Tidak seperti kemarin yang hampir telat, hari ini Alisya berangkat lebih awal bersamaan dengan Satpam yang baru saja membuka gerbang sekolah. Ia sengaja datang lebih awal untuk menghindari kebisingan kendaraan para penghuni sekolah itu.
Dikelas Alisya terduduk menghadap kejendela, dengan Hadset yang terpasang ditelinganya. Hadset itu adalah buatan ayah Karin, khusus untuknya.
"Alisya..." Panggil Rinto setelah memberikan sedikit getaran pada meja Alisya agar Ia menoleh.
Alisya sudah hafal betul siapa orang ini. Dia adalah orang yang pernah di hajarnya habis-habisan, sewaktu ia pertama kali kembali ke Jakarta. Waktu itu ia tidak sengaja menabraknya dan Rinto menjambak rambut Alisya, lalu menyuruhnya untuk berlutut meminta maaf. Namun yang terjadi malah sebaliknya.
Rinto adalah salah seorang yang cukup di takuti bagi orang biasa yang berada di tingkat 1 dan disekolah lainnya. Namun setelah pertengkarannya dengan Alisya, dia kehilangan kepemimpinannya dan menjadi incaran dari pelajar sekolah lain. Akan tetapi Alisya lah yang menyelamatkan Rinto, beserta kawan-kawanya. Itulah yang menyebabkan Alisya tidak bisa menghadiri acara taaruf sekolah lalu. Hal ini yang membuat Rinto sangat menghormati Alisya.
"Aku rasa kamu harus hati-hati. Banyak yang membicarakanmu." Ia mengeluarkan suara seminimal mungkin untuk membuat Alisya, merasa aman melepaskan Hadsetnya dan mencoba mendengarkan Rinto.
"Aku tidak meremehkanmu, tapi kalangan elit akan cukup sulit untuk di tangani, karena mereka memiliki banyak kenalan kelompok gelap yang bisa melakukan apa saja untuk menghancurkanmu. Dengan uang dan kuasa yang mereka miliki, itu bukanlah hal mustahil bagi mereka." Tambahnya lagi lebih pelan dari sebelumnya.
"Benar Alisya, terutama orang kemarin yang meneriakimu!" lanjut Yogi dari belakang dengan suara yang sama pelan. Rinto dan Yogi melihat apa yang terjadi di depan gerbang kemarin sebelum pulang.
"Aku paham. kalian tidak usah takut. Terimakasih sudah mengkhawatirkan aku. Aku bisa mengatasinya. Aku hanya minta kalian melindungi Karin untukku." Tegas Alisya menekankan permintaanya.
"Tentu saja! Aku sudah memberitahu temanku yang berada di MIA 3, untuk melaporkan kegiatan Karin tanpa sepengetahuannya!" Jawab Rinto cepat.
Alisya yang ingin berterimakasih, terputus oleh suara orang-orang segera mendekat sehingga Alisya hanya melemparkan senyum tulus dan memberi tanda untuk mereka pergi, kemudian memasang hadsetnya kembali.
Senyum Alisya yang tulus di bawah sinar yang tembus dari jendela terlihat sangat menawan dan mendebarkan jantung kedua pria itu. Di tambah angin sepoy yang meniup pelan rambutnya yang hitam panjang, menambah kecantikan alami Alisya.
"Sungguh pemandangan yang indah"Batin Rinto sambil berbalik menarik Yogi yang masih terpana.
*****
Saat istrahat, Alisya mengambil kesempatan untuk ke Perpustakaan, bukannya ke Kantin. Dan tentu saja di temani oleh Karin, keduanya sedang mencari referensi untuk tugas Biologi. Akan tetapi, perpustakaan mereka tidak selengkap yang dimiliki oleh para elit. Meskipun begitu, Alisya merasa cukup dengan materi yang di dapatkan karena ia rasa bisa mengembangkannya lebih lanjut.
"Oh iya Sya... Kamu sudah dengar belum kalau minggu depan akan ada projek presentase yang harus di ikuti oleh setiap siswa baik dari kalangan elit maupun kalangan atas?" Tanya Karin ketika membuka tumpukan buku yang ada dihadapan Alisya, sehingga wajahnya bisa terlihat jelas dari seberang.
Alisya hanya melangkah pergi ke rak buku berikutnya yang menandakan ia sudah mendengar akan hal itu.
"Kamu tau nggak kalau projek itu mengharuskan setiap orang untuk memiliki partner! Dan banyak dari kalangan biasa yang ingin berpasangan dengan para elit." Lanjutnya lagi dengan melakukan hal yang sama.
Alisya tidak peduli akan hal itu, karena baginya hanya akan ada Karin. Ia hanya bergeser lagi ke rak buku berikutnya. Andai bukan karena dirinya, Karin tentu saja akan masuk ke kalangan elit. Ia juga menghindarkan Karin, untuk tidak sekelas dengannya agar ia terlindungi. Namun Karin tetap saja bersikeras untuk tetap berada di samping Alisya.
"Jadi kau mau berpasangan dengan siapa? Bukankah kalangan elit akan lebih baik? Kau akan memiliki Poin yang tinggi sehingga tidak di keluarkan dari sekolah. " Tegas Karin lagi setelah mengambil sebuah buku.
Alisya mulai kesal dengan apa yang di lakukan Karin. Seharusnya Karin tidak perlu menanyakan hal itu karena sudah pasti Ia akan memilih dirinya sebagai partnernya. Dengan sabar Ia pindah lebih jauh ke Rak buku yang lainnya.
Setelah beberapa saat, tampak deretan buku itu akan terbuka dari seberang. Alisya menutup mata karena kesal dan menjawabnya dengan tegas.
"Kamu mau ngapain sih sebenarnya? Aku sudah pasti akan memilihmu sebagi partnerku! Jika kau menolak, aku akan memaksamu!" ucapnya sambil berbalik ke arah buku yang lain.
"Oke sudah di tentukan!" Alisya terkejut ketika mendengar suara itu. Ia segera berbalik ke arah suara yang jelas saja, itu bukan suara Karin. Ia sangat kaget saat tahu kalau ternyata itu adalah Adith.
"Itu, bukan dimaksudkan untuk dirimu!" Balas Alisya jutek.
"Kau tidak bisa menarik kembali kata-katamu! Kecuali kau orang yang seperti itu!" ucap Adith dengan nada mengejek.
Alisya adalah orang yang sangat berpegang teguh terhadap apa yang dikatakannya, tapi ia tidak ingin terlibat dengan cowok yang satu ini.
"Terserah padamu tapi kata-kataku tidak ku tujukan padamu." Tegas Alisya sambil berbalik melangkah pergi, namun tertahan begitu mendengar rekaman suaranya sendiri.
"Ini adalah kalimat yang kau ucapkan sendiri! Jadi kau tidak bisa mengindarinya. Ingat aku adalah pasanganmu!!!" Ancam Adith berbalik pergi sambil melambaikan rekamannya ke seluruh ruangan dengan angkuh.
Hasil rekaman itu jelas saja di dengar oleh seluruh siswa atau siswi yang berada di dalam ruangan itu, termasuk Karin yang tertawa cekikikan menahan sakit perutnya melihat tingkah konyol sahabatnya itu.
"Aku harap kali ini pertahananmu akan runtuh!" Ejek Karin sambil menghapus air matanya.
"Kamu sengaja melakukan hal itu?" Tanya Alisya dengan wajah yang merah padam.
"Tidak, awalnya memang aku yang membuka deretan buku itu! Tapi baru saja dia selesai bertanya akan dirimu, kau sudah melabraknya dengan agresif!" Karin tidak sanggup lagi menahan tawanya membuat ia mendapat teguran dari penjaga perpus.
"Sial!!! aku harus menjelaskan padanya. Aku hanya ingin menjadi partnermu!" Kalimat Alisya terdengar lebih tegas dari sebelumnya. Ia pergi meninggalkan Karin yang masih menarik nafas menenangkan diri.