Ludius mengadakan jamuan untuk Tuan Zhuan di Restaurant Garden, Dia memilih konsep santai. Pelayan membawa mereka ke tempat bangunan klasik terbuka dengan pemandangan hamparan Bunga Plum.
"Tuan Lu, Anda membawa kami ketempat yang indah, Udara disini terasa sejuk walau di siang hari". ucap Nyonya Zhuan sembari melihat sekeliling.
Ludius membawa Silvia ke depan meja menghadap ke hamparan bunga Plum "Silahkan duduk Tuan dan Nyonya Zhuan. Semoga menu yang dipilih sesuai dengan selera anda".
Tuan dan Nyonya Zhuan menempati tempat duduk mereka. Pelayan datang membawakan beberapa makanan pembuka.
"Ludius, makanan pembuka ini bukan daging babikan?!" Bisik Silvia.
"Memangnya kenapa sayang? ini steak babi yang terkenal di Restaurant ini". Ludius membalas pertanyaan Silvia.
"Ludius aku tidak masalah makan makanan apapun, tapi aku tidak bisa memakan sesuatu yang terbuat dari daging babi. Bisakah kamu pesankan aku makanan yang lain?!".
"Pelayan Tolong ganti Steak ini dengan daging sapi dan beberapa menu Vegetarian untuk Nona Silvia.." Perintah Ludius.
pelayan yang berjajar di samping mendekat "Baik Tuan.. Kami akan menyiapkan sesuai perintah anda".
Tidak lama kemudian, Pelayan datang membawa pesanan dan menaruhnya di meja. "Ludius, apa ini tidak terlalu banyak.. Lebih baik aku memakannya dirumah. Aku tidak ingin merepotkan Siapapun". bisik Silvia
Ludius tidak menjawab keinginan Silvia, Dia justru mengabaikan makanannya dan mengambil piring Silvia dan menyuapi nya.
"Tuan Lu.. anda benar-benar Calon Suami yang mengerti keadaan istri. Di zaman sekarang, sulit menemukan pasangan yang saling mengerti satu sama lain". Puji Tuan Zhuan.
Calon suami idaman?!! mana ada calon suami idaman memilih Tunangan kontrak untuk membohongi semua orang. Tuan Zhuan.. anda salah mengira orang ini.
Silvia berbicara dalam hati, sesekali matanya melirik kearah Ludius. Mulutnya kini sedang penuh oleh makanan yang Ludius suap.
"Ludius cukup.. mulutku masih penuh..!"
"Silvia.. makanlah yang banyak.. Aku tidak ingin lihat calon istriku kurusan". Ludius terus saja menjejalkan makanan di mulutnya.
Ludius, mengapa kamu semakin perhatian terhadapku?, Aku kan jadi sulit untuk menjauh darimu. Bagaimanapun juga, aku sekarang cacat. Dan perjalanan hidupmu masih panjang, aku tidak ingin menjadi beban hidupmu dimana mendatang.
Wajah Silvia berubah masam, Ludius yang menyadari apa yang dipikirkan Silvia tiba-tiba tersenyum. "Jangan di fikirkan Sayang, Apapun yang terjadi padamu. Aku tidak akan meninggalkanmu dimasa sekarang ataupun masa depan. Apakah kamu masih tidak mempercayai perkataanku?!". Bisik Ludius,
Sesi jamuan makan siang ini berjalan lancar. Ludius yang begitu memperhatikan Silvia bahkan belum sempat menyentuh makanannya. Tuan dan Nyonya Zhuan telah diantar sopir pribadi ke apartemen mereka.
Ludius melangkah menghadap kedepan Silvia, Dia menjajarkan tingginya agar setara. Tatapan mereka saling beradu.
Tatapan yang kulihat saat ini terlihat begitu hangat. Tatapan itu seperti saat pertama kali kita bertemu. Ludius.. Aku masih tidak mempercayai kalau ini benar-benar kamu...
"Nah.. Karena kita sudah diluar, Apakah kamu mau pergi jalan-jalan?!". Ludius menawarkan Silvia hal yang membuatnya senang, tapi lagi-lagi wajahnya muram jika mengingat kondisinya saat ini.
"Ehm.. lebih baik kita pulang. Memangnya kamu tidak ada pekerjaan di kantor apa?" Silvia balik bertanya untuk membuat Ludius membatalkan tawarannya pergi.
"Urusan kantor hari ini sudah kuserahkan pada LongShang dan WangChu. Jadi.. tidak ada alasan untukmu menolak. Sayang.. kamu adalah calon istri dari Ludius Lu. Jadi jangan anggap dirimu rendah dari orang lain".
Drrt.. Drrt..
Ludius berdiri dan mendorong kursi roda menuju Mobil. Terdengar dering dari Ponsel Ludius berbunyi.
๐ "Apa kau lupa LongShang, Jangan menelfonku saat aku diluar bersama Silvia kecuali ada masalah penting?!"
๐ "Dengarkan aku dulu Ludius, Xiang Zhu tiba-tiba saja datang ke kantor dan membuat keributan. Aku sudah melarangnya, tapi dia mengancam hal yang tidak-tidak"
๐ "Antar Xiang Zhu ke Mall DX, aku akan menemuinya disana".
Ludius menutup telefonnya.
"Sayang, karena kamu sudah lama tidak memberikan pakaian. Aku akan mengantarmu ke Mall". Ludius tidak menunggu jawaban Silvia dan langsung membawa kesana.
***
Di depan Mall Pegawai resmi berjajar menyambut kedatangan Ludius. "Selamat Datang Tuan Lu.. Apa ada yang bisa kami bantu?". Tanya salah satu kepala pegawai Mall. Ludius berjalan masuk sembari mendorong kursi roda Silvia.
"Berikan pakaian tertutup yang Nona Silvia suka.." Ucap Ludius dingin.
"Baik Tuan Lu. Mari ikut Saya ke Lantai dua". Pegawai itu mengantar Ludius dan Silvia menuju tempat pakaian itu berada.
Di sepanjang jalan Para pegawai yang melihat Ludius datang dengan seorang wanita aneh dan cacat mulai berbisik. Mereka seperti mengumpat dan mengejek Silvia tanpa rasa bersalah. Ludius yang mendengar mereka mulai membicarakan Silvia bertindak.
"Siapa Manajer di Mall ini? Cepat suruh dia kemari..!" Ludius berkata dengan marah dan lantang. Semua yang orang yang berbisik seketika diam.
Manajer yang mengetahui dirinya di panggil Ludius seketika berubah ketakutan "Maaf Tuan Lu, apa kami telah melakukan kesalahan..?". Tanyanya hati-hati.
"Aku datang kemari untuk mengantar calon istriku memilih pakaian. Tapi lihat pegawai kalian, Mereka bahkan tidak tahu malu membicarakan tentangnya di depanku. Cepat.. Minta maaflah padanya, Jangan sampai aku kehilangan kesabaran dan bertindak menjatuhkan Mall ini..!". Raut wajah Ludius benar-benar menunjukkan sebuah kemarahan. Dia menatap tajam semua orang yang membicarakan Silvia di belakangnya.
"Ludius sudah..! Jangan diteruskan. Lagi pula perkataan mereka memang benar". Silvia memandang kearah semua orang. "Aku memang cacat, aneh dan jauh dari wanita yang pantas untuk Ludius. Tapi.. Mengapa kalian hanya berani berbicara di belakangku, Katakan saja di depanku langsung. Dan.. Seharusnya kalian tanyakan pada Ludius, Mengapa dia mau dekat dengan orang cacat, aneh dan jauh dari sempurna seperti ku?". Perkataan lantang Silvia mampu membungkam mulut semua pegawai yang membicarakannya.
"Nona Silvia.. Mohon maafkan atas kelancangan kami..!" Para pegawai yang bergosip seketika meminta maaf.
"Tidak apa-apa, Aku sudah melupakannya. Tuan, bukankah kamu akan memberikan aku beberapa pakaian?" Silvia mencoba mencairkan suasana hati Ludius yang kembali dingin karena ulah mereka.
Ludius membawa Silvia memilih beberapa pakaian di bantu para pegawai.
Bagaimana ini.. ini sudah masuk waktu ibadah. Dari kemarin aku selalu sembunyi-sembunyi dalam beribadah karena aku ingin beribadah dengan tenang. Tapi sekarang aku bahkan belum bisa menggerakkan tanganku. Ya Tuhan.. Aku harus bagaimana...?
Dengan malu-malu Silvia meminta pada Ludius. "Tuan Lu, bisakah kamu memanggil seseorang untuk membantuku dikamar mandi?" Tanyanya lirih.
"Sayang.. aku bisa membantumu jika kamu ingin pergi ke kamar mandi".
"Aku ini wanita, dan kamu pria. Tidak mungkin aku memintamu untuk membantuku di kamar mandi. Kecuali kalau kita sudah menikah". Ucapnya semakin Lirih.
Ludius yang mendengar perkataan Silvia tiba-tiba tersenyum penuh arti. "Sayang.. tadi kamu mengatakan apa? aku tidak mendengarnya. Bisakah kamu mengulanginya..?" Tanya Ludius dengan nada menggoda.
Seketika Silvia memasang wajah Dinginnya. 'Dasar Ludius. Kamu sengaja yah ngomong gitu?'
"Tidak jadi, Lupakan..!" jawab Silvia dingin.
'Heh.. apakah kamu malu sayang.. Jelas-jelas tadi kamu bilang jika kita menikah'. Batin Ludius, Diam-diam dia tersenyum.