"Sepertinya kau tidak cocok berada di MIA 2, kau lebih cocok berada di MIA 1". ucap Adith.
"Aku tidak cukup cerdas dan tidak memiliki Ayah dengan perut yang besar." Balas Alisya dingin.
Di Indonesia, perut besar melambangkan kesejahteraan atau kekayaan.
"Hahahahahha... Kau menggambarkan orang kaya dengan cara yang unik." Adith tertawa lepas dengan besar. "Kau mengingatkanku akan seseorang!" ucapnya sambil menggeser duduknya, mendekati tubuh Alisya.
Melihat gerak tubuh Adith, Alisya dengan refleks memberikan peringatan tegas.
"Sebaiknya kau tidak melakukan hal-hal seperti ini lagi." Ancamnya dengan ujung garpuk sudah berada tepat di leher Adith namun tersembunyi oleh rambutnya dan hanya dapat di lihat oleh Karin yang berada tepat dihadapannya.
"Puufffttt... Kau benar-benar menggoda." ucapnya tertawa dan menjauh.
"Adith, kamu ngapain disini? Apa yang terjadi?" Miya datang bersama siswi elit lainnya, memandang Alisya dengan tatapan permusuhan.
"Bukan apa-apa! Ayo pergi." Adith melangkah pergi sambil tersenyum licik di ikuti Miya dan siswi lainnya, namun mereka tetap memasang jarak yang cukup dengan Adith.
Mereka berjalan beriringan keluar dari kantin, tanpa ada yang berani berjalan lebih dulu di hadapannya. Kejadian saat itu benar-benar menjadi kejadian yang paling menghebohkan, terutama karena kata-kata terakhir yang di lontarkan Adith kepada Alisya, telah menimbulkan berbagai persepsi yang berbeda.
"Kita belum di izinkan berinteraksi dengan para calon partner hingga acara pemilihannya berakhir Adith!" Jelas Miya ragu-ragu di belakang Adith.
"Iya, itu bisa mengurangi poin dan juga calon partner akan di diskualifikasi dari pemilihan." Tambah Dinar.
"Oh Ayolah, aku hanya bosan dengan makanan Rejunk (Kantin yang berada di kompleks). Aku hanya mencium aroma yang harum di kantin mereka. lagi pula aku tidak peduli dengan pengurangan poin itu! dan Lagi..." ia berbalik menoleh kepada para siswi itu. "Aku tidak suka dengan parfum kalian! Mulai besok yang memakai parfum jangan pernah berada di hadapanku!!! " ancamnya dengan tatapan mematikan.
Perkataan Adith langsung membuat takut Miya dan Dinar, begitu pula yang lainnya. Mereka hanya menjawab dengan anggukan kepala yang tertunduk.
*****
Berita mengenai kejadian di kantin segera tersebar dengan cepat mengalahkan Dispacth, yang tidak secara langsung menumbuhkan kebencian kepada Alisya. Bel tanda pulang telah berbunyi namun Alisya masih duduk menghadap jendela.
"Alisya,,, pulang yuk?" Ajak Karin setelah menepuk pudak Alisya yang di jawab anggukan. "Mama pesan hari ini kalau bisa kamu kerumah, kita bisa merayakan hari pertama sekolah setelah sekian lama kamu kembali." Jelasnya sambil berjalan keluar yang di ikuti ratusan tatapan mata siswi yang membicarakan Alisya.
Tidak menunggu jawaban Alisya, ia melanjutkan kembali kalimatnya meski risih dengan tatapan orang-orang.
"Jadi hari ini kamu harus pulang bareng aku!" ucapnya manja sambil melingkarkan tangannya di lengan Alisya.
"Kamu tau kan aku tidak bisa naik mobil? Aku tidak nyaman dengan bisingnya daerah yang harus kamu lewati!" Tegas Alisya lembut kepada Karin.
"Aku harap Ayah segera mendapatkan obat yang baik buat kamu secepatnya!" ia menghela nafas sedih.
"Sampaikan saja salamku kepada Dokter gila dan Ibumu, yang super seksi itu! Aku punya jalan lain untk bisa kesana." terangnya menenangkan Karin.
Klakson mobil berbunyi begitu mereka keluar dari gerbang sekolah. Alisya sudah memakai jaket bertutup kepala dan handphone di kepalanya sewaktu mereka berjalan.
"Hai paman Boy?" Sapa Alisya kepada supir Karin yang di balas bahasa isyarat olehnya.
"Iya saya akan hati-hati." Jawab Alisya sambil tersenyum dan membukakan pintu buat karin lalu menutupnya setelah ia masuk.
"Kamu jangan lupa datang yah... bye bye!" Ia menggerakkan bibirnya dengan lebar yang di balas lambaian oleh Alisya.
Seluruh penghuni sekolah baik dari kalangan atas, elit dan biasa semuanya menggunakan kendaraan pribadi. Baik yang memiliki supir pribadi maupun mereka yang membawa kendaraan sendiri. Dan ya, tentu saja mereka diberi SIM khusus bagi para Elit.
Mobil karin tidak terlalu mewah namun cukup mahal dengan tipe Honda Mobilio seharga 243 juta. itu masih tergolong harga yang wajar bagi seorang anak dengan Ayah seorang dokter ternama dan Ibu pegawai kantor yang super sibuk. Namun keduanya tetap memiliki waktu buat karin. Berbeda dengan yang di alami Alisya.
"SMA CENDEKIA INDONESIA." tatap Alisya pada papan gerbang sekolah. Sekolah bertaraf internasional termahal di Indonesia dengan siswa-siswi elit anak millyader mengisi sekolah. Sedangkan para siswa atau siswi yang mereka sebut biasa adalah anak pegawai negeri sipil atau pengusaha kecil yang bisa di bilang cukup kaya.
"Entah apa yang dipikirkan Ayah Karin, dengan mendaftarkanku di sekolah ini." pikir Alisya menghela nafas sambil melemparkan pandangan pada ratusan mobil yang terparkir menunggu putri dan pangeran pemilikinya.
Tampak jelas perbedaan Mobil Si Elit dan si Biasa. Para Elit kebanyakan terdiri dari merek merek yang sangat mahal dengan tipe Aston Vaquish seharga 3,4 milyar, Bently Varian Gt seharga 8,5 Milyar atau Ferari Berlineta seharga 12.5 Milyar. Sedang bagi mereka yang membawa kendaraan sendiri memakai Aston Martin Vanquish seharga 11,8 Milyar atau Lamborghini LP 720-4 seharga 14 Milyar. Sedangkan untuk 10 kalangan atas adalah deretan mobil termahal dunia.
"Woy..! Ngapain sih kamu disitu, minggir nggak?!" Teriak seseorang yang mengendarai Koesnigsegg CCXR trevita seharga 64 Milyar dengan kasar.
"Ini dia 10 kalangan besar bermulut besar!" ucapnya sambil berbalik pergi setelah memuaskan matanya yang penggila otomotif. Ia tak memperhatikan apa yang di ributkan oleh si bermulut kasar tersebut.
Semua penghuni sekolah keluar dan menghilang satu persatu dengan kendaraannya masing-masing dan hanya Alisya satu-satunya siswi yang berjalan kaki.