Chereads / Silent Bullet / Chapter 15 - Perubahan Rencana

Chapter 15 - Perubahan Rencana

Dalam Gelapnya Malam yang mencekam Sierra berlari menyusuri pinggiran kota dan masuk ke dalam sebuah jalan setapak yang menuntunnya menuju suatu tempat yang sangat gelap.

Dalam kegelapan tersebut ia disergap oleh beberapa orang yang merupakan pasukan Hantu merah pasukan Horns.

Ia sempat memberontak hingga membuat beberapa orang yang menangkapnya terpental.

Sampai suatu benda menancap dilehernya terasa menusuk seperti jarum, lalu kemudian ia pingsan.

White Dove bersama Mayrie yang sedang bersiap untuk menjalankan misi pun sedang membahas rencana yang akan mereka jalankan ditengah pembahasan mereka dikejutkan dengan laporan bahwa ditemukannya seorang wanita yang berkeliaran di sekitar markas.

Mereka bertiga pun bergegas pergi dan menemukan Sierra dalam posisi pingsan sembari dibawa oleh beberapa pasukan.

"Bukankah dia Sierra?, " Ucap Sabrina.

"Hoo.. Putri Khorkan yang nakal rupanya berani masuk ke area ini haruskah aku mengeksekusinya? " Tanya Mayrie.

"Tidak Perlu.. White Dove akan mengurus wanita ini" Jawab Sabrina.

Mayrie pun mendekati Sabrina dan berbisik "Apa kau yakin?, dia bisa menangani ini sendirian?, kau kan mengirimnya bersamaku untuk menyampaikan pesan rahasia?, terlebih lagi Gourment emm.. Maksudku White Dove mengenalnya? ".

" Ini akan jadi pelatihan yang bagus untuk dirinya, dan kita tidak memerlukan berita palsu itu untuk tersebar sekarang biarkanlah Sierra yang akan menyampaikan hal ini kepada keluarganya "balas Sabrina dengan perlahan.

Kemudian mereka berdua menatap White Dove yang sekujur badannya bergetar hebat entah itu menahan amarah maupun menahan tangis.

" Kau tidak apa-apa prajurit? "Tanya Sabrina dan dibalas anggukan oleh White Dove.

" Bawa dia keruangan interogasi, tapi sebelum itu serahkan dia kepada tenaga medis Pasukan Hantu merah "ucap Mayrie.

Kemudian White Dove bersama beberapa anggota pasukan hantu merah membawa Sierra yang dalam keadaan pingsan ke ruang medis.

" Hei, kau benar-benar yakin bahwa hal ini akan berjalan lancar? "Tanya Mayrie.

" Maksudmu? "Sahut Sabrina.

" Bukankah dia memiliki keterikatan dengan bocah itu? "Jawab Mayrie.

" Aku tau hal itu namun ini juga hal yang bagus untuk melatih dirinya untuk menjalankan misi rahasia dengan identitas barunya "Balas Sabrina.

Mayrie pun menjawab" Baiklah jika kau yakin akan hal itu.. Namun.. "

"Namun apa.?, kau masih meragukan anak itu? " Tanya Sabrina sembari menatap ke arah gerbang markas.

"Aku akan mengirim Craux bersama dengannya, aku hanya khawatir semua yang direncanakan malah berbalik 180 derajat atau bisa menjadi 360" Jawab Mayrie.

"Mayrie.. Kau tidak mempercayai aku? " Balas Sabrina.

"Bukan begitu.. Maksudku aku tidak mau sampai ada kesalahan sedikitpun karena kita semua bersifat rahasia, kau ingat kan mereka bahkan menanamkan pelacak pada pria yang kau bunuh waktu itu? " Balas Mayrie.

Sabrina pun terdiam dan melangkah menuju ruangannya diikuti oleh Mayrie.

Sesaat Hendak membuka pintu Sabrina berkata "katakan pada petugas medis untuk melakukan pengecekan lebih dalam dengan tubuhnya untuk mencegah hal tersebut, kita memerlukan wanita itu untuk sandera".

Kemudian Sabrina pun masuk kedalam ruangan nya. Dan meninggalkan Mayrie seorang diri diluar bersama dengan beberapa pasukan yang sedang memindahkan beberapa barang.

" Terkadang aku tidak mengerti apa yang dia fikirkan "keluh Mayrie sembari pergi menemui Craux.

Didalam markas Khorkan pada malam hari beberapa petinggi melaksanakan pertemuan mendadak yang dihadiri oleh ayah kandung Sierra yakni Jendral Tingkat I Natakh.

" Lakukan pencarian besar-besaran mulai dari sekarang dan temukan putriku dan bunuh orang yang bersamanya aku tidak ingin mendengar rumor negatif yang berdampak bagi kita semua "Ucap Natakh sembari menggebrak meja.

Kemudian seorang pria dengan pakaian seragam lengkap masuk kedalam ruangan sembari berkata " AH... Maaf Paman Aku terlambat . "

"Bastille sudah ku katakan beberapa kali padamu bahwa jangan sampai terlambat saat ada pertemuan penting" Jawab Natakh.

"Maaf paman aku baru selesai melakukan investigasi mengenai kejadian ini" Balas Bastille.

"Bukankah begitu Kak Crigia? " Ucap Bastille sembari memandang dengan wajah merendahkan dihadapan Crigia yang berdiri dipintu masuk.

Crigia hanya memberikan tatapan sinis ke arah Bastille dan memalingkan wajahnya.

"Haahh.. Baiklah kalau begitu aku akan membagi kelompok ke beberapa penjuru untuk mencari keberadaan Sierra. Dan Untuk Bastille dan Crigia aku punya misi Khusus Untuk Kalian Kali ini. " Ucap Natak sembari menatap sebuah peta di dinding ruang rapat.

Setelah rapat selesai dan semua petinggi keluar ruangan Bastille dan Crigia duduk dan mendiskusikan misi yang akan dijalankan oleh mereka berdua.

"Kalian akan menjalankan misi untuk melakukan penggeledahan di markas Horns jika kalian menemukan Sierra habisi mereka semua" Ucap Natak Dengan Geram.

"Paman kau yakin itu jalan terbaiknya itu akan semakin mencoreng nama kita karena kita punya kesepakatan perdamaian sampai beberapa tahun kedepan? " Tanya Bastille.

"Sudah cukup aku bersabar untuk tidak melakukan penyerangan terhadap mereka dan sudah seharusnya kota ini menjadi milik kita Khorkan bukan milik Horns," Ucap Natak sembari menatap jauh ke arah jendela

Bastille pun memandang Crigia dan Crigia menganggukkan kepalanya seolah memberikan tanda bahwa ia mengerti apa yang dimaksud.

"Jika kau merusak dan mencoreng nama kita diatas surat kesepakatan maka masyarakat akan semakin tidak percaya dengan kita, aku punya beberapa saran ayah..seperti-"Sahut Crigia.

"Kurasa pendapatmu sudah tidak berguna disini, " Jawab Natak.

Crigia pun menundukkan kepalanya menunjukkan rasa kekecewaan yang dirasakan oleh dirinya.

Sementara Bastille menepuk pundak Crigia berusaha untuk menenangkannya.

Di Markas Pasukkan Hantu Merah Sierra pun tersadar dari pingsannya dan melihat ia sudah ada di ruang yang serba putih dan ditemani oleh seorang pria dengan menggunakan Topeng putih berlambang Merpati.

"Jadi sekarang aku adalah tawanan kalian? " Tanya Sierra dengan Suara lembut yang membangunkan White Dove dari tidurnya.

"Tenanglah kau masih perlu dirawat disini" Ucap White Dove.

Sabrina pun memasuki ruangan dan duduk disamping kasur Sierra serta memberikan sepucuk surat.

Dengan kebingungan Sierra pun membuka Surat tersebut membaca isi surat itu perlahan dan air matanya menetes dengan sendirinya menatap setiap tulisan yang tertera dalam surat tersebut.

Kosong, dingin, dan hampa..

Itu yang dirasakan Sierra Ia tak dapat membendung air mata yang mengalir dan membasahi pipinya.

Setelah membaca Surat tersebut ia menatap Sabrina dan berkata "Bisakah aku meminta waktu untuk sendiri. "

Sabrina pun pergi dan menutup pintu.

"Itu juga berlaku untukmu, aku tidak akan melakukan hal yang aneh-aneh" Ucap Sierra sembari menatap White Dove.

White Dove pun mengangguk dan pergi meninggalkan Sierra dalam kesendirian.

Diluar ruangan Sabrina pun menepuk pundak White Dove sembari berbisik "Kuatkan Dirimu . "

Dan lalu pergi meninggalkan White Dove di depan pintu perawatan.

Sesekali White Dove mengintip melalui Jendela Kamar perawatan dan ia melihat Sierra meringkuk diatas kasur sembari menggenggam surat tersebut.

Dalam Hati White Dove terasa seperti ada yang patah dan tidak bisa disembuhkan.

Beberapa kali ia mencoba untuk membuka pintu namun niatnya terhenti karena ingat akan sumpah yang sudah diucapkan.

Dari kejauhan Craux pun datang sembari membawa dua gelas kopi dan memberikan satu nya kepada white Dove

Kemudian ia mengajaknya keluar dari markas.

Diluar semilir angin terasa lembut namun sedikit menusuk bagi setiap orang yang merasakan kehampaan di dalam dirinya.

"Kau sudah menunjukkan Tekadmu jadi jangan kau patahkan, ku mohon ingat hal ini jika kau kepikiran melakukan sesuatu yang fatal bagi kita semua." Ucap Craux sembari menyeruput kopinya memandang fajar yang akan datang pertanda bahwa hari telah berganti.