❇❇❇
Anggota Sword of Darkness menoleh ke arah Ninya. Mengerti maksudnya, dia mengeluarkan ekspresi seorang guru dan mulai menjelaskan:
"Kita sepertinya akan bertemu dengan goblin dan serigala mereka. Sedang monster lain, tidak ada catatan dari musuh yang kuat yang muncul di daerah itu. Monster yang paling berbahaya di dataran itu mungkin ogre."
"Kita tidak akan masuk ke hutan?"
"Ya, karena hutan sangat berbahaya. Lintah loncat dan serangga loncant masih bisa diatasi. Tapi laba-laba eksekutor yang menembakkan jaring-jaring dari atas pohon dan ular hutan yang menyerang dari bawah dengan mulut menganga sulit diatasi."
Jadi itu alasannya.
Ainz mengangguk paham. Mereka sedang berburu monster yang berkeliaran dari hutan menuju dataran.
"Itulah rencananya Momon-san. Bagaimana menurutmu? Maukah kau membantu kami?"
"..Ya, tolong bantuannya ya.. tapi sebelum itu, bisakah aku tahu berapa imbalannya?"
"Ah, benar juga, imbalan juga penting. Pada prinsipnya, tim Momon-san akan kooperatif dengan tim kami, jadi kami akan membagi hasilnya menjadi separuh."
"Memperhitungkan jumlah anggota, pembagian ini kelihatannya adil."
"Tapi tim Momon-san akan mengatasi separuh monster yang kita hadapi. kami hanya bisa menggunakan mantra hingga peringkat 2. Mengambil perhitungan ini, itu adalah pembagian yang adil."
Ainz berpura-pura mempertimbangkannya untuk sesaat sebelum mengangguk setuju:
"Pembagian ini boleh, ayo kita bertempur bersama. Karena kita akan bekerja bahu membahu, aku akan membiarkan kalian melihat wajahku."
Ainz melepas penutup kepalanya setelah selesai, keempatnya terkejut dengan tampangnya.
"Rambut hitam dan mata seperti Nabel-san, anda sepertinya tidak dari sekitar sini. Aku dengar orang-orang seperti Momon-san umumnya di selatan, apakah anda berasal dari sana?"
"ya, kami datang dari tanah yang jauh."
"Dia lebih tua dari yang kuduga, cukup tua untuk disebut 'paman'."
"Itu tidak sopan, seorang warrior yang setara dengan magician tingkat 3 seperti Nabel seharusnya umurnya sekitar itu."
"Nabel-san hebat."
Bukan hanya Ainz yang memiliki pendengaran yang bagus sehingga bisa mendengarkan peter, dia juga mampu mendengar semua yang dibisikkan oleh tiga orang itu.
Ainz merasa tidak nyaman dipanggil dengan pria tua, tapi itu biasa di mata pemuda-pemuda ini. Jika enam belas itu cukup disebut sebagai orang dewasa, maka Ainz memang seorang paman.
"Sekarang kalian sudah melihat kami seperti apa, aku akan melanjutkan menutupi wajahku. Mungkin kita akan mengalami masalah yang tidak perlu jika ada yang tahu aku orang asing."
Ainz mengatakannya sambil meletakkan helmnya kembali.
Senyum yang ceria muncul di bawah helm. Agar aman, Ainz merapal mantra ilusi sebelumnya meskipun itu adalah mantra tingkat rendah yang bisa dihancurkan oleh kontak fisik apapun.
"Karena kita akan berburu sama-sama, sebaiknya kita luruskan berbagai macam isu. Apakah kamu punya pertanyaan untuk kami?"
"Aku!"
Mendengar pertanyaan Ainz, Lukeluther langsung mengangkat tangan kuat-kuat:
Setelah yakin tidak ada yang bertanya, Lukeluther bertanya kepada Narberal dalam suara yang jelas:
"Tolong katakan padaku kalian mempunyai hubungan apa!"
Tempat itu jadi terdiam.
Ainz tidak tahu maksud dibalik pertanyaan ini, sementara tim Peter tahu apa sebenarnya yang diincar oleh Lukeluther.
"..Kami adalah teman seperjalanan."
Setelah Ainz menjawab, pertanyaan Lukeluther selanjutnya membuat kegaduhan.
"Aku jatuh cinta padamu! Ini adalah cinta pada pandangan pertama! Maukah kamu pergi kencan denganku!"
Semuanya melihat ke arah Lukeluther, mengetahui dia tidak mencoba untuk memperdalam hubungan mereka dengan candaan. Ainz menatap kepada Narberal, yang sekarang menjadi fokus perhatian, sambil menghirup nafas dalam-dalam dan berkata:
"Diamlah kau, makhluk rendahan(siput). Tahu diri dimana tempatmu, ataukah kamu ingin aku merobek lidahmu saat kamu membuka mulut selanjutnya?"
Keheningan menjadi semakin dalam.
"Ah, tidak.."
Ainz ingin memperlembut moodnya, tapi Lukeluther bicara terlebih dahulu:
"Terima kasih atas penolakanmu yang tegas! Mari kita mulai sebagai seorang teman!"
"Mati saja, makhluk rendahan. Bagaimana bisa aku berteman denganmu (cacing)? Apakah kamu ingin aku menyendok matamu?"
Saat yang lainnya berpaling dari pasangan yang sedang bertengkar, Peter dan Ainz membungkuk satu sama lain dan meminta maaf.
"..Temanku membuat masalah untukmu."
"Tidak, seharusnya aku yang meminta maaf."
"Mari kita anggap tidak ada masalah lagi, apakah itu boleh?"
Peter berkata sambil melihat semuanya, mengacuhkan Lukeluther yang ceria dan Narberal yang dingin.
"Momon-san, mari kita pergi ketika anda sudah siap. Kami sudah bersiap."
Ketika Momon mendengar kalimat 'bersiap', Ainz tiba-tiba teringat.
Dia telah membeli kebutuhan minimum dari pemilik kedai. Meskipun Ainz dan Narberal tidak ingin membuang tempat dengan makanan dan minuman yang tidak mereka butuhkan, akan mencurigakan jika mereka terlihat tidak pernah makan apapun, oleh karena itu mereka seharusnya mempersiapkannya beberapa.
"Okay, kita bisa segera pergi segera setelah suplai makanan selesai."
"Kamu hanya perlu makanan? Jika kamu tidak punya toko khusus yang ingin kamu kunjungi, apakah kamu ingin beli bekal kering di counter? Mereka akan segera menyiapkannya untukmu."
"Begitukah? Itu tidak apa bagiku, kita bisa menyelesaikan persiapan sekarang."
"Ayo kita pergi."
Semua orang berdiri dan meninggalkan ruangan.
❇❇❇