Chereads / Kultivasi Lotus Ungu / Chapter 1 - 1. Lotus Ungu Di Padang Malam

Kultivasi Lotus Ungu

🇮🇩Lien_Hua
  • --
    chs / week
  • --
    NOT RATINGS
  • 12.6k
    Views
Synopsis

Chapter 1 - 1. Lotus Ungu Di Padang Malam

Pagi hari, Cloud Hill adalah tempat belajar para murid Sekte Yun, berada dekat bukit yang menjulang ke langit. Awan yang tertiup menyatu damai, membuat Cloud Hill seperti berada di atas awan. Tempat ini termasuk tempat indah, aura murni penuh kedamaian. di bawah bukit melihatkan alunan suara air terjun, bersih dan luas membuka jalan menuju gerbang.

Melewati pohon Murbei[1], kamar berhiaskan gaya tradisional Style China, Putih Elegan. Setiap murid sekte Yun memiliki kamar pribadi, terpisah dengan asrama murid pengunjung. Tempat ini indah dan damai, namun ada ukiran batu besar. Beragam kata terukir detail: 'peraturan Yincang Yun', itulah yang tertulis.

Berbeda dengan sekte lain, 1.000 sampai 3.000 peraturan dari Yincang Yun. Ini yang membuatnya berbeda, murid maupun guru akan bersikeras tidak melanggar, tanpa terkecuali. Maka dari itu Yincang Yun sudah menghasilkan banyak murid yang berperstasi, Sastra bahkan sampai Kultivator, menjadi makanan harian dalam kehidupan mereka. Banyak murid dari sekte lain datang kemari untuk belajar dan berguru, salah satunya tiga sekte terkemuka. Mereka akan mengirim setidaknya empat atau lima calon murid untuk belejar dan menetap.

Melewati lorong terbuka, cahaya matahari memasuki setiap lorong. Jendela yang dibiarkan terbuka leluasa, tidak ada penutup atau kain. Ruangan ini memiliki buku dengan rak menjulang, siapapun yang lewat pasti akan mengira hal sama. Perpuatakaan lengenda Yincang Yun, sangat terkenal bahkan ke tiga sekte sekaligus. Karena menyimpan beragam banyak pengetahuan tentang dunia berbudidaya, sangat lengkap dan bersejarah dari tempat buku sekte lain.

Dalam ruangan, terlihat dua sosok pria berumur sama, tapi berbeda paras, duduk berhadapan. Salah satunya memiliki wajah datar tanpa ekspresi: Matanya kecil bulat, terlukis giok ungu muda di dalamnya. alis yang tidak begitu tebal dan rapi, membentuk hidung tingginya yang kecil. Bibirnya merah mudah dan tipis, melengkapi dagunya yang runcing. Pipinya sehalus bunga teratai, tidak kalah dengan tubuhnya yang kekar: Menyelimuti tubuh halus putihnya dengan baju berjubah ungu tua, dihiasi pita panjang melilit rambutnya. Pria ini peminpin sekte, Quentin Jung. Jung Cheng.

Duduk di tempatnya, menampilkan sosok halus senyum dan damai: Rambut panjang yang dibiarkan terkurai, melengkung ke atas. di tengah matanya, cahaya kristal putih menampilkan ketenangan. Hidung mancung membentuk lengkungan alis berwarna hitam tipis. Berbentuk kelopak bunga, dagunya menampilkan senyum lembut. Yun Huan, berbaik hati mengundang 'Teman Seperjuangan'[2]

Jung cheng hanya memasang wajah keras, dia sangat kesal di ganggu kesibukannya. terutama untuk kembali kemari perlu waktu dua sampai tiga hari perjalanan. Merasa membuang-buang waktu, jung cheng sudah meluap kesabarannya dan mulai berdebat.

"Datang kemari hanya untuk menemanimu, menghabiskan waktu dengan buku? jangan membuang-buang waktuku"

Yun Huan hanya membalasnya dengan senyum. Jung Cheng tidak tahu situasinya, menyentuh keningnya, bukan karena pusing, melainkan salah paham. Menyadari hal yang sebenarnya, menyatu di atas meja, Jung Cheng meletakan dua tangannya.

"Dimana dia?"

"Ruang hukuman" yun huan memberikan gulungan kertas. Masih tetap dengan senyum, dia melanjutkan "Hadiah untukmu"

Melihat gulungan itu, Jung Cheng mengerutkan alis. Dia tidak pernah melakukan apapun, setelah pergi dan menjalankan tanggung jawabnya sebagai salah satu penerus. Dia mendesah kecil, merasa teringat kembali dengan kenangan terburuknya, beberapa tahun lalu. -hadiah tanpa arti, pikir jung cheng sembari mengingat kesendiriannya.

Mengetahui ada masalah lain, Yun Huan mengerti perasaan yang di alami Jung Cheng. hidup tanpa orang tua, membuatnya harus hanyut dalam kesendirian yang mendalam. Sudah beberapa lama sebelum pembantaian itu terjadi Jung Cheng adalah anak yang murah senyum. Berubah derastis, mirip seperti ibunya, keras, tegas dan dingin. Tapi bagi Yun Huan, Jung Cheng adalah Jung Cheng.

Yun Huan tersenyum, "Kenapa kau tidak melihatnya dulu."

Jung Cheng mengambil gulungan, membuka dan mengerutkan alis kembali "Ini..." Jung Cheng menatap Yun Huan "Dari mana kau dapat ini?"

Lukisan yang indah, taman bunga teratai. Mekar sempurna, memberi sedikit ruang pada pantulan air menjulang. Walau hanya berhiaskan tinta hitam, tetap tidak menutupi makna dari lukisan itu. Jung Cheng mulai menebak kalau ini adalah lukisan Yun Huan. pandangannya teralih, Yun Huan hanya memasang ekspresi biasa, menandakan kalau Jung Cheng salah menebak. Karena sudah tahu Yun Huan membalas.

"Tidak hanya Lotus Tower yang memiliki keindahan namanya tersendiri, bunga-bunga ini masih ada di salah satu Klan di kaki gunung. letaknya juga tidak jauh dari kota YI, menuju ke timur, maka kau akan menemukan seladang penuh." Mata Yun Huan berkedip "Tapi sekte ini memiliki praturan yang tidak jauh beda dengan sekte kami, lebih anehnya terdapat dua musim di satu tempat."

Jung Cheng menyudahi pendengarannya, masih belum mengerti tentang apa maksud dari tujuan pria ini yang sesungguhnya. Tidak ada tempat dengan suasana aneh semacam itu. Bunga lotus hanya tumbuh di Quentin Jung, tidak dengan dua musim melainkan hanya pada musim semi. Terlebih lagi, tidak pernah mendengar tempat lain selain tiga sekte terkemuka dan salah satunya memiliki keindahan tersendiri.

Menghembuskan nafas, kali ini Jung Cheng benar-benar sakit kepala. Melepaskan semuanya Yun Huan mempermudah.

"Er'gege[3] kau harus mengunjugi tempat itu, lebih mudah dari sepuluh ribu tahun. Kesempatan ini datang hanya sekali." Yun Huan kali ini mulai serius.

Jung Cheng menjawab: "untuk apa aku mengunjungi tempat yang tidak penting, melewati kota Yi. maka aku akan bertemu jurang sedalam perut bumi."

Yun Huan menyembunyikan tawanya, merasa kasihan dengan Er'gegenya. Untuk apa dia memberi tahu tempat yang tidak pernah ada, tanpa melihat detailnya terlebih dahulu. Yun Huan hampir tertawa memikirkannya, hanya untuk membuat teman seperjuangan ini lepas dari segala beban, dengan cerita sampai ahkir hidupnya. Bahkan walau dia seterkenal apapun, cerita tidak bisa diartikan cerita tanpa ada penulis di dalamnya.

Memejamkan matanya, Jung Cheng merasa percekcokan ini tidak akan berahkir. Ingin rasanya menambahkan batu di kepala yang keras ini, menambahkan beban yang tidak bearti. Tidak ada satu tempat, di dua sisi yang bersamaan. Tempat itu tidak akan pernah ada.

"Bagaimana jika kau pergi dan membuktikannya sendiri." Yun Huan semakin memaksa, "Kau tidak mungkin hidup dalam bayangan yang bukan bayanganmu sendiri seperti cermin, kelak cermin itu akan pecah seiring berjalanya waktu."

Kembali membuka matanya, Jung Cheng mulai mengerti. Sudah sekian lamanya tidak melihat bunga lotus membuatnya rindu dengan kakak perempuannya, Quentin Jung bukanlah Quentin yang sekarang. Dulu memiliki milyaran bahkan ribuan bunga lotus, tapi sekarang semuanya telah hangus menghitam, tidak tersisa sedikitpun. Jikalau di tanam, mungkin masih ada harapan, tapi untuk itu harus mencari yang masih hidup terlebih dahulu. Karena tidak mungkin menemukannya, pria ini-pun menerima segala yang sudah terjadi.

Makin lama suasana ruangan semakin sunyi, Jung Cheng yang melamun berdiri, tubuhnya tegak dan tinggi bagai batang bunga lotus. Yun Huan hanya duduk diam memperhatikan, melihat punggung kekar. Pandangannya tidak goyah, memperhatikan pria yang di depannya, Yun Huan tersenyum.

"Aku rasa kau tidak akan menolak kali ini, Er'gege. akan lebih baik juga jika mengajak beberapa kultivator lain, bagaimana dengan mereka? kau akan mendapat pengawasan penuh dengannya." Yun Huan tersenyum damai.

Mata ungu Jung Cheng melirik, bergantian dangan senyum lebar di baliknya. Kali ini dia setuju, bukan karena terpaksa melainkan karena perjalanan yang mebosankan, dengan tujuan lebih untuk mengawasi salah satunya - mengawasi jin wingling.

Catatan:

[1]Pohon Murbei: di Tiongkok di kenal dengan sebutan, yang bearti perubahan yang terjadi di dunia, di korea pohon ini di jadikan karya sastra romantis yang mengubah laut biru menjadi ladang murbei.

[2]Teman Seperjuangan: semacam teman berbudidaya, hampir sama dengan saudara sesumpah. ini adalah tahapan awal untuk membentuk hubungan, sebelum menjadi saudara.

[3]Gege: kakak laki laki.