Chereads / OVERLORD INDONESIA / Chapter 52 - Guild

Chapter 52 - Guild

Keesokan paginya, Ainz, yang menyebut dirinya Momon sekarang, membuka pintu guild.

Setelah masuk ke dalam bangunan, dia melihat counter dimana tiga gadis menerima para petualang dengan senyuman. Ada Warrior-warrior dengan armor full body, orang yang terlihat gesit dengan busur dan yang memakai armor ringan, orang yang berpakaian seperti pendeta dengan aksesoris simbol relijius... dan Magic Caster dengan jubah panjang dan tongkat.

Ada pintu besar di sebelah kiri dan papan pengumuman di kanan. Dia tidak melihatnya kemarin, tetapi ada beberapa perkamen yang menempel disana dan sekelompok petualang yang sedang berbicara di depannya.

Merasa jengkel dengan pemandangan dan perkamennya, Ainz mendekati counter.

Banyak yang melihat kalung medali tembaga di leher Ainz dan dia bisa merasakan mereka sedang melongo menatap seluruh tubuhnya, mirip dengan suasana di kedai kemarin.

Ainz memandang para petualang ini dari sudut matanya. Medali yang ada di leher mereka terbuat dari perak dan emas, tak ada medali tembaga. Merasa sedikit asing, Ainz berjalan ke counter.

Sekelompok petualang baru saja berangkat, meninggalkan salah satu resepsionis wanita menjadi kosong. Setelah sampai kepadanya, Ainz bertanya:

"Maaf, tapi aku sedang mencari sebuah pekerjaan."

"Kalau begitu silahkan pilih salah satu perkamen di sebelah sana dan bawa kemari."

Ainz menganggukkan kepala tanda paham, seolah-olah terasa bahwa kelenjar keringatnya bekerja lagi. Dia menuju ke depan papan pengumuman yang ada perkamennya. Ainz memeriksa mereka semua dan mengangguk dengan kuat.

Yup, aku tidak bisa membacanya.

Salah satu aturan di dunia ini adalah komunikasi verbal akan diterjemahkan, tapi kelihatannya ini tidak berlaku untuk kalimat yang dituliskan.

Terakhir kalinya dia mengunjungi guild, dia ditolong oleh salah satu wanita yang bekerja sebagai resepsionis dan dia dengan naifnya mengira kali ini akan sama. Dia merasa ingin menghela nafas atau berguling di tanah, tapi akhirnya mampu menahan diri. Berterima kasih karena perubahan setelah mendapatkan tubuh ini, Ainz memutar otaknya.

Tingkat rata-rata literasi disini tidaklah tinggi, tapi kelihatannya masih tetap aneh jika ada yang tahu dia tidak bisa membaca, mereka mungkin akan mengejeknya.

Ains telah memberikan peralatan untuk menterjemahkan tulisan kepada Sebas dan tidak mempelajari magic semacam itu sama sekali ketika berada di YGGDRASIL. Dia menggunakan gulungan untuk menggantikan magic yang kelihatannya terlihat tidak berguna.

Tidak membuat persiapan apapun meskipun dia tidak bisa membaca bahasa dunia ini, itu adalah hal yang bodoh, tapi sekarang sudah terlambat untuk itu dan menyesalinya tidak akan banyak membantu.

Narberal juga tidak bisa membaca, jadi tidak ada cara lain.

Meskipun pikirannya dipenuhi dengan pemikiran negatif, sebagai seorang pemimpin tertinggi dari Nazarick dia seharusnya menghindari sikap apapun yang memalukan.

Setelah menguatkan hatinya, Ainz merobek salah satu lembar perkamen dan menuju counter:

"Aku ingin mengambil pekerjaan ini."

Resepsionis itu terlihat bingung dengan perkamen yang diserahkan di depannya dan dia tersenyum canggung:

"Maafkan saya, pekerjaan ini hanya bisa dilakukan oleh petualang dengan peringkat mythrill..."

"Aku tahu, itulah kenapa aku mengambilnya."

Mendengar sikap bicara Ainz yang tenang dan tegas, resepsionis itu terlihat terkejut.

"Uh, itu..."

"Aku ingin mengambil pekerjaan ini."

"Huh? Meskipun anda memintanya, ada syarat dan ketentuannya.."

"Syaratnya itu bodoh. Aku tidak mau mengulangi tugas-tugas yang tak artinya sebelum aku bisa dipromosikan."

"Tapi jika pekerjaannya berakhir gagal, banyak orang akan kehilangan nyawa mereka."

Suara resepsionis yang kukuh didukung oleh sistem evaluasi guild dan oleh tambahan dari usaha gabungan banyak petualang.

"Hmmph."

Setelah mendengar suara Ainz yang sombong, para petualang dan resepsionis berubah menjadi agak tidak bersahabat. Orang baru ini benar-benar menertawakan kepatuhan mereka kepada peraturan. Ainz berpikir bahwa mereka menunjukkan sikap seperti itu adalah biasa.

Tubuh Ainz, menjadi undead seperti itu, tidak mampu merasakan gatal atau sakit, namun sisa-sisa Suzuki Satoru membuat Ainz ingin membungkuk sedalam-dalamnya dan meminta maaf.

Suzuki Satoru benci orang "meskipun tidak memiliki ide sendiri, tetap saja menolak saran dari yang lainnya.", "seseorang yang tidak memiliki nalar yang wajar". Sekarang ini sikap Ainz seperti yang terakhir, dia benar-benar ingin seseorang menghajarnya.

Tapi Ainz tidak bisa mundur dulu. Meskipun berpikir dia seharusnya menjadi lembut, dia masih harus mendapatkan hasil yang menguntungkan bagi dirinya sendiri, jadi Ainz menggunakan jurus andalannya.

"Orang di belakangku ini adalah teman seperjalananku. Dia adalah seorang magician tingkat 3."

Meskipun udara terlihat tegang, semuanya melihat Narberal dengna mata terkejut. Di dunia ini, Magic Caster yang sampai pada tingkat tiga bisa disebut telah mencapai tingkatan master.

Apakah ini benar? Mata setiap orang mengawasi Ainz dan satu set armornya yang mewah, ragu akan kebenaran dibalik kata-katanya.

Perlengkapan petualang dan kemampuannya sangat berhubungan: semakin mumpuni seorang petualang, semakin baik pula perlengkapannya. Dengan teman wanitanya dan satu set armornya yang megah, Ainz kelihatannya sangat meyakinkan.

Mengetahui akan perubahan mereka saat melihatnya, Ainz bersorak dalam hatinya dan memutuskan menyerang selagi besi masih panas.

"Sedangkan aku, aku adalah warrior yang setara dengan kekuatan Nabel. Aku bisa membuktikan bahwa pekerjaan dengan level seperti ini bagi kami sama dengan jalan-jalan di taman."

Dibanding sekarang, keterkejutan resepsionis dan petualang di sekitar semakin sedikit. Ainz merasa mata yang menatapnya berubah.

"Kami tidak menjadi petualang hanya untuk melakukan pekerjaan kecil dan memperoleh beberapa koin tembaga. Aku ingin tantangan dengan tingkatan misi yang lebih tinggi. Jika kamu ingin melihat kemampuan kami, kami bisa menunjukkan padamu. Bisakah kamu membiarkan kami mengambil pekerjaan ini?"

Rasa bermusuhan dari sebelumnya berangsur berkurang, diganti dengan suasana 'dia benar' dan 'oh begitu'. Petualang yang menempatkan tekanan pada kekuatan mengerti kalimat Ainz.

Tapi resepsionis itu berbeda:

"...Maafkan saya, saya tak bisa membiarkan anda melakukan pekerjaan ini karena regulasi yang ada."

Figur dari resepsionis yang membungkuk karena membuat Ainz melakukan pose kemenangan di dalam hatinya.

"Baiklah kalau begitu... aku memang terlalu memaksa, maaf."

Ainz menundukkan kepalanya sedikit dan meminta maaf.

"Tolong bantu mencarikan pekerjaan yang paling sulit dari peringkat tembaga. Apakah ada yang lainnya selain yang ada di papan?"

"Ah, saya mengerti. Ada pekerjaan lain yang tersedia."

Resepsionis tu berdiri dan saat Ainz menangis karena berhasil memenangkannya, suara seorang pria sampai di telinganya:

"Bagaimana kalau membantu pekerjaan kami?"

"Huh?"