Neptunus dan Nuansa masih dalam posisi yang sama. Kali ini sama seperti yang sebelumnya, keduanya menikmati momen seperti ini. Namun, bau pesing dari air seni Nuansa membuat Neptunus tersadar dari lamunannya dan malah melepaskan Nuansa, lalu membiarkannya terjatuh.
"Astaga! Kau menjijikkan!" ucap Neptunus.
"Aw!" Nuansa mengaduh karena terjatuh, ia berenang di air seninya sendiri sekarang, dengan kata lain, tubuhnya basah dengan cairan berbau pesing tersebut.
"Ew." Neptunus bergidik jijik.
"Hei! Kenapa kau melepaskan aku?! Bantu aku berdiri!"
"Iii, jijik. Sudah mengompol, malah berenang di air kencingnya sendiri lagi, huek."
"Hei!" Nuansa akhirnya bangkit sendiri.
"Kau! Apa masalahmu?!" bentak Nuansa, suaranya bahkan di dengar oleh satu rumah dan memancing perhatian Bulan, walau hanya sesaat.
"Kau mengacaukan semuanya!" Neptunus membentak Nuansa balik.
"Apa yang rupanya kuperbuat?!"
"Pertama, di rumah ini siapapun dilarang untuk membicarakan tentang hubunganku dengan Eugene. Dan yang kedua, keluargaku mengetahui aku sebagai anak yang tidak banyak tingkah, mereka memang tahu kalau aku ini playboy, tapi mereka tidak tahu dengan sifat jorokku," jelas Neptunus dengan suara pelan.
"Sadar juga kau kalau sifatmu tidak ada bagus-bagusnya."
"Hei!"
"Kau mengakuinya, dan itu memang terjadi."
"Terserah kau saja. Bersihkan dirimu, kau terlihat seperti anak bayi yang tidak tahu cara kencing yang benar."
"Hei! Ini juga karena kau menahan-nahanku!"
"Kalau kau berpikir dulu sebelum berbicara dengan ibuku tadi, aku tidak akan menahanmu!"
"Hei, aku tidak tahu bagaimana hubunganmu dengan paman Eugene! Jadi kupikir itu tidak masalah."
"Aku akan menceritakannya nanti padamu, mandilah dulu, aku akan pergi kuliah, setelah itu kita akan membeli gaun yang bagus untukmu."
"Gaun?"
"Kau lupa? Hari ini ada temanku yang berulang tahun."
"Ok, baiklah."
Neptunus kemudian pergi meninggalkan Nuansa. Nuansa lantas masuk ke kamar mandi dan membersihkan air kencingnya yang menggenang di lantai depan kamar mandi.
Setelah itu, Nuansa berniat untuk mandi, namun ia baru sadar kalau dirinya tidak membawa pakaian ganti, sementara tubuhnya sudah kering dan mengeluarkan bau pesing yang lebih menyengat.
'Astaga, bagaimana ini? Neptunus, aku bersumpah untuk mengutukmu suatu saat nanti,' batin Nuansa.
***
Bulan sedang menonton TV di ruang tamu, ia mulai sadar bahwa Nuansa dan Neptunus pergi terlalu lama. Ibu 2 anak itu pun lalu memutuskan untuk keluar dari ruang tamu dan melihat Nuansa yang sedang berjalan ke arahnya dengan kaki membentuk huruf O.
"Nuansa?" ucap Bulan dengan perasaan heran.
"Eh, Bibi?" ujar Nuansa.
"Kenapa kau berjalan seperti itu?"
"Aku ... Aku terkencing di celana, Bibi, hehe."
"Huh?"
"Ya. Dan aku tidak membawa pakaian ganti."
"Tapi, bagaimana bisa?"
"Entahlah, tiba-tiba kencingku tidak tertahan." Nuansa berbohong.
"Astaga. Naiklah ke lantai dua, di sana letak kamar Neptunus dan Vega. Kamar Vega punya poster sebuah boyband yang aku lupa namanya di depan pintunya, dia sangat tergila-gila dengan boyband itu sampai dia memasang poster yang sangat besar di pintu kamarnya. Carilah pakaiannya yang cocok untukmu, tapi sepertinya kalian satu ukuran. Di kamar Vega juga ada kamar mandi, jadi kau mandi di sana saja."
"Baik, Bibi, terima kasih." Nuansa pun lantas berjalan menuju tangga dengan cara berjalan yang masih sama, Bulan tertawa melihatnya.
***
Ketika Nuansa sampai di lantai 2, ia melihat pintu kamar Neptunus terbuka sedikit, dan gadis itu lantas memutuskan untuk mengintip ke dalam.
Neptunus masih berada di kamar itu dan sedang mengeluarkan majalah-majalah pria dewasa dari dalam tasnya.
'Dasar,' batin Nuansa. Ia pun lalu masuk ke kamar Vega dan membuka lemarinya. Nuansa tidak banyak memilih karena memang ukuran tubuhnya sama persis dengan ukuran tubuh Vega.
Gadis tersebut mengambil pakaian yang tidak terlalu bagus dibandingkan yang lainnya dan meletakkannya di atas ranjang, setelah itu ia masuk ke dalam kamar mandi Vega.
Baru saja Nuansa akan menelanjangi dirinya, namun tiba-tiba sesuatu menghalanginya untuk mandi sekarang. Ya, kamar mandi itu terlihat seperti bukan kamar mandi baginya, jadi Nuansa bingung.
Ia tidak pernah melihat bathtub sebelumnya, tidak ada ember dan gayung di sana. Ini benar-benar pertama kalinya Nuansa melihat kamar mandi yang seperti ini.
"Bagaimana caranya aku mandi di sini? Tidak ada keran, tidak ada ember, tidak ada gayung," gumam Nuansa. Gadis itu kemudian memutuskan untuk keluar dari kamar mandi Vega dan memanggil Neptunus dari dalam kamar tersebut.
"NEPTUNUS!!" teriak Nuansa.
'Dia ada di sini?' batin Neptunus, pria itu terlihat bingung karena ia belum menemukan sumber suara.
"Hei! Aku tahu kau belum berangkat kuliah! Jadi bisa tolong bantu aku sebentar?! Hitung-hitung sebagai permintaan maafmu karena telah membuatku seperti ini!"
'Di mana dia?' batin Neptunus.
"HEI! Jawab!"
"Kau di mana?!" tanya Neptunus, akhirnya ia bersuara.
"Di hatimu!" canda Nuansa.
"Aku sedang sibuk, Nuansa, aku tidak punya waktu untuk bermain!"
"Iya! Aku sedang di kamar Vega!"
Mendengar hal itu, Neptunus pun kemudian pergi ke kamar adiknya.
"Ada apa?" tanya pria itu saat Nuansa membukakan pintu untuknya.
"Bagaimana kalian menyebut itu sebagai kamar mandi? Tidak ada ember dan gayung di sana, hanya ada bak putih yang sangat besar tapi tidak ada isinya," kata Nuansa.
"Siapa yang menyuruhmu mandi di sini?"
"Bibi Bulan."
"Ugh, mari ikut aku." Keduanya lalu pergi ke kamar mandi Vega.
"Bak putih besar ini namanya bathtub, kami mandi dengan cara berendam di sini," papar Neptunus, ia menjelaskan semuanya secara lengkap, namun tidak menjelaskan bagaimana caranya menguras air di bathtub setelah memakainya.
"Paham?" tanya Neptunus.
"Ooo, jadi begitu. Ok, aku paham sekarang," ujar Nuansa.
"Yasudah, aku pergi dulu." Kali ini Neptunus benar-benar pergi berkuliah.
Setelah Neptunus pergi, Nuansa pun melakukan semuanya dengan benar. Ia mengisi air di bathtub sesuai dengan petunjuk dari Neptunus, dan setelah semuanya beres, gadis itu pun langsung berendam.
"Aah, ini sangat berbeda dari cara mandiku yang biasanya," ucap Nuansa sembari menutup matanya dan menikmati mandi dengan bathtub.
Namun itu tidak bertahan lama. Nuansa tiba-tiba berpikir yang tidak-tidak dan membuat dirinya sendiri takut.
'Tapi bagaimana jika ada sesuatu yang menarikku dari bawah?!' pikir Nuansa.
'Bagaimana jika aku tidak bisa keluar dari bak ini dan tenggelam di sini?!'
'Bagaimana jika ada yang menarik rambutku saat aku sedang menutup mata?!'
Langsung saja dirinya keluar dari bathtub tersebut dan mengambil handuk yang digantung di dekatnya.
"Tidak, bak ini tidak aman!" ujar Nuansa, ia kemudian keluar dengan hanya memakai handuk.