"Elo ngomong apa tadi?" Tanya Erina menantang.
Daniel tersenyum menggoda, "Gue bilang, gue minta tanggung jawab" Dengan wajah tebal dan tidak tahu malu Daniel menjawab Erina.
Berhubung sudah keceplosan, mending diterusin aja. Siapa tahu aja dia berbaik hati nolongin gue. Ini juga-kan ada hubungannya dengan dia.
"Tanggung jawab?" Dahi Erina yang mulus dan putih berkerut, "Elo mau gue tanggung jawab?"
Dengan masih memberikan senyum terbaiknya Daniel mengangguk, "Yep"
"Hee, okey. Gue akan tanggung jawab bantuin cari gigolo buat elo" Erina tersenyum licikย menatap Daniel.
Wajah Daniel berubah tidak senang. "Kok gigolo sih? Gue maunya elo. Junior gue-kan kayak gini karena elo. Tanggung jawab, ah" Daniel mengambek.
Gila, ketularan Angga ini sampe gue jadi gak tahu malu kayak gini.
"Karena gue? Bukan-nya karena elo yang mesum, ya?" Dengan wajah polos Erina bertanya.
"Ouch" Daniel memejamkan mata dan menyentuh dada-nya mencoba menunjukan rasa sakitnya, "Mesum? Gentleman begini elo bilang mesum. Sedih gue"
"Sudah ah, gue sibuk. Kalo gue gak ada janji udah gue tolongin, tapi sorry playboy" Erina menepuk pundaknya dan berjalan pergi.
Daniel tercengang, dia tidak bisa bicara.
Ini lucu. Lucu sekali.
Dia tertawa dalam hati.
Belum jauh Erina berjalan, dia berbalik menatap Daniel, "Hey playboy, kalo elo emang udah gak tahan mending pake tangan lo aja" Sahut Erina mengedipkan matanya kemudian berbalik meninggalkan Daniel yang berdiri sudah seperti patung.
"Ha.. Ha.. Hahahahhaha" Daniel tertawa keras. Sorot matanya di penuhi rasa terhibur.
Ini sangat menyenangkan.
Tanpa Erina sadari, perbuatan Erina itu telah menarik perhatian Daniel.
Sosok Erina membuat Daniel merasa tertantang. Baru kali ini ada wanita yang memperlakukan-nya seperti ini
Heeee, okeyy. Jangan bilang Daniel kalo gue gak bisa dapetin elo. Ucap Daniel dalam hati tersenyum tidak sabar.
Daniel pun dengan perasaan senang berjalan menuju mobilnya. Seulas senyum menghiasi wajah tampan-nya.
Until we meet, Erina.
Dia mengambil ponsel-nya dan mengirimkan pesan whatsapp pada seseorang.
**********
"Elo ngapain pake ngeliatin gue kayak gitu?" Tanya Ferrel curiga, "Hal penting apa yang pengen elo omongin sampai harus ketemuan segala?"
Daniel menggarukan kepalanya. Dia malu, tidak tahu harus bagaimana menjelaskan alasan sebenarnya dia mengajak Ferrel bertemu.
Ahh, persetan dengan rasa malu. Pria itu harus jantan. Gak usah malu. Cuma Ferrel juga ngapain pake malu. Elo bisa, Dan.
"Elo kenal baik-kan dengan Erina?" Ucap Daniel akhirnya.
Ferrel menatap Daniel datar, "Elo manggil gue karena Erin ?" Ferrel memberengut tidak senang, "Jadi hal penting yang elo maksud itu sampai ngajakin gue ketemuan segalaย adalah Erina, Ha?"
"Binggo" Daniel mengacungkan jempolnya ke arah Ferrel tanda dia benar.
"Elo ngapain tanya-tanya soal Erin?" Ferrel memberikan tatapan menyelidik," Jangan bilang elo tertarik sama dia?"
"Binggo lagi. Wah elo pinter banget, Ferr. Tanpa gue bilang elo udah tau" Balas Daniel tersipu-sipu malu.
"Elo suka sama dia?" Tanya Ferrel to the point.
Daniel mengerutkan dahi. Tidak tahu harus menjawab apa.
Suka? Apa gue suka sama Erin? Bukan hal yang mustahil juga, secara wajahnya cantik begitu. Mana ada pria yang gak suka dengan wanita cantik.
"Gue juga gak tahu yang pasti, Ferr. Tapi dia itu beda" Daniel tersenyum mengingat pertemuan-nya tadi dengan Erina.
"Beda? Beda gimana maksud elo?" Ferrel menatap Daniel tidak mengerti.
"Ya, beda. Dia beda dari yang lain. Gue juga gak tau beda-nya dimana. Yang pasti gue rasa dia itu berbeda" Jelas Daniel melamun memikirkan Erina.
Ferrel menatapnya dengan tatapan aneh. Dia pun tersenyum mengerti, "Hee, elo lagi gak jatuh cinta kan, Dan?"
"Jatuh cinta? Gila lo ya, Gak-lah" Balas Daniel cepat.
Jatuh cinta? Wah, mana mungkin. Tertarik sih, iya.
"Kalo elo mau tau soal Erin, lo tanya langsung aja dengan orang-nya. Kalo lo malu, ada Sarah"
"Ahh, elo, Ferr. Bantuin gue dong. Nomornya aja. Emang elo gak punya apa?" Daniel memohon.
Mungkin karena kasihan dengan wajah Daniel, Ferrel pun memberikan nomor Erina.
Setelah tujuan-nya tercapai Daniel pun kembali ke apartement-nya dengan hati senang.
Sesampai-nya di apartement, Daniel memilih mandi karena kegerahan.
Butuh waktu setengah jam lebih untuk Daniel selesai mandi.
Dengan hanya berbalutkan handuk di pinggang, Daniel berjalan ke arah dapur.
Dia membuka sebotol air mineral dan langsung meneguk-nya.
Seteleh berpakain dan mengeringkan rambutnya, Daniel membaringkan tubuhnya di kasur.
Tangan kirinya di letekan di belakang kepala, sebagai bantalan. Kaki juga di silangkan. Dengan tangan kanan memegang ponsel, Daniel membuka aplikasi whatsapp miliknya. Dia mencari kontak Erina yang disimpan-nya tadi.
Berhasil menemukan kontak Erina, Dia pun membuka profil Erina dan melihat foto profilnya.
Foto close up wajah Erina tanpa memakai make up, terpampang jelas di layar ponselnya.
Cantik.
Ini cewek bener-bener cantik. Ucapa Daniel kagum dengan paras cantik Erina.
Selesai melihat foto profil Erina, Daniel membuka kolom chattingan-nya dan mengirimkan pesan pada Erin.
"Hay cantik ๐"
Erin membalas-nya tiga menit kemudian.
"Elo dapat nomor gue dari mana? ๐"
"Rahasia ๐"
"Sarah?"
"Bukan"
"Ferrel?"
"Yep ๐"
10 menit, 15 menit, 30 menit kemudian Erin tidak membalasnya tapi sudah membaca pesannya.
"Kok gak di bales, sih? ๐"
5 menit berlalu dan Erin mengabaikan pesan-nya.
"Erin"
"Hallo, Erin"
"Elo lagi ngapain? sibuk ya?"
Erina hanya membaca pesan-nya.
Meresa kesal di abaikan, Daniel pun menghubungi Erin.
Untung saja Erina mengangkat panggilannya, perasaan-nya yang tidak senang langsung berubah senang.
"Elo mau apa sih, Dan?" Jawab Erin terdengar kesal.
Mendegar rasa tidak suka Erina, membuat Daniel diam.
Ada sela waktu hampir sepuluh detik mereka berdua tidak berbicara. Hanya diam membisu.
"Sorry, kalo gue ganggu elo, gue minta maaf" Ucap Daniel menyesal.
Erina hanya diam. Daniel mendengar dia desahan nafas Erina, "Gue juga minta maaf kalo sudah terdengar kasar tadi"
"Elo gak usah minta maaf. Gue yang salah kok. Gue yang ganggu elo. Sudah sewajarnya elo marah"
"Gue gak marah, cuma banyak pikiran aja" Jelas Erina terdengar lemah.
Daniel tidak ingin bertanya, dia sadar batasannya.
"Oh, gak papa. Elo lanjutin aja apa yang elo lakuin sebelum gue ganggu lo. Sekali lagi maaf"
"Gak masalah. Gue tutup dulu" Balas Erina mengakhiri pembicaraan mereka.
Daniel mendesah menatap ponselnya.
Mungkin gue terlalu berlebihan. Ato cara gue salah. Ngedeketin Erin ternyata susah. Tapi ini lebih baik, lebih menantang.
***