"Halo Nak Aris..!" sapa Papaku ditelpon
"Halo Pak. Gimana kabar Bapak? Apa Bapak Sehat?" tanya Aris
"Aku baik-baik saja. Ada hal yang ingin aku tanyakan padamu. Apa aku mengganggumu sekarang?" tanya Papa kembali
"Tidak Pak. Silahkan saja.. Aku sekarang sedang dalam perjalanan menuju kantor." Aris menjawab
"Ohh.. Kalau begitu maaf. Nanti aku hubungi kau lagi."
"Tidak Pak. Tidak apa-apa.. Tanyakan saja hal yang ingin Bapak tanyakan."
"Begini Aris, waktu itu.. saat aku berada di Rumah Sakit, aku dengar katanya kau sempat datang ke kantorku dan mencari Pak Asep disana. Apa itu benar? Apa kau membawa Pak Asep ke Rumah Sakit saat itu?" tanya Papa penasaran dan berupaya menggali informasi dari Aris.
Aris terkejut mendengar pertanyaan Papa. Dia tidak mengira bahwa Papa akan menanyakan masalah ini langsung padanya. Dalam kondisi panik seperti itu, kemudian Aris menjawab
"Iya Pak. Benar.. Waktu itu aku sempat datang ke kantor Bapak dan mencari Pak Asep disana. Kemudian aku.." Aris yang belum menyelesaikan perkataannya, tiba-tiba dipotong oleh Papa
"Berarti benar.. Pasti Ryan yang menghalanginya untuk bertemu denganku saat di Rumah Sakit. Dia keterlaluan sekali.. Dia tidak ingin aku mengetahui tentang kebenarannya." ucap Papa tidak senang
Aris yang mendengar hal itu, kemudian
"Tidak Pak. Bukan seperti itu.. Saat Pak Asep datang kesana, tiba-tiba dia mendapat panggilan telepon dan langsung pergi. Dia bahkan belum sempat bertemu dengan Ryan disana. Hanya aku dan Lena.." Aris terpaksa berbohong saat itu
"Kalau begitu Lena, dia juga.."
"Ahh, Iya. Aku lupa memberikan selamat pada Bapak. Selamat ya Pak karena Bapak akan kembali mendapatkan cucu." Aris berusaha mengalihkan topik
"Cucu?? Apa maksudmu?" tanya Papa terkejut
"Loh, memangnya Bapak tidak tahu. Lena hamil.." Aris menjelaskan
"Benarkah?? Apa aku tidak salah dengar Aris?" ucap Papa histeris bahagia
"Iya Pak, benar. Selamat ya Pak..!"
"Hahahaa.. terima kasih Aris. Aku senang sekali mendengar hal ini.. Pantas saja tadi pagi ketika aku menelponnya, dia terdengar seperti mual dan muntah-muntah.. Aku tidak tahu kalau dia ternyata benar-benar hamil.." ucap Papa antusias
"Kalau begitu Pa, aku pamit dulu. Aku sudah sampai di depan kantor."
"Oh, Iya iya.. Maaf. Aku jadi menahanmu lama ditelpon. Kalau begitu terima kasih Nak Aris. Selamat bekerja!"
"Iya Pak, sama-sama. Bapak juga jaga kesehatan selalu.." balas Aris. Dan Papa pun kemudian menutup telponnya.
Di apartemenku, ketika aku melihat Aris dan Shina tadi.. entah kenapa aku merasa ada perasaan aneh. Mungkin ini karena Aris bersikap dingin dan tidak menyapaku waktu itu.. Ternyata seperti ini rasanya diacuhkan oleh orang yang kita kenal. Benar-benar tidak nyaman..
Tapi, tadi dia dan Shina.. ternyata mereka sudah akur kembali. Aku tidak pernah melihat Aris bersikap seperti itu pada wanita, selain denganku dulu..
Saat itu, memoriku kembali mengingat masa-masa ketika aku dan Aris masih bersama dulu.
Tunggu dulu.. aku sedang tidak merasa cemburu pada Shina disini kan. Yang benar saja.. Maksudku, mungkin ini karena Mas Ryan tidak ada disini.. Aku hanya merasa cemburu melihat pasangan lain begitu mesra, sementara pasanganku sendiri tidak ada disini.. Ya, pasti karena itu.. aku cemburu karena hal itu, ucapku meyakinkan diriku sendiri didalam hati.
Kemudian aku pun segera mengambil handphoneku di kamar dan langsung menghubungi Ryan saat itu juga. Dan ketika telepon tersambung,
"Mas.." sapaku manja
"Halo Sayang.." jawab Ryan
"Mas sedang dimana? Apa yang sedang Mas lakukan sekarang?"
"Sedang apa ya, ehmm.. Kalau aku bilang sedang kangen sama kamu dan nungguin telpon dari kamu, kira-kira kamu bakalan percaya gak?" jawab Ryan menggoda
"Kamu itu ya Mas.. selalu saja ngegombal dan ngegombal. Pasti kamu gak bisa ya, hidup sehari aja kalau gak ngegoda sama gombalin aku.." balasku sedikit ketus padanya
"Untung aku Sayang, kalau gak.. Mas itu udah aku usir jauh-jauh dan buang ke laut.." lanjutku kemudian
Mendengar responku membuat Ryan tertawa terbahak-bahak. Benar saja, ternyata aku merindukan suara tawanya itu. Seandainya dia ada disini, pikirku saat itu.
"Kamu sebegitu gak sukanya ada orang yang gombalin kamu Sayang. Jarang-jarang loh.. ada suami kayak aku, yang ganteng.. baik.. tiap hari selalu muji dan gombalin istrinya.."
"Lagian aku tuh aneh sama kamu, Sayang.. Bukannya, perempuan umumnya suka ya kalau digombalin atau dipuji pakai kata-kata manis gitu? Kamu kok gak seperti perempuan-perempuan normal lain sih. Atau jangan-jangan.. aku menikah dengan perempuan abnormal lagi?" ledek Ryan kembali
"Mas..?!" ucapku tak terima ketika Ryan mengejekku sebagai perempuan abnormal
"Hehehee.. Bercanda Sayang. Lagian aku senang kok kamu beda dari yang lain. Itu tandanya kamu spesial.." balas Ryan
"Kamu itu sebenarnya pengen muji atau ngeledekin aku Mas?" tanyaku kembali kesal padanya.
Ryan pun kembali tertawa mendengar ucapanku itu.
"Kamu kenapa tiba-tiba menelpon malam-malam gini Sayang. Kangen ya sama aku?" tanya Ryan
"Malam?? Oh.. iya benar. Disana sudah malam ya. Perbedaan waktu New York dan Jakarta kan hampir 12 jam.." ucapku dalam hati. Kemudian aku pun melanjutkan
"Iya Mas. Aku kangen.. Kamu kapan balik? Apa masih lama?"
Ryan terkejut mendengar ucapan kangen dariku itu. Tidak biasanya aku secara blak-blakkan seperti tadi mengatakan kangen secara langsung padanya, tanpa ada embel-embel dia yang lebih dulu memancingnya. Ryan yang mulai curiga kemudian
"Pasti ada sesuatu nih.. gak biasanya kamu ngomong kangen duluan atau blak-blakkan seperti tadi ke aku.. Ayo cerita, kamu lagi ada masalah apa Sayang?" tanya Ryan penasaran
"Nggak kok.. Aku gak lagi ada masalah apa-apa Mas. Serius.. cuma kangen aja sama kamu. Emang gak boleh ya kangen sama suami sendiri. Dosa gitu?" jawabku
"Nggak sih.. tapi kan gak biasanya kamu kayak begini. Kamu pasti kenapa-kenapa nih. Ayo cerita.. gak apa-apa kok.. cerita aja sama aku." Ryan terus memaksa
"Nggak ada Mas.. Beneran." balasku
"Seandainya jarak New York ke Jakarta cuma 1 jam menggunakan pesawat. Aku pasti langsung pulang malam ini juga untuk nengokin kamu Sayang.. Maaf ya.." ucap Ryan tiba-tiba
"Ihh.. apaan sih Mas. Aku gak apa-apa kok. Cuma kangen aja. Mungkin.. tadi abis nonton drama romantis jadi ke bawa baper sendiri. Liat cowok sama ceweknya mesra-mesraan, sedangkan aku cuma sendirian disini.. gak ada Mas. Jadi, kebawa suasana deh.." aku akhirnya menceritakannya pada Ryan
"Ya ampun, kasian istriku.. Baper ya nonton drama romantis tapi gak ada pasangan yang nemenin.." ledek Ryan
"Makanya.. kalau nanti pasangannya udah ada deket, jangan dianggurin gitu aja dong. Di ajakin romantis-romantisan gak mau, digombalin apalagi.. alergi katanya. Sampe pasangannya mau di usir dan dibuang jauh-jauh ke laut segala.." Ryan menyindirku
"Ihh.. apaan sih Mas." responku malu
Seketika panggilan telpon pun terputus. Aku yang kaget, berusaha mencoba menghubunginya kembali. Namun, sebelum aku menghubunginya, Ryan ternyata sudah menghubungiku duluan dengan melakukan vcall (video call). Kita terus mengobrol menggunakan vcall, sampai akhirnya Ryan pun tertidur dan aku menutup teleponnya.
Beberapa saat setelah aku menutup telpon, handphoneku kembali berdering. Tanpa melihat nomornya aku pun langsung mengangkatnya karena mengira itu masih dari Ryan.
"Iya Mas gantengku Sayang. Makasih ya.. udah buat aku gak galau lagi. Lain kali, kalau aku ngeliat pasangan romantis lagi dimanapun, aku bakalan bilang ke diri aku sendiri, aku punya suami yang jauh lebih romantis dari siapapun.. dan aku bakalan langsung telpon kamu saat itu juga.. Gimana?" ucapku menjawab panggilan telepon tersebut
Dan ternyata panggilan telpon itu bukan dari Mas Ryan.