Saat itu, Aris berusaha mengejar Ryan, walaupun Shina berusaha melarangnya.
"Untuk apa kau mengejarnya? Kau ingin dia kembali menghajarmu lagi, hah?" ucap Shina kesal pada Aris sambil menghentikan langkahnya
"Aku hanya tidak ingin hanya karena kesalahpahaman yang aku lakukan waktu itu, membuat mereka berdua berpisah sampai bercerai.. Aku merasa aku bertanggung jawab disini. Ini semua gara-gara aku.."
"Tidak. Kau tidak salah disini. Ryan itu memang emosional. Dia pasti sudah gila hingga mau melakukan itu.. Pikirannya sedang tidak normal.." Shina berupaya menenangkan Aris dan mencoba membujuknya untuk tidak mengejar Ryan
Tapi Aris tetap tidak peduli dan pergi meninggalkan Shina untuk mengejar Ryan.
"Aris.. Hey Ariss.. Ariis.." Shina masih mencoba menghentikannya
"Brengsek.." maki Shina kemudian
Sementara itu ditempat lain, di Rumah Papa, aku masih menunggu telpon dari Mas Ryan. Sudah tengah malam lewat masih belum ada kabar. Aku yang tidak sabaran kemudian mencoba menghubungi handphonenya, tapi nomornya masih tidak aktif. Kemudian aku pun menghubungi Heru.
Saat itu Heru, dia terlihat terkejut mendapat panggilan dariku. Dia bingung.. Apa yang harus dikatakannya nanti jika aku menanyakan tentang Mas Ryan. Dia tahu Mas Ryan sudah tiba dan sekarang berada diapartemennya, tidak mau menghubungiku.. Beberapa kali panggilan teleponnya berdering tetapi dia masih takut untuk menjawabnya.. hingga akhirnya, setelah panggilan teleponku yang kelima, dia mau menjawabnya..
"Mas Heru.." sapaku setengah berteriak karena saat itu aku senang akhirnya dia menjawab teleponku
"Apa kau sudah berada dibandara sekarang? Bagaimana dengan Mas Ryan, kau sudah bertemu dengannya.. handphonenya tidak aktif.."
Heru hanya terdiam mendengar semua keluhan dariku. Dia masih belum memberikan respon, mungkin dia bingung.. Dia bingung apakah harus berbohong padaku agar aku tidak merasa kecewa atau membicarakan hal yang sebenarnya..
"Mas Heru.." sapaku kembali memanggilnya
"Ryan.. sepertinya dia tidak jadi kembali malam ini. Maafkan aku Lena.. tapi sebaiknya kau tidur saja dan tidak usah menunggunya.." jawab Heru
"Apa?? Kenapa bisa begitu? Bukankah kemarin Mas bilang kalau dia sedang dalam perjalanan pulang menuju kemari. Kenapa tiba-tiba bisa berubah seperti ini Mas? Jadi maksud Mas dia tidak jadi kembali ke Indonesia?" tanyaku kecewa
"Maafkan aku Lena.. Maaf, tapi aku harus menutup panggilanmu sekarang."
"Tapi Mas Heru.. Mas.." dan Heru pun menutup teleponnya
Saat itu hatiku kembali cemas dan gelisah. Aku tidak tahu keberadaan Mas Ryan saat ini. Bagaimana ini.. Bagaimana bisa aku tidur dengan tenang sementara aku tidak mengetahui keberadaan suamiku. Air mataku mendadak turun.. Aku sedih.. sepertinya sesuatu yang buruk akan terjadi.
Ditempat lain terlihat Aris tengah berusaha mengejar Ryan, kemudian
"Hey Ryan.. Ryan.. berhenti.."
Saat itu Ryan terkejut mendapati Aris ada dibelakangnya mengikutinya.
"Ryan.. Kau itu kenapa? Kalian ada masalah?" tanya Aris penasaran
Ryan terlihat menghentikan langkahnya saat itu. Sambil berbalik kemudian dia berkata,
"Kau.. harusnya kau senang. Ini yang kau tunggu-tunggu selama ini bukan? Kau kini bisa bebas mendekati Lena atau mungkin menikahinya nanti setelah kami resmi berpisah.."
Aris yang tidak senang mendengar perkataan dari Ryan itu kemudian melayangkan tinju padanya.
"Apa kau sadar apa yang telah kau ucapkan itu? Ryan dengar.. Meskipun aku tidak senang Lena memiliki seorang suami yang emosional seperti dirimu tapi dia itu benar-benar mencintaimu.." ucap Aris menjelaskan sambi emosi
"Aku tahu, semua masalah yang terjadi pada kalian dimulai karena aku. Aku sebagai pemicunya.. Semenjak kedatanganku kemari, semenjak aku pindah ke apartemen ini dan menjadi tetangga kalian.. hubungan kalian berdua menjadi tidak harmonis.. Aku minta maaf.. Keputusanku salah dengan memilih untuk tinggal disini bersama kalian.."
"Memang benar seperti perkataanmu Ryan, aku pindah kemari karena Lena. Saat itu, ketika aku dipindah tugaskan kemari, aku melihat Lena.. ketika aku datang pertama kali untuk meninjau lokasi dan mencari-mencari rumah untuk tempat tinggalku disini"
"Saat itu aku merasa.. aku ingin berada didekatnya untuk mengawasinya.. Entahlah, mungkin saat itu aku masih mencintainya.."
"Kau mungkin tahu alasan kami berpisah saat itu.. Kalau aku tidak melepaskannya maka dia pun tidak akan mau berpisah denganku.. Saat itu, aku sempat menyesal membuat keputusan itu.. memilih untuk mengalah agar dia tidak bimbang memilih antara aku atau ayahnya. Sungguh.. seandainya waktu bisa kembali berputar, mungkin aku akan mengubah keputusanku itu.."
"Tapi Ryan dengar, saat ini aku sudah tidak memiliki perasaan apa-apa lagi padanya. Sekarang aku menganggap Lena hanya sebagai seorang adik atau saudara bagiku. Jadi aku pikir, kau tidak perlu lagi merasa cemburu atau emosional saat melihat kami bersama.."
"Dan satu hal lagi, Lena.. dia sampai detik ini masih menjaga kesetiaan dan kepercayaannya padamu. Beberapa hari ini, aku tahu dia berusaha menjaga jarak denganku. Itu semua dilakukannya untukmu.. karena dia sangat mencintaimu.. Jadi Ryan, apapun itu.. tolong kalian jangan sampai berpisah. Kasihan Lena.. terlebih lagi dia tengah hamil sekarang.."
"Dia tidak benar-benar hamil.. Itu semua hanyalah rekayasa yang kubuat." akhirnya Ryan memberikan respon pertama kalinya untuk Aris
"Jadi kau belum tahu.. Lena itu benar-benar hamil. Usia kehamilan itu sudah tiga minggu.. Aku sendiri yang mengantarkannya ke Rumah Sakit waktu itu. Saat itu, dia pingsan di lift karena kekurangan darah.."
"Apa??" respon Ryan tidak percaya
"Kau sedang tidak bercanda padaku kan Aris?" tanyanya kembali memastikan
"Menurutmu apa aku akan bercanda untuk hal seperti ini. Terlebih lagi, pada seseorang yang sangat emosional, yang selalu menganggapku sebagai orang ketiga atau rivalnya.." jawab Aris sambil menyindir
Ryan terlihat senang saat itu, hingga kemudian dengan ekspresi bahagianya itu, dia reflek memeluk Aris sambil tertawa senang. Tentu saja Aris yang tidak senang mendapat pelukan tiba-tiba dari Ryan itu berusaha melepaskan diri darinya.. hingga membuat Ryan tersadar dan kembali reflek melepaskan pelukannya sambil seolah merasa jijik.. Tak lama dari itu, dia pun pergi meninggalkan Aris.
"Hey, kau mau kemana?" tanya Aris kembali
"Walaupun dalam keadaan normal aku tidak mungkin untuk mengatakan ini padamu, tapi.. terima kasih. Terima Kasih atas apa yang telah kau lakukan.. Berkatmu sepertinya aku menemukan solusi untuk permasalahanku ini.." ucap Ryan
"Seandainya kau itu bukan mantannya Lena, mungkin aku bisa menganggapmu dan menjadikanmu sebagai sahabatku Aris.."
"Memangnya siapa yang sudi dan mau menjadi sahabatmu, hah?" ucap Aris membalas sambil tersenyum
Kemudian Ryan pun pergi meninggalkan Aris. Sedangkan Aris, dia sedikit merasa lega saat itu. Dia telah menyampaikan apa yang selama ini berusaha dia simpan rapat, termasuk alasan mengapa dia sampai pindah kemari. Bahkan, dia menyampaikannya langsung kepada seseorang yang selama ini selalu mencurigainya dan menganggapnya sebagai rivalnya.