata
"Tentu saja aku tahu, kau tidak mungkin untuk membalas perasaanku ini.. terlebih lagi dengan kondisimu sekarang yang sudah berkeluarga dan memiliki Ryan disisimu.." ucap Aris kembali
"Mungkin Shina hanya ingin aku menyampaikan semua ini didepanmu.. Dia.."
"Selama ini aku sudah berbuat hal buruk padanya.. dengan tidak menerima perasaan cintanya.."
"Aku merasa bersalah.. Aku merasa bodoh.. Aku tidak bisa mengendalikan perasaanku sesuai dengan keinginanku.. tapi aku benar-benar tidak tahu bagaimana caranya menghilangkan seluruh perasaanku itu padamu Lena.. Maafkan aku.. Maafkan aku harus mengatakan semua ini padamu sekarang.." ucap Aris merasa bersalah sambil menundukkan kepalanya
Tanpa sadar saat itu aku tiba-tiba langsung memeluk Aris.
"Mas Aris.. Kau tahu? Ucapanmu tadi, benar-benar menunjukan bahwa kau memiliki perasaan terhadap Shina. Kau salah jika kau bilang kau tidak bisa membalas perasaannya. Kau peduli padanya.. buktinya kau memikirkan tentang semua ini.."
"Jadi, aku rasa anggapanmu itu salah yang mengatakan bahwa kau tidak memiliki perasaan apapun pada Shina. Kau hanya belum menyadarinya saja.. bahwa kau sudah mulai mencintainya.."
Saat itu Aris hanya terdiam. Dan aku pun tidak menyadari situasinya, sehingga kita tetap terdiam lama dalam posisi seperti itu (aku yang masih memeluk Aris).
"Lena.." ucap Aris tiba-tiba yang menyadarkanku
Seketika itu, aku langsung salah tingkah dan melepaskan pelukanku itu darinya.
"Ehh.. Maaf Mas Aris.. Aku tidak bermaksud memelukmu tadi. Aku hanya.." Aku benar-benar speechless, aku malu.. aku tidak tahu aku harus berbuat apa dan mengatakan apa saat itu.
Aris kemudian tersenyum, sehingga membuatku pun mau tak mau ikut tersenyum bersama dengannya.. menutupi kecanggunganku.
Aku yang kemudian merasa bahwa situasinya sudah menjadi sangat aneh dan tidak nyaman saat itu, kemudian mengajukan diri untuk pamit. Namun tiba-tiba Aris kembali memanggilku.
"Lena.. mengenai Shina tadi.."
Jujur saat itu aku masih merasa canggung. Maksudku, aku tidak menyangka.. Aris akan membahas masalah ini padaku. Masa dia benar-benar berpikir bahwa aku akan melakukan seperti apa yang dikatakan Shina tadi. Walaupun aku mungkin masih memiliki perasaan padanya, tapi aku tidak mungkin bercerai dengan Mas Ryan.. hingga pada saat Aris berkata demikan, aku pun kemudian refleks menjawab
"Aku tidak mungkin menceraikan Mas Ryan. Tidak akan pernah.. Dan itu tidak akan mungkin terjadi!!"
Aris yang mendengar hal itu tentu saja terkejut.
"Maksudku bukan itu.." ucap Aris yang tiba-tiba membuatku malu
"Aku ingin menanyaimu mengenai Shina tadi. Aku hanya penasaran apa yang dia lakukan padamu dan juga Ryan. Apa Shina kembali mengancam kalian berdua menggunakan Rani?"
"Ahh.. Shina.. Sebenarnya kedatanganku kemari mewakili Mas Ryan karena Shina sebelumnya meminta tolong pada Mas Ryan untuk membelikan.." aku kemudian menghentikan kata-kataku itu. Aku ingat Shina tidak ingin kehamilannya itu diketahui oleh Aris
"Ada sesuatu.. Maafkan aku tapi Shina melarang kami untuk menceritakan mengenai masalahnya ini padamu Mas Aris. Jadi maaf, aku tidak bisa menceritakannya.." ucapku kemudian meralat semua perkataanku yang sebelumnya
Aris terlihat kecewa saat itu. Dia masih berpikir, apa Shina masih belum bisa terbuka dan mempercayainya untuk menangani setiap masalahnya.
Aku yang tidak tega melihat ekspresi Aris saat itu kemudian kembali berkata padanya.
"Aku hanya bisa menyarankan agar Mas Aris bisa memperhatikan Shina lebih baik lagi. Saat-saat ini.. mungkin dia akan menjadi lebih sensitif dari biasanya.."
"Apa Shina hamil?" tanya Aris tiba-tiba