Silvia menundukkan pandangannya, wajahnya berubah muram, tanpa terasa bulir air mata menetes begitu saja dari pelupuk matanya, demi menghindari Ludius agar tidak mengetahui keadaannya, dia memilih terdiam tanpa mengatakan apapun.
Ludius yang menyadari akan keresahan yang Silvia rasakan akibat perkataannya membuatnya merasa bersalah. Ludius membalikkan tubuh Silvia kearahnya dan melihat Silvia menetekan air mata.
"Lagi-lagi aku membuatmu mengeluarkan air matamu yang begitu berharga". Ludius menyeka air mata Silvia dengan ujung jemarinya. "Sayang.. Maafkan aku, Tidak seharusnya aku mengatakan itu. Aku tahu ini semua salahku hingga membuatmu menjadi seperti ini. Luka yang membekas di rahimmu sampai kapanpun aku tidak akan pernah bisa menghilangkannya karena itu semua adalah hasil dari perbuatanku". Perkataan Ludius terdengar parau. Dia merasa menjadi suami yang tidak bertanggung jawab karena telah mengungkit rasa sakit yang selalu Silvia pendam selama ini.