Di dalam perjalanan menuju bandara, Nuansa sarapan, jalanan sudah mulai macet karena ini adalah jam rata-rata orang berangkat bekerja, jadi sepertinya mereka akan sedikit terlambat untuk tiba di bandara.
"Mm, kenapa ibumu dan paman Eugene malah menyuruh kita yang pergi ke Korea?" tanya Nuansa pada Neptunus saat dirinya baru selesai makan.
"Hmm, seperti yang kau ketahui, mereka memang seharusnya akan pergi ke Korea hari ini, tapi segala yang terjadi semalam benar-benar mengacaukan mood ibuku, dia bahkan tidak ingin keluar dari kamarnya dan tidak ingin melakukan apa-apa, jadi Vega dan Eugene menyarankanku untuk pergi bersamamu ke Korea dan menggantikan ibuku dan Eugene sebagai tamu. Menurut Eugene itu juga akan bagus untuk membuat ibuku merasa lebih baik," papar Neptunus.
"Dia sebenarnya tidak ingin melihatmu dalam beberapa hari ini, bukankah begitu?" ucap Nuansa.
"Ya, aku juga berpikir begitu, kurasa Eugene dan Vega juga berpikir begitu, hanya saja mereka tidak berani mengatakannya langsung padaku."
"Sabar, aku paham rasanya, dan kurasa memang itulah jalan yang terbaik, kau memang harus mengalah dan pergi ke Korea."
"Halah, bilang saja kau senang karena kita yang pergi ke Korea, bukan ibuku dan Eugene."
"Kau memang pintar membaca pikiran dan perasaan orang."
Neptunus lalu mendengus. Nuansa kemudian mulai bermake up, ia meraih tas make upnya yang berukuran kecil dan mulai mengeluarkan peralatan make upnya yang sederhana. Pertama ia mengeluarkan bedak bayi, pensil alis, dan terakhir lipstick. Ya, hanya itu make upnya, ia sebenarnya tidak punya alat khusus seperti spons bedak dan sejenisnya.
"Oh iya, bagaimana mobilmu nanti? Kau akan meninggalkannya di bandara?" tanya Nuansa pada Neptunus sembari memakai pensil alis.
"Nanti Finn akan mengambil mobilku dan membawanya pulang ke rumahku," jawab Neptunus.
"Baik sekali dia ya, dan bagaimana dengan kuliahmu?"
"Aku sudah membuat surat izin ketidak hadiran, semuanya sudah beres, kau tenang saja."
"Oh, hehehe."
Neptunus lantas melirik peralatan make up Nuansa.
"Kau memakai bedak bayi?" tanya Neptunus.
"Ya, kenapa?" Nuansa bertanya balik.
"Tidak apa-apa."
"Bedak bayi kan murah, dan lebih bagus kan karena dibuat untuk kulit bayi yang sensitif, jadi wajahku bisa halus karena memakai bedak bayi."
"Iya kah?"
"Tentu saja iya, kau baru tahu ya?"
"Bukan baru tahu, tapi aku tidak percaya dengan teorimu itu."
"Heh! Ini bukan teori yang kubuat-buat!" sewot Nuansa.
"Benarkah?"
"Kau tidak percaya? Sini aku pakaikan bedak bayinya."
Neptunus kemudian memberikan pipinya pada Nuansa, gadis itu lantas memakaikannya beda bayi tersebut.
"Bagaimana rasanya?" tanya Nuansa.
"Biasa saja," jawab Neptunus.
"Ih! Apa untukmu harus dipakaikan dalam jumlah yang banyak ya?"
"Eh! Eh! Tidak usah! Aku tidak mau wajahku jadi seperti bayi," tolak Neptunus.
"Akhirnya kau mengakui kalau bedak ini membuat wajah kita jadi sehalus bayi."
"Bukan begitu-"
"Akui saja, kau hanya gengsi mengakui kemampuan bedak bayi, kan? Itulah kenapa aku lebih memilih bedak bayi dari pada bedak wanita dewasa, selain karena memang harganya jauh lebih murah, hehehe."
"Hm, iya lah, kau memang yang paling mantap."
Nuansa lalu mendengus.
"Dipuji kok malah tidak senang," protes Neptunus. Nuansa lantas hanya diam sembari memakai lipstick, Neptunus pun kemudian hanya bisa menggelengkan kepalanya, tiba-tiba ada sekelompok anak kecil yang menyebrang secara tidak hati-hati dan memaksa Neptunus untuk menginjak rem secara mendadak.
Hal ini pun membuat Nuansa yang sedang memakai lipstick malah jadi mencoret wajahnya sendiri karena lipstick yang sedang dipegangnya meleset ke seluruh wajahnya akibat rem mendadak tersebut.
"Huft. Ih! Dasar anak kecil!" sewot Neptunus usai dirinya melakukan rem mendadak tadi, ia lantas menoleh ke Nuansa dan terkejut melihat wajah kekasih sewaannya itu yang sudah seperti Joker.
"Heh! Apa-apaan kau ini!" seru Neptunus yang sangat terkejut.
"Neptunus!!! Kau menyebalkan!!!!" teriak Nuansa dengan perasaan yang begitu kesal pada Neptunus.
"Kenapa aku yang salah?!" tanya Neptunus.
"Kenapa kau menginjak rem secara mendadak tadi?!"
"Tadi ada sekelompok anak kecil yang menyebrang begitu saja, kalau aku tidak melakukan rem mendadak, semuanya bisa jadi kacau!"
"Tapi kan! Argh!" Nuansa lantas mengambil tisu dan membasahinya dengan air, ia kemudian membersihkan wajahnya yang seperti badut itu dengan tisu basah tersebut, Neptunus yang melihatnya pun hanya bisa terkekeh kecil dan mulai menjalankan mobilnya lagi.
Kelihatan sekali kalau Nuansa merasa sangat kesal sekarang, untung saja lipsticknya sudah ia aplikasikan dengan benar di bibirnya, jadi ia tidak perlu lagi mewarnai ulang bibirnya.
Gadis itu lantas mencolek ujung lipsticknya, dan membuat jari telunjuknya berwarna merah, ia lalu mengusap jari telunjuknya itu ke kedua pipinya.
"Hei, itu hanya digunakan di bibir, sejak kapan bisa digunakan di pipi juga?" ujar Neptunus.
"Diam kau!" sewot Nuansa, Neptunus lantas terdiam dan hanya bisa terheran-heran, terlebih lagi setelah itu Nuansa memakai lipsticknya di kelopak matanya sebagai eyeshadow.
Keanehan tidak berhenti sampai disitu, Nuansa lalu memakai bedaknya dan mengulangi memakai lipstick di kedua pipinya. Ia juga memakai pensil alisnya di ujung mata, bawah mata, dan di atas bulu mata.
"Ini namanya pengiritan, aku harus memutar otak agar aku tetap bisa bermake up dengan uang pas-pasan. Lipstick dan pensil alisku kubuat untuk 3 in 1, paham?" kata Nuansa.
Neptunus lantas hanya diam seraya menggeleng-gelengkan kepalanya. 'Ada-ada saja,' batinnya.
Nuansa akhirnya selesai bermake up dengan make up 3 in 1 nya itu, ia lantas menyisir rambutnya dan berkaca. Gadis itu terlihat cantik dengan make upnya yang sederhana itu. Make upnya memang seadanya, namun Nuansa berhasil menjadikan bedak bayi, pensil alis, dan lipstick menjadi make up yang sempurna.
Neptunus kemudian memandanginya dan terlihat takjub.
"Apa lihat lihat?!" ucap Nuansa.
"Kau ..."
"Apa?!"
"Kau terlihat cantik."
Nuansa lantas tersipu malu mendengar pujian itu. "Terima kasih."
"Aku tidak pernah menduga kalau tiga make up dasar itu bisa menjadi semua jenis make up dan menciptakan tampilan yang seperti ini, kau luar biasa, mungkin kau bisa menjadi beauty vlogger."
"Ah, kau ini bisa saja."
Neptunus lalu tersenyum dan tak berhenti memandangi Nuansa, Nuansa pun terus tersipu malu karena tatapan Neptunus itu. Karena tak melepaskan pandangannya dari Nuansa, Neptunus hampir menabrak sekelompok anak-anak lagi, tapi untung saja ia menginjak remnya tepat waktu.
"Ish! Kau ini! Fokus kalau menyetir!" ucap Nuansa.
"Ehehehe, maaf, maaf, habisnya kau benar-benar terlihat sangat cantik, aku ... engh, maaf," kata Neptunus, keduanya jadi salah tingkah sekarang.
Nuansa pun memutuskan untuk memalingkan wajahnya agar ia dan Neptunus tidak salah tingkah lagi, sebab ia pun mendadak jadi salah tingkah jika melihat wajah Neptunus.