Ibu Yuliana dan Julian terdiam cukup lama, mereka seperti kehabisan kata-kata untuk memberi Silvia alasan lagi.
"Bu, lebih baik ibu jujur sekarang. Apa yang sebenarnya Ibu dan Kakak sembunyikan. Apa Ibu lebih suka aku mencaritahu sendiri kebenarannya?".
Ibu Yuliana menghela nafas "Baiklah nak, Ibu sebenarnya sedikit kecewa padamu. kamu tiba-tiba pulang dalam keadaan lumpuh. Kamu bahkan sudah bertunangan tapi tidak memberitahu Ibu atau Kakakmu. Setelah itu kamu terjatuh dari kursi roda dan kehilangan ingatan 1tahun terakhir. Ibu berfikir lebih baik kamu jangan berhubungan dengan Ludius lagi. Seharusnya kamu tanyakan pada Ludius mengapa kamu sampai lumpuh seperti ini". Ibu Yuliana menjawab dengan perasaan bersalah dan sedih.
Silvia syok, dia terdiam memandang Ludius. Dadanya bergemuruh walau dia tidak tahu apa yang sebenarnya dia rasakan. Tiba-tiba sekelebat muncul gambaran dia sedang bersama pria di sebuah tempat yang ramai dengan Gaun putih. "Benarkah kita telah bertunangan, tapi mengapa aku tidak mengingatnya. Mengapa hanya kamu yang tidak ku ingat?"
Ludius berjalan mendekat kearah Silvia, dia berdiri sejajar didepannya dengan tatapan hangat "Jangan kamu paksakan hal yang sulit Silvia. Cincin yang ada dijemari manismu adalah buktinya. Aku tahu ini terlalu cepat untukmu, Saat ini aku tidak terlalu peduli kamu mengingatku atau tidak, Kesembuhanmu adalah segalanya".
Silvia melihat kearah cincin yang dia pakai, "Apa yang kamu lakukan selama ini untuk mengingatkanku tentangmu? Aku tidak tahu alasan mengapa kamu tahu semua tentangku. Jadi ini jawabannya. Maafkan aku Ludius, aku tidak tahu mengapa aku sampai melupakanmu" perkataan Silvia penuh penyesalan.
"Ini bukan salahmu Silvia.
______ Bibi, izinkan aku membawa dan merawat Silvia di China. Aku berjanji akan selalu setia dan tidak mengkhianati kepercayaan Bibi dan Silvia. Dan lagi istri Tuan Zhuan sangat merindukan keponakannya. Kami beberapa minggu lalu baru saja makan bersama. Hanya saja Silvia tidak mengingatnya". Kata Ludius Sunguh-sungguh.
"Maaf nak Ludius, aku tidak mengizinkan Silvia terlibat apapun dengan masa lalu. Aku tahu kamu menjamin keselamatan Silvia, tapi dia lebih aman jika hidup di Indonesia"
"Ibu, biarkan aku ikut kembali China. Jika semua yang aku lalui saat ini adalah Takdir, biarkan mengalir apa adanya. Tidak ada yang kebetulan didunia inikan Bu, Ibu juga tahu itu. Kalau memang aku sudah pernah bertemu dengan Keluarga Ayah, Aku ingin memastikannya. Ayah telah memberiku amanah, aku tidak mungkin mengabaikannya".
Ibu Yuliana menghela nafas, dia tahu tidak akan bisa menang jika harus berdebat dengan putrinya. "Baiklah, Ibu mengizinkanmu kembali ke China. Tapi jika Ibu tahu kamu mendapatkan masalah karenanya, Ibu akan langsung jemput kamu pulang".
Julian yang sedari tadi terdiam melihat situasi akhirnya angkat bicara "Bibi tidak perlu khawatir, aku akan ikut Silvia ke China. Kebetulan Ayah mempunyai kantor cabang di China, dan belum menemukan pengganti Direktur cabang lama yang telah kembali ke Indonesia. Aku rasa aku akan tinggal di China sementara waktu, sampai Ayah menemukan orang yang tepat untuk menempati posisi itu".
Setelah perdebatan panjang di ruang rawat, akhirnya sudah di putuskan besok siang Ludius beserta Silvia dan Julian akan take on dari bandara menggunakan pesawat pribadi.
....
Sore ini di Apartement, Ludius sedang menyelesaikan semua dokumen kerjasamanya dengan perusahaan di Indonesia. Terdengar suara ketukan pintu, Mu Lan masuk membawakan se cangkir kopi panas beserta cemilan dan menaruhnya di atas meja.
"Mengapa kamu masih ada disini, Cepat keluar! Selesaikan tugasmu. Kamu tidak lupa bukan, memberitahu bagian transportasi menyiapkan pesawat untuk besok?" kata Ludius dingin tanpa menatap Mu Lan. Find authorized novels in Webnovel,faster updates, better experience,Please click www.webnovel.com www.webnovel.com for visiting.
"Tuan Lu, semua sudah sesuai perintah anda. Silahkan diminum kopinya. Saya permisi".
Saat Ludius tengah sibuk dengan pekerjaannya, terdengar suara bunyi ponsel miliknya.
📞 "Ada apa kau menelfonku LongShang?"
📞 "Aku dengar kau sudah menemukan Silvia, Bagaimana keadaannya?".
📞 "Aku sudah menemukannya, dan lagi aku sudah tahu dia adalah gadis kecil 15tahun yang lalu. Aku bertemu Bibi dan dia mengatakan alasan mengapa meninggalkanku dulu. Itu ulah orang yang sama, sebuah Organisasi yang telah membunuh keluargaku. Sekarang pertanyaannya adalah konflik apa yang terjadi di masa lalu hingga melibatkan orang tuaku?".
📞 "Baiklah, aku akan selidiki dari awal lagi. Aku harap kamu bisa lebih menjaga Silvia dari sekarang". Telefon terputus.
Ludius meminum kopi yang sudah dibuatkan Mu Lan, tidak berselang lama tiba-tiba tubuh Ludius merasakan panas dan bergairah. Kini dia seperti binatang liar yang menunggu mangsa datang "Kurang ajar Mu Lan, apa dia sengaja memberiku Afrodiac?".
Disaat Ludius sedang tersiksa, Mu Lan masuk dan mendekati Ludius dengan pakaian transparan untuk menarik perhatiannya.
"Ayo Tuan Lu, mengapa kau masih malu untuk melakukannya. Aku ada disini untukmu". Rayu Mu Lan, dia mulai membuka dasi dan kancing satu-persatu dengan lembut.
"Bukankah aku lebih menarik dari gadis cacat seperti Silvia, Setidaknya aku dapat memuaskanmu Tuan" rayunya kembali.
Mu Lan hampir membuka kemeja Ludius, tapi dengan cepatnya tangan Ludius menghentikan aksi liar Mu Lan.
"Berhenti..! Apa kau fikir kau pantas untuk melayaniku?. Wanita murahan sepertimu seujung jaripun tidak pantas jika di bandingkan dengan Silvia. Jangan kira kau telah membuatku mabuk kau dapat menaklukkanku!" Kata Ludius dengan penuh amarah.
Dengan kesadaran yang tersisa Ludius menarik Mu Lan keluar dari kamarnya, "Berfikirlah kembali sebelum kau bertindak. Kali ini aku hanya mengusirmu dari sini. Jika kau melakukan hal lebih dari ini, akan aku pastikan hidupmu akan membusuk ditangan pria tua bangka untuk selamanya" Ancam Ludius,
Dia membanting pintu dan menguncinya rapat-rapat. Dia berjalan menuju kamar mandi dengan tertatih, tubuhnya hampir kehilangan kendali. Dengan cepat dia membasahi dirinya untuk mengurangi efek obat yang telah Mu Lan berikan.
"Hampir saja aku terjebak dengan permainan wanita licik sepertinya. Aku telah berjanji pada Bibi untuk tidak mengkhianati Silvia. Aku sudah kehilangan orang yang penting dimasa lalu. Dan sekarang aku tidak ingin kehilanga untuk yag kedua kalinya". Cukup lama Ludius berada di kamar mandi,
Ludius keluar dari kamar mandi dengan setengah sadar, dia menjatuhkan tubuhnya diatas kasur dan kesadarannyapun menghilang.
______________________
Pagi ini Ludius terbangun dengan kepala pening, tubuhnya masih merasakan lemas efek dari obat yang di minumnya. Dia teringat kembali dengan kejadian kemarin sore. Ludius berfikir untuk memberitahu LongShang
📞 "LongShang, kau benar-benar ingin menjebakku yah. Kau tahu, sekretaris yang kau berikan telah memberiku obat perangsang. Hampir saja aku terjebak olehnya".
📞 "Sorry Ludius, aku tidak tahu Mu Lan ternyata akan berbuat liar terhadapmu. Mungkin dia jatuh cinta padamu dan mempunyai ide gila seperti itu"
📞 "Lain kali kalau kau memberi aku asisten murahan sepertinya tidak hanya dia yang aku lempar pada pria tua bangka, kau juga akan ku lempar sama sepertinya!" ancam Ludius
📞 "Ok.. Akan aku ingat. Itu memang kesalahanku.
Ludius menutup telefonnya.
Walau tubuhnya belum pulih sepenuhnya, Ludius kini sedang bersiap-siap memakai kemeja dan jas Tuxedo warna silver gold dengan setelan rompi abu-abu dan dasi hitam, Ludius sudah mempersiapkan hadiah untuk buah tangan saat datang kerumah Silvia untuk menjemputnya kembali ke China.