Chereads / Memiliki Hatimu: Pilihan yang Berbahaya / Chapter 48 - PERGI KE KOREA, BAGIAN 3: Taehyung

Chapter 48 - PERGI KE KOREA, BAGIAN 3: Taehyung

Selang beberapa puluh menit kemudian, Neptunus dan Nuansa akhirnya sudah berada di dalam pesawat yang siap untuk lepas landas itu. Nuansa sudah memakai jaket Vega ketika masuk ke dalam pesawat kelas bisnis itu, jadi ia tidak terlalu kedinginan, walaupun masih tetap kedingininan juga.

Gadis itu mengikuti Neptunus yang berjalan di depannya, dan akhirnya sampailah mereka di kursi masing-masing. Kursi keduanya juga bisa dijadikan tempat tidur yang cukup besar dan nyaman, wajar saja, mereka terbang di kelas bisnis.

Neptunus dan Nuansa kemudian duduk di kursi masing-masing.

"Ah, ini benar-benar nyaman, kalau begini, aku jadi ingin naik pesawat setiap hari," ucap Nuansa yang sangat menikmati kursi di kelas bisnis tersebut.

"Tidak semua pesawat punya kursi seperti ini, hanya di kelas bisnis saja," ujar Neptunus.

"Oh, astaga, hahaha, kupikir kursi semua pesawat seperti ini, ini bisa jadi tempat tidur juga, kan?"

"Tentu saja," kata Neptunus sembari duduk di kursinya yang berada di sebelah jendela, sementara Nuansa duduk di sebelah pembatas yang menjadi pembatas kursi mereka dengan jalan, jadi mereka tidak akan terganggu jika ingin tidur karena ada pembatas tersebut.

Nuansa nampak kegirangan dengan kursi di pesawat ini, wajar saja, ini kali pertama ia menaiki pesawat, dan di kali pertamanya ia naik pesawat ini, ia langsung merasakan yang kelas bisnis, jadi tentu saja ia sedikit heboh.

Gadis tersebut lantas melihat keluar dari pembatasnya, ia melihat seorang Pramugari sangat mengawal seorang anak kecil yang duduk sendirian tanpa ditemani orangtuanya.

Anak laki-laki itu tampak rewel karena tak mau duduk di sebelah pria asing yang wajahnya terlihat sangar, namun sepertinya orang baik-baik, sebab pria itu pun berusaha dengan keras agar anak tersebut tidak rewel.

Melihat hal itu, Nuansa pun lalu bangkit dan menghampiri mereka.

"Ada apa ini?" tanya Nuansa pada sang Pramugari.

"Engh? Anak ini ... dia harus terbang sendirian ke Korea tanpa orangtuanya karena orangtuanya sudah pergi lebih dulu dengan pesawat lain, anak ini tertinggal, dan akhirnya pamannya membelikannya tiket baru, dia mau-mau saja pergi sendirian ke Korea dan menyusul orangtuanya, tapi begitu melihat teman sebangkunya, dia malah rewel," papar Pramugari itu.

"Bagaimana bisa orangtuanya meninggalkan dia?"

"Bukan sengaja ditinggalkan, dia tertinggal karena ketiduran di bandara, dan orangtuanya tidak menyadari bahwa anak mereka tidak bersama mereka, petugas di bandara pun mengamankan anak ini karena dia terlihat ketakutan dan kebingungan, akhirnya pihak keluarganya bisa dihubungi, pamannya datang dan memesankannya tiket baru, dia awalnya senang karena akan pergi sendirian seperti orang dewasa, tapi ..." Pramugari itu dan Nuansa lantas melihat ke pria yang duduk di sebelah anak laki-laki yang kira-kira berusia 7 tahun itu.

"Kenapa kau tidak ingin duduk bersamanya?" tanya Nuansa pada anak tersebut.

"Huh?" ujar anak itu.

"Bahasa Indonesianya agak susah, dia lebih mengerti bahasa Inggris dan bahasa Korea," ucap Pramugari itu pada Nuansa.

Nuansa lalu tampak berpikir. "Why ... Why you ... You tidak mau duduk with him?" tanya Nuansa pada anak itu.

"His face, he ... i don't know, dia mengerikan," jawab anak tersebut.

Nuansa kemudian menarik napas panjang dan tampak berpikir untuk mencari solusinya.

"Pesawat ini tidak akan lepas landas kalau ada penumpang yang tidak duduk tenang," kata Pramugari tersebut pada Nuansa.

Nuansa lalu melihat ke Neptunus yang sedang membaca majalah, dan tentunya bukan majalah pria dewasa, ini pesawat, pria itu tidak akan melakukan hal itu di tempat umum seperti ini.

Nuansa pun lalu menghampiri Neptunus. "Hei," panggilnya, tapi Neptunus sedang menggunakan earphone, jadi ia tidak bisa mendengar Nuansa, apa lagi volume earphonenya cukup keras.

"Hei!" panggil Nuansa sekali lagi, kali ini ia menggoncang tubuh Neptunus.

"Cih! Apa?!" tanya Neptunus yang merasa kesal karena aktivitasnya membaca majalah terganggu.

"Keluar kau," suruh Nuansa.

"Buat apa? Jika kau ingin ke toilet, tanyakan pada Pramugarinya, mumpung belum lepas landas."

"Bukan, ini tentang anak kecil."

"Apa?"

"Keluar dulu kau."

"Demi Tuhan, Nuansa, untuk apa?"

"Keluar saja dulu! Jangan bandal! Kau sudah dewasa!" Nuansa lantas menarik tangan Neptunus.

"Ish!" gerutu Neptunus, ia hanya bisa menggerutu kesal, namun tetap mengikuti Nuansa.

Neptunus dan Nuansa pun menghampiri anak itu.

"Kau duduk di sini, biar anak ini duduk bersamaku," kata Nuansa pada Neptunus.

"Huh?" Neptunus tentu saja terkejut mendengar hal itu, ia tidak tahu masalah dan tiba-tiba disuruh duduk di sebelah pria yang tidak dikenalnya, yang mana itu juga bukan kursinya.

"Kursiku di sana, bukan di sini," sambung Neptunus.

"Huft ... mengertilah!" bentak Nuansa, bentakannya ini membuat semua orang menoleh padanya.

"Ya ... mengerti apa? Aku tidak tahu apa-apa, kenapa kau menyuruhku duduk di sebelahnya ..." Neptunus berhenti berbicara saat melihat wajah sangar pria tersebut.

"Karena anak ini tidak mau duduk di sebelah pria ini, dan pesawat ini tidak akan terbang jika dia begini."

"Ya ... itu bukan urusanku."

"Ih! Kau ini!" Nuansa kemudian menjelaskan semuanya secara rinci pada Neptunus, dari A sampai Z dengan lengkap.

Setelah mendengar penjelasan Nuansa tentang anak ini, Neptunus pun lantas tampak berpikir dan mempertimbangkan keputusannya, ia bahkan mengamati wajah anak tersebut untuk memastikan apakah anak itu benar-benar takut hanya memainkan mereka, wajar saja, beberapa anak memang memiliki tingkat kebandalan diatas rata-rata, tak jarang anak-anak mau merepotkan orang dewasa yang tidak dikenalnya dengan kebandalannya.

Neptunus semakin mengamati wajah anak itu karena Nuansa mengatakan kalau ia senang karena bisa pergi sendirian seperti orang dewasa, pria itu jadi berpikir kalau anak itu sengaja memisahkan dirinya dari orangtuanya agar bisa pergi sendirian, jadi ia pun semakin mencurigai kebandalan anak ini.

"How old are you?" tanya Neptunus pada anak itu.

"I'm seven," jawab anak tersebut.

"Seven?"

"Yeah."

Neptunus lalu kembali mengamati wajahnya. 'Tujuh tahun, ya? Dia pasti sudah bisa berpikir, dia sudah tahu cara mengelabui orang dewasa demi kesenangannya, anak ini ... Grh!' batin Neptunus.

"Baiklah, aku akan duduk di sini," ucap pria itu akhirnya.

"Benarkah?" tanya Nuansa dengan wajah gembira.

"Iya!"

"Hehe."

"How about me? Kau mau duduk bersamaku, kan?" tanya Nuansa pada anak tersebut.

"Yeah!" jawab anak itu. "Jadi ... aku ... duduk di kursi pacarmu?" tanyanya, dengan bahasa Indonesia yang memang agak susah digunakannya.

"Ya, dan pacarku akan duduk bersamanya," jawab Nuansa.

"Ok!" Anak itu pun lantas langsung mengemas barangnya dan memindahkannya ke kursi Neptunus, begitu pula sebaliknya. Neptunus dengan terpaksa akhirnya mengalah, ia akan duduk bersama pria berwajah sangar itu sampai pendaratan nanti, mungkin mereka akan transit dulu nanti.

Anak itu terlihat sangat senang duduk di sebelah Nuansa. Nuansa pun tersenyum melihatnya.

"What's your name?" tanya Nuansa padanya.

"Me?" Anak itu bertanya balik.

"Yes, siapa lagi jadinya?"

"I'm Taehyung, nice to meet you."

"Taehyung?"

"Yeah."

"Your name is familiar to me."

"Really?"

"Yeah, aku seperti pernah mendengar namamu, tapi di mana ya ..."

"Oh, anggota boyband itu?"

"Ah! Iya! Kau memang anak yang pintar!"

"Hehehe."

Nuansa dan Taehyung lantas mengobrol tentang banyak hal sebelum pesawatnya lepas landas, dan hal itu berbanding terbalik dengan Neptunus yang tampak kesal duduk di sebelah pria berwajah sangar ini.

'Sial,' batin Neptunus.