Mobil melaju kencang di tengah gemerlap nya malam. Mobil yang di desain tanpa atap itu membuat angin terasa lebih kencang dari biasanya, menyibakkan rambut panjang yang dibiarkan tergerai. Wajah Silvia yang cantik, sesekali tertimpa terangnya cahaya malam. Ludius yang tidak sengaja melihat ke arahnya sesaat merasa terpana dengan bias wajah cantik Silvia.
"Aku baru menyadari, gadis yang sulit aku taklukkan ini ternyata sangat cantik. Sejak kapan kamu jadi secantik ini?". Gumam Ludius.
Bukan hal baru lagi jika harus berdebat dengan Ludius, Silvia yang menyadari kemarahan Ludius hanya bisa menghela nafas dan bersabar. Pria dengan tempramental buruk seperti Ludius membuat Silvia harus ekstra sabar menghadapinya.
"Hidup memang penuh cobaan, sabar.. Kalaupun pada akhirnya dia marah cukup didengarkan saja". Gumam Silvia pada dirinya sendiri.
Perjalanan terasa cukup lama, tanpa di duga Ludius hanya terdiam. Dalam perjalanan tidak ada sepatah katapun keluar dari mulut mereka, Hanya ada saling lirik dan berbicara dalam hati.
***
Sesampainya di depan Kediaman Ludius, Dia turun dan menggendong Silvia masuk kedalam tanpa sepatah katapun.
'Eh... Dia beneran tidak mengomel? Tidak biasanya Ludius bersikap manis seperti ini?'. Biasanya aku harud mendengar ceramah ampasnya duku baru bisa tidur nyenyak. Tidak disangka si Tuan sadis ini bisa diam juga'.
"Sayang.. Kamu ngapain bawa pulang gadis aneh sepertinya?, Dan kamu menggendong dia Bak seorang Putri di depan ku..! Apa kamu kekurangan wanita cantik?" Dari dalam Xiang Zhu muncul dengan mulut pedasnya itu.
Tuh kan… baru di omongin, Tumben si sadis kagak ngomel. Eh… nih si nenek Lampir malah disini. Pasti bakal ribut nih!!
Sabar... Legowo.. Jangan ambil hati, cukup dengarkan kalau ribut. Bukankah seharusnya seperti itu?.
"Xiang Zhu, ngapain kamu ada disini? Bukankah aku sudah pernah bilang, Kalau aku tidak suka kau berada disini? Sebelum kesabaran ku habis. Cepat keluar dari sini..!" Usir Ludius dengan nada yang cukup tinggi, membuat orang lain seketika diam. Ludius tidak menghiraukan Xiang Zhu dan menuju kamar agar Silvia bisa beristirahat.
Ludius membawa Silvia ke kamar tidur dan membaringkannya di atas ranjang. "Gadis kecil istirahatlah, aku akan menyelesaikan wanita licik itu terlebih dahulu. Jadi kamu tidurlah dengan nyenyak" Kecupan hangat melesat di kening Silvia.
'Arrggh.. Kenapa lagi nih orang, main cium sembarangan. Apakah seperti ini cara orang kaya memperlakukan wanita. Issh..'. cibir Silvia dalam hati. Dia terlalu malas untuk mengatakan semua yang ada dalam hatinya . Silvia pura-pura tidak melihat dan memejamkan mata.
Ludius keluar dari kamar untuk melihat apakah Xiang Zhu sudah pergi atau belum. "Kau masih belum pergi..! Jangan menguji kesabaran ku Xiang Zhu..!" Ludius menarik paksa Xiang Zhu dan melemparnya keluar.
"Aku adalah calon Tunanganmu Ludius. Setidaknya bersikaplah lebih lembut terhadapku..!"
"Apa kau bilang..! kamu ingin aku memperlakukanmu dengan lembut. Apa aku tidak salah dengar..? Bibi Yun, kemari lah… " Panggil Ludius.
Dengan segera Bibi Yun datang, "Ada apa Tuan Lu memanggil saya?" Tanya Bibi Yun, sesekali dia melihat wajah Xiang Zhu yang sedang dipenuhi emosi,
"Bibi Yun tunjukkan hasil penyelidikan mu pada wanita yang mengaku calon tunangan ku..!! Aku ingin melihat Bagaimana dia menjelaskan ini..!"
Bibi Yun datang membawa laptop dan menunjukkan sebuah vidio tentang Xiang Zhu. Didalam vidio itu terlihat Xiang Zhu sedang kencan bersama seseorang di sebuah Mall .
Xiang Zhu yang melihat itu mulai berkeringat dingin, dia tidak percaya telah tertangkap basah sedang jalan bersama seseorang. Xiang Zhu hanya bisa terdiam memendam amarahnya pada sikap Ludius yang begitu cepat menangkap basah dirinya.
"Jelaskan kepadaku sekarang juga, Siapa pria yang sedang bersamamu?".
"Ludius, apa kamu sengaja membuntuti ku agar bisa menemukan cara untuk menyingkirkan ku? Dia hanya teman, Aku hanya pergi berbelanja dengannya., itu saja.." Xiang Zhu berkilah membuat alasan yang sebetulnya tidak masuk akal.
"Oh.. Kau masih bisa beralasan, Baik..! Kamu tahu sendiri kan, Aku bukan tipe orang yang suka di bohongi!". Memandang ke arah Bibi Yun. "Bibi Yun, Cepat Bawa dia kemari..!" Perintah Ludius tegas. Dua pengawal Ludius datang membawa seseorang di tangan mereka.
"Tuan Lu.. ampuni saya.. Saya tidak bermaksud untuk merebut calon Tunangan Tuan." Seseorang memohon kepada Ludius dengan keadaan tubuh yang sudah babak belur. Xiang Zhu yang melihat tercengang kaget,
"Bukankah kau mengenalnya, dia Bai Lao... Kau tidak mau membuka mulut, tapi kekasihmu iniakan segera mengakui semuanya!".
"Ludius itu tidak sepertimu yang kamu kira!!". Memandang ke arah Bai Lao dengan tatapan mengancam. "Bai Lao, Katakan kalau tidak terjadi apa-apa pada kita". Ludius mendekati Bai Lao, dia memandang penuh ketegasan.
"Tuan Bai Lao.. Aku akan melepaskanmu jika kamu mau berkata jujur padaku tentang apa yang kalian lakukan di belakang ku. Tenang, aku tidak akan menyakitimu".
"Tuan Lu, sebenarnya Xiang Zhu sendiri yang datang kepada ku. Dia juga menjebak ku dengan memberiku obat perangsang dan menjadikan itu untuk mengancam ku" Bai Lao menjelaskan dengan tubuh gemetar,
"Kau dengar sendiri bukan, Kau bermain-main di belakangku, dan berani membohongi ku. Maka kau pantas mendapat hukuman. Cepat bawa wanita jal*ng ini ke ruang bawah tanah. Kurung dia dan beri penjagaan yang ketat, Jangan sampai dia lolos..! . Bibi Yun, sisanya kuserahkan padamu".
Ludius kembali kedalam untuk melihat apakah Silvia mendengar semua ini atau tidak. Ludius membuka pintu kamar dan mendapati Silvia dalam keadaan tertidur.
"Syukurlah kamu tidak mendengar atau melihat semua ini gadis kecil. Aku hanya tidak ingin kamu melihat hal yang seharusnya tidak kamu lihat. Cukup kamu anggap aku monster dan tidak perlu mengetahui tentang kehidupan ku".. Kata Ludius lirih, ia membelai wajah lembut Silvia.
Munafik.. Menyembunyikan semuanya sendiri.. Itukah dirimu yang sebenarnya?
Menelan luka di balik sikap dinginmu padaku, apakah itu menyenangkan?
Kau anggap aku apa? Wanita simpanan, wanita tahanan, hingga harus terus menerus menyembunyikan dukamu dariku?
Silvia hanya bisa berkata dalam hati, mempertanyakan semua sikap Ludius yang terus menunjukkan sisi lain dirinya di belakang Silvia.