"Mas Ryan.." panggilku sambil mengejarnya
"Mas.. tunggu.." ucapku kembali.
Dan ketika aku berhasil menggapai tangannya akhirnya dia mau berhenti. Saat itu dengan cepat dia menghempas tanganku yang sedang memegangnya itu.
"Mas Ryan aku minta maaf.." ucapku memohon
"Semuanya tidak seperti yang kamu bayangkan, Mas. Aku hanya membantu Aris duduk karena dia ingin minum air saat itu.." aku menjelaskan
"Aku capek ya sama kamu. Kamu selalu saja peduli dengan Aris.. Aris.. dan Aris.. Kamu itu sama sekali gak ngehargai aku sebagai suami.."
"Kamu tahu, selama ini aku tuh udah berjuang mati-matian demi kamu.. demi rumah tangga kita. Ngurusin semua masalah kamu.. belum lagi masalah Zuriawan sama Papa kamu.. Aku bela-belain terbang ke Indonesia cuma buat ngelurusin semua masalah ini. Semua kerjaanku disana aku tinggal, bahkan sampai-sampai.. Mama juga ikut terlibat.."
"Kamu pikir aku gak capek dan stress ngurus semuanya, hah? Ehh, kamu disini malah enak-enakkan berduaan sama Aris.." ucap Ryan emosi
"Dengar ya Sayang, aku itu bisa mentolerir kesalahan apapun, asal jangan satu.. kamu selingkuh dan gak setia sama aku. Aku paling benci itu.. Munafik..!!"
"Maksud kamu aku munafik?" tanya ku tak terima. Saat itu mataku sudah berkaca-kaca menahan tangis
"Aku gak usah jawab, kamu sadar diri aja. Mana ada perempuan yang ngedeketin suami orang kayak yang kamu lakuin itu.. Dimana janji kamu waktu kamu bilang bakalan jaga jarak sama Aris dan ngejauh dari dia, hah?" ucap Ryan marah dan membentak
"Aku bukan perempuan seperti yang kamu tuduh itu, Mas. Tarik semua kata-katamu itu.." ucapku tiba-tiba menangis
"Oh ya? Lalu adegan yang kulihat barusan itu apa? Sinetron? Hanya pura-pura saja?" ucap Ryan kembali
"Aku udah jelasin tadi sama kamu, aku itu hanya membantunya saja.. tidak ada maksud lain, apalagi berniat untuk menggodanya. Aku sama sekali gak mikir ke arah sana.."
"halah alasan.." bantah Ryan
"Terserah Mas mau percaya aku atau nggak. Aku capek.. Aku capek sama semuanya.. Sekarang kalau Mas mau kita pisah, yasudah.. Aku capek hidup seperti ini terus.. dengan suami yang tidak mau percaya dengan istrinya sendiri." ucapku dengan perasaan kecewa, pasrah, dan sedih
"Kamu pikir kamu doang yang capek? Aku yang paling capek disini.." ucap Ryan emosi
"Yasudah kalau gitu.. Kita pisah saja. Lagipula percuma kita terus bersama kalau hanya akan saling menyakiti perasaan. Mas capek, aku juga.. Jadi percuma saja kita pertahankan ini semua. Rumah tangga yang dibangun bukan atas dasar kepercayaan itu bukan rumah tangga namanya.." dan aku pun pergi meninggalkan Ryan dengan perasaan kecewa dan air mata yang terus menghujani pipiku.
Ditempat lain dikamar Aris, saat itu Aris terlihat terus memandangi Shina.
"Kenapa?" tanya Shina heran pada Aris
Aris menggeleng menjawabnya. Namun Shina kembali bertanya,
"Sudah katakan saja. Aku tahu kau sangat ingin mananyakan sesuatu padaku saat ini."
"Aku hanya heran. Kau tidak marah?" tanya Aris
"Marah soal?"
"Mengenai tadi, aku dan Lena.."
"Ohh itu.. Sebenarnya aku sangat kesal dan ingin menampar Lena saat itu, tapi aku tahan. Aku tahu kau pasti akan kembali menceramahiku dengan berkata "aku tidak suka ya dengan kekerasan.. aku tidak suka kau melakukan itu pada Lena".. dan kita akan kembali bertengkar, lalu hubungan kita akan semakin memburuk.." Shina menjelaskan panjang lebar
Saat itu Aris terlihat tersenyum mendengar penjelasan dari Shina.
"Kenapa tersenyum? Apa kau senang karena aku tidak jadi menampar Lena saat itu?" tanya Shina
"Tidak.. Eh, maksudku iya. aku senang kau tidak melakukannya dan kau dapat mengontrol emosimu itu."
"Tentu saja.. Kekuatan cinta benar-benar luar biasa bukan?" ucap Shina menjawab
"Cinta bisa membuat orang berubah.. Cinta bisa melakukan hal apapun diluar nalar.. bahkan merubah orang pintar menjadi bodoh sekalipun.."
"Maksudmu aku?" tanya Aris
"Bukan. Kalau kau itu kan dari dulu memang sudah bodoh.. Kau sudah dibutakan oleh cinta pada mantan pacarmu itu.. sampai-sampai rela menghabiskan uang demi membeli apartemen mewah untuk tinggal dekat dengannya.." jawab Shina menyindir
"Itu masa lalu.." jawab Aris
"Kalau sekarang?" tanya Shina membalas
"Kalau aku bisa kembali ke masa itu, mungkin aku tidak akan melakukannya.." ucap Aris
Shina terkejut mendengar jawaban itu dari Aris. Dia terus terdiam saat itu, hingga tiba-tiba Aris kembali memanggilnya..
"Shina.." ucap Aris sambil mengambil gelangku disakunya
"Gelang ini.. Aku sudah memintanya pada Lena. Dan kau bebas melakukan apapun dengan gelang ini, mau kau pakai, kau buang, kau bakar.. atau apapun.. Silahkan saja.."
Saat itu Shina tiba-tiba mendekati Aris dan kemudian langsung memeluknya.
"Aku tahu kau tidak melakukannya dengan sengaja. Kau itu orang baik, tidak mungkin bagimu untuk menyakiti perasaan orang lain.."
"Saat itu aku yang salah. Aku yang salah mengartikan gelang yang kutemukan disakumu itu sebagai hadiah pemberianmu untukku. Mungkin aku yang terlalu berharap dan membuatmu terpaksa berbohong untuk menyenangkan hatiku.. Maafkan aku Aris. Aku benar-benar menyesal telah membuatmu seperti ini gara-gara kesalahpahaman yang terjadi diantara kita.. Maafkan aku.."
"Seandainya kau mati, mungkin aku akan merasa bersalah seumur hidupku. Syukurlah itu tidak terjadi dan kau masih tetap disini bersamaku.."
Aris terlihat senang saat itu. Sambil tersenyum, diapun membalas pelukan Shina itu.
"Aku tidak ingin memaksamu Aris. Aku tahu, mungkin kau tidak sungguh-sungguh saat kau mengatakan bahwa kau mencintaiku.. tapi aku akan tetap berusaha. Aku akan membuatmu jatuh cinta padaku dan mau menerimaku.. Apapun itu akan kulakukan untuk bisa membuatmu jatuh cinta.."
"Shina aku.. " saat itu Aris ingin mengatakan padanya bahwa dia telah sungguh-sungguh mencintainya
"Ku mohon ijinkan aku melakukannya. Aku sampai sekarang masih belum yakin denganmu.. perasaanmu padaku.. Meskipun kau telah berkali-kali mengucapkannya.. kau telah membuktikannya, bahkan dengan pengorbananmu ini (yang hampir kehilangan nyawa).. Aku masih belum cukup yakin untuk menerimanya Aris.."
"Mungkin aku hanya takut kau akan pergi meninggalkanku seperti Ryan yang tiba-tiba pergi meninggalkanku begitu saja.." ucap Shina sambil mengeluarkan air matanya
Saat itu Aris tersadar bahwa luka hati yang digoreskan oleh Ryan dulu telah membuat Shina sulit untuk menerima perasaan cinta dari orang lain. Shina telah mengalami trauma. Sebesar apapun Aris membuktikannya bahwa dia benar-benar tulus, tapi Shina tetap tidak mau percaya. Dia hanya tahu bahwa sebesar apapun cinta yang telah diberikan oleh orang lain padanya, hanya akan membuatnya semakin takut akan kehilangan orang tersebut. Oleh karena itu, meskipun dia ingin percaya dan membuka hati, tetapi ada sebagian dari dirinya yang tetap mempertahankan sisinya itu. Dia hanya tidak ingin ditinggalkan dan merasa hancur untuk kedua kalinya.
*Sekilas info tentang Shina
Shina itu sempat mengalami gangguan psikologis semenjak dirinya hamil dan ditinggalkan oleh Ryan dulu. Dia stress, frustasi, dan ada indikasi untuk melakukan tindakan yang membuatnya ingin melukai dirinya sendiri jika dia merasa sangat tertekan (self harm). Dia juga mengalami bipolar, dimana moodnya itu sering kali mengalami perubahan yang drastis (swing mood easily). Oleh karenanya, selama masa kehamilannya, dia sering mengkonsumsi obat-obatan untuk mencegahnya berbuat hal-hal yang dapat membahayakan bagi dirinya. Dan Lucy asistennya sangat mengetahui hal ini.
"Baiklah, lakukan sesukamu. Aku juga akan berusaha membuktikan sampai membuatmu benar-benar yakin bahwa aku mencintaimu.."
"Terima kasih.." ucap Shina terharu sambil mengeratkan pelukannya pada Aris