Silvia masih terdiam melihat Ludius yang sedang menatapnya dengan tatapan selidik.
"Tuan Lu, lebih baik Tuan masuk dulu, apakah Tuan tidak ingin makan cemilan? aku ada dessert pudding mangga". Silvia menarik Ludius masuk ke dalam rumah. Ludius melihat ke sekeliling, ruangan yang sederhana dan tidak begitu lebar, cukup membuat Ludius berfikir Apakah ini benar-benar rumah?. Silvia masuk kedalam tanpa menghiraukan pertanyaan Ludius.
"Sayang.., Kamu mau mengalihkan pembicaraan yah!". Ludius menarik Silvia. "Aku sedang berbicara denganmu.. Setidaknya tatap mataku. Katakan, dari mana kmu mendapatkan Dress mahal seperti itu?" Mata Ludius yang tajam serasa menohokku, Seakan aku sedang tertangkap basah berbuat salah di belakangnya.
"Ada hak apa Tuan mempertanyakan apa yang aku pakai. Lagi pula kalau aku mengatakan ini pemberian dari Teman, apa Tuan akan percaya?" Silvia membalas tatapan Ludius dengan tegas.
"Oh.. Pria mana lagi yang berhasil kamu pikat sehingga dia mau memberikan Dress mahal untuk gadis aneh sepertimu?. Kamu benar-benar murahan..!". Ludius terlihat semakin marah, dia mencengkeram tangan Silvia, Dia tidak terima ada orang lain yang bermain dengan Silvia di belakangnya.
"Terserah kamu mau berkata apa. Walau aku jelaskan juga orang egois sepertimu tidak akan mengerti… Sekarang Lepaskan aku..!". Silvia pergi menuju kamarnya, Ludius di buat penasaran dengan siapa orang yang telah memberi Dress untuk Silvia.
'Gadis kecil, aku mulai memberi kebebasan kepadamu, kamu justru melakukan hal sejauh ini dibelakang ku. Jika kamu ketahuan bermain di belakangku, Aku tidak tahu apa yang akan ku lakukan padamu nanti..!'. Ludius duduk di tempat duduk yang ada di ruang tamu menunggu Silvia sembari melihat keadaan ruangan.
Silvia keluar setelah berganti pakaian dengan membawa Dessert pudding mangga untuk Ludius, berharap dia dapat melupakan apa yang dia lihat hari ini.
"Berhentilah menatapku seperti itu, Ini kubawa kan pudding mangga untuk menyegarkan pikiranmu yang selalu kotor itu". Menaruh Pudding di meja,
Ludius beranjak dari tempatnya dan menarik tangan Silvia. "Perkataanmu terkadang menyakitkan, Tapi aku menyukai kamu yang seperti ini. Sekarang, temani aku menikmati Dessert buatanmu ini" Ludius menarik Silvia diatas pangkuannya.
"Apa ini tidak berlebihan Tuan, kita sedang berada di asrama. Bagaimana kalau ada orang lain yang melihat, Jadi.. lepaskan aku..!" Silvia mencoba beranjak dari pangkuan Ludius, tapi salah satu tangan Ludius memeluk erat tubuh Silvia sehingga dia tidak bisa bergerak.
"Percuma kamu memberontak sayang, Apa kamu mau orang lain tahu apa yang sedang kita lakukan?. Diam dan nikmati saja Dessert ini".
Silvia menyuapi Ludius dengan raut wajah terpaksa nya, 'Lebih baik aku mengalah dari pada Ludius membahas tentang gaun itu lagi. Dan aku beruntung semua anak asrama sedang berada diluar, Setidaknya tidak ada yang melihat kejadian ini'.
"Senyum dong sayang, jangan cemberut gitu. Apa kamu marah karena aku tidak menyuapimu?" Goda Ludius, Karena Silvia duduk menyamping di pangkuannya, Ludius dapat melihat jelas wajah Silvia yang memerah seperti tomat.
"Tidak usah, aku bisa sendiri..!" Silvia memakan Pudding yang ada di tangan nya dengan perasaan kesal,
"Diam sayang, ada Pudding yang tersisa di bibirmu". Wajah Ludius mendekati bibir Silvia. Hati Silvia mulai berdetak lebih cepat seperti sedang melakukan lari maraton.
Ludius membersihkan Pudding yang ada di bibir Silvia dengan ujung bibirnya.
"Kya…." Tanpa sadar mendorong Ludius. "Dasar mesum, otak udang, b*jingan murahan. Apa yang kamu lakukan terhadapku?" Spontan Silvia berbicara keras. Dengan cepat Ludius mendekatkan wajahnya dan membungkam mulut Silvia dengan tangannya membuat Silvia susah berbicara.
"App.. pa yang kamu lakukan?" terdengar lirih.
"Diamlah Sayang, Hal sekecil ini saja kamu sudah berteriak. Apalagi kalau aku sampai benar-benar menciummu?" Bisik Ludius di telinga Silvia. Wajah Silvia makin memerah, Ludius melepas tangannya sesaat setelah Silvia terdiam.
"Kamu sengaja yah melakukan ini. Dan Kamu anggap ini Hal biasa? Jangan samakan aku dengan para wanitamu yang rela memberikan tubuh mereka untukmu. Aku seujung rambut pun tidak akan rela kamu lihat, Tapi kamu malah dengan sengaja melakukan ini. Sekarang habiskan saja Pudding mu, Aku sudah kenyang..!" Silvia masuk kedalam kamar
Braaak…
Silvia menutup pintu dengan keras, tanpa memperdulikan Ludius yang masih di ruang Tamu.
Di ruang tamu, Ludius masih terdiam dengan kata-kata yang Silvia ucapkan. Dia tidak menyangka hal yang menurutnya sederhana dan wajar membuat Silvia begitu marah padanya.
'Apa aku sudah melakukan kesalahan besar? Aku hanya sedikit menyentuh bibirnya dan menurutku itu hal yang wajar. Tapi mengapa dia begitu marah padaku?'.
Karena hari menjelang siang, banyak dari para wanita yang menghuni tempat itu mulai kembali ke asrama. Mereka dikejutkan dengan adanya seorang Pria tampan yang tengah duduk sendiri di ruang tamu tanpa ada yang menemani.
"Tuan tampan.. ngapain kamu sendiri disini, apa kamu sedang menunggu seseorang?" Salah seorang wanita datang dengan pakaian Dress mini yang begitu ketat mendekati Ludius dan merayu nya dengan membelai wajahnya. Ludius yang sedari tadi diam beranjak dari tempatnya.
"Nona.. apa kamu sebegitu inginnya aku dekati hingga kamu merayuku dengan cara seperti ini? Tapi.. wanita sepertimu bukanlah selera ku". Ludius berbicara dengan tatapan merendahkan. Dia berjalan keluar menuju mobikdengan sikap dinginnya, membuat para wanita lain merendahkan wanita yang tengah merayu nya.
____________
Dikamar Silvia duduk termenung mengingat kejadian yang barusan terjadi, jantungnya masih berdetak kencang membuat perasaannya menjadi gelisah.
"Apa sih yang sedang ku fikirkan? Silvia...." Menepuk pipinya. "Sadarlah.. anggap saja itu kecelakaan kecil atau mimpi buruk di siang bolong". Silvia meyakinkan dirinya sendiri kalau itu hanya sebuah kecelakaan, dan angin lalu.
"Sekarang aku harus fokus untuk menyelesaikan tugas ku sebelum sore tiba. Aku harus tampil baik di acara nanti, karena ini juga menyangkut reputasi dari Hanson. Tapi tetap saja, aku masih merasa tidak tenang dengan acara nanti malam". Silvia mengerjakan semua tugas-tugas nya sebelum sore tiba.
Drrrt… Drrrt…
Suara getar dari ponsel, terlihat ada pesan masuk dari Ling Ling.
📩 Silvia, aku ada acara jalan dengan Kak Bryan, jadi Maafkan aku yah.. kayaknya aku bakal pulang mala dan nggak bisa menyiapkan makan malam untuk semuanya. Jadi aku mohon.. kamu gantikan aku untuk membuat makan malam untuk mereka yah..
📩 Ok.. Ok.. semoga Dinner kalian berjalan lancar, aku doakan semoga kalian beneran jadian. Biar kamu nggak ngejomblo mulu, hihihi…
Silvia membalas pesan Ling Ling dan menyelesaikan tugasnya, hingga menyiapkan makan malam.
****
Malam telah tiba, Silvia mulai bersiap-siap untuk mengenakan Dress panjang dengan warna Biru Laut, dipadukan dengan Make up yang sederhana dan juga simpel membuat Silvia tampak begitu anggun. Waktu menunjukkan pukul 07.40 malam.
Silvia berjalan keluar kamar, semua penghuni asrama dikejutkan dengan penampilan Silvia yang begitu anggun. Salah seorang wanita menghadang jalannya Silvia, Dia berkacak pinggang dengan memasang wajah tidak sukanya pada Silvia.
"Heh gadis aneh, ngapain kamu berpenampilan seperti itu? apa kamu fikir dengan tampil sok cantik, akan ada orang yang melirikmu? nggak usah sok cantik jadi orang..! Didepan seperti ini, nggak tahu entar di belakang seperti apa". wanita itu terus menghadang.
Tint.. Tint..
Terdengar suara klakson mobil. Silvia tidak menghiraukan wanita yang mengumpat nya dan berjalan menuju pintu keluar. Silvia membukakan pintu, dan Telihat Hanson sudah menunggunya di ambang pintu.
"Nona Silvia, Malam ini kamu begitu cantik… Apa kamu sudah siap? Mari ikut saya" Hanson mengulurkan tangannya dengan senyuman yang membuat para penghuni Asrama merasa iri pada Silvia.
"Terima kasih atas pujian nya Tuan" Silvia membalas senyuman Hanson dan menerima uluran tangan nya.