Sejengkal perasaan cemburu singgah di hati Silvia. Dalam benaknya tumbuh setidaknya satu pertanyaan yang mengusik hati dan pikiran terdalamnya.
'Siapa kiranya wanita yang berani memanggil suamiku semesra itu?'. Batin Silvia. Pandangannya seketika terlihat kosong dan terbaca jelas oleh Ludius yang melihat istrinya dari balik video call mereka.
[Sayang, mengapa kamu diam saja. Apa yang sedang kamu pikirkan istriku?] tanya Ludius sedikit meninggikan suarnya untuk membuat Silvia tersadar dari lamunannya.
[Ah iya suamiku, jam segini di Hardland masih pagi buta loh. Mengapa kamu repot – repot ngajak video call? Aku tidak pernah memaksa keadaanmu, Ludius].
[Bukankah sebelumnya aku sudah bilang, bahwa saat istriku sedang mengadakan party aku akan menelfon dan memastikan kamu baik – baik saja]