Unedited
Ketika Erina pergi, hati Daniel rasanya ikut pergi bersamanya. Belum lama mengenalnya, Daniel sudah merasa seperti ini. Apalagi kalau sudah lebih mengenalnya.
Erina merupakan wanita tercantik yang pernah dilihatnya. Rambutnya yang hitam panjang dengan matanya yang hitam besar sudah bisa membuat Daniel terposana. Dan jangan lupa dengan bibirnya yang merah dan tipis itu. Rasa-rasanya minta dicium.
Memikirkan mencium Erina dan bisa merasakan kelembutan dari bibir Erina sudah membuat Daniel junior tanpa di minta-minta bereaksi.
Sialan. Baru kali ini gue kayak gini hanya dengan memikirkan mencium seorang wanita.
"Lo ngelamunin apaan, Dan?" Tanya Angga tiba-tiba membuatnya kaget.
"Setan lo, Ga. Bikin kaget gue aja. Gimana kalo jantung gue copot? Mau tanggung jawab lo?" Balas Daniel mengalihkan cerita. Takut ketahuan sedang memikirkan hal yang tidak pantas di pikirkan-nya.
Apalagi kalau Angga dan Ferrel sempat melihat ekspresinya tadi. Bisa malu Daniel jika mereka sampai mengatakan sesuatu kepada Sarah.
Angga dan Ferrel sudah hafal benar dengan ekspresi Daniel. Mereka berdua bisa membaca pikiran Daniel hanya dengan melihat ekspresinya.
Kamprreetto banget tu dua manusia gila. Ngapain juga merhatiin ekspresi gue segala.
Daniel sampai heran bagaimana bisa mereka berdua membaca pikirannya hanya dengan melihat ekspresinya. Semula Daniel tidak percaya, tapi setelah lama berteman dengan mereka, mereka jadi hafal dengan setiap ekspresi Daniel dan apa arti dari ekspresi tersebut.
"Kalo jantung lo copot, kita gak lagi repot-repot bawa lo ke rumah sakit. Elo tinggal jalan aja sendiri ke UGD" Balas Ferrel dengan senyum meledeknya.
"Setan lo, Fer. Kalo jantung gue copot, gak mungkin gue jalan sendiri. Udah keduluan mati gue" Ucap Daniel kesel "Apes banget gue punya temen kayak lo berdua" Tambah Daniel bercanda.
"Love you too, Danny boy" Balas Angga dengan memberikan ciuman dari jauh pada Daniel.
Ferrel dan Sarah hanya tertawa melihat kelakuan Angga. Daniel tersenyum menggeleng kemudian melirik ke arah Brandon yang sedang terlihat sedang tertidur lelap.
Lo lagi mimpi apa sih, Brand? Lama banget lo bangunnya. Gak enak kelamaan mimpi, Brand. Enakan main sama kita-kita. Serius, gak seru kalo nggak ada lo disini, man.
************
Daniel memutuskan untuk mengambil mobilnya sendiri. Dia dan Ferrel sedang menuju hotel tempat dia menginap semalam. Yup, Hotel dimana dia meninggalkan wanita yang tidak diketahuinya hanya dengan meninggalkan pesan singkat. Pesan yang berisi, terima kasih dan jangan mencarinya.
Betapa sangat bajingannya dia.
Daniel sebenarnya tidak bangga dengan dirinya. Apalagi melihat bagaimana dia memperlakukan wanita. Dia sering merasa bersalah dan menyesal akan tindakannya. Tapi rasa bersalah dan penyesalannya berkurang begitu tahu alasan utama mereka mendekatinya.
Mereka mendekatinya karena ada alasan tertentu. Bukan karena Daniel adalah Daniel. Maksudnya, bukan karena Daniel Alfaro seorang pria normal atau pria biasa. Tapi mereka mendekatinya sebagai Daniel Alfaro, bassist dari group Band, The Storm yang tersohor. Ya, mereka mendekatinya karena statusnya itu.
Entah itu wajahnya, uangnya atau popularitasnya. Mereka mendekatinya karena alasan seperti itu.
Dia juga ingin merasakan cinta seperti apa yang dirasakan setiap orang biasa pada umumnya. Tapi, baginya menemukan seseorang yang mencintainya tanpa memandang dirinya sebagai bassist, The Strom sangatlah susah.
Mungkin suatu saat nanti, dia akan menemukan seseorang yang mencintainya sebagai Daniel Alfaro bukan Daniel Alfaro, bassist The Storm. Ya, mungkin saja. Dan sepertinya itu masih lama.
Ferrel menurukannya di depan pintu hotel dan pergi meninggalkan Daniel karena memiliki janji dengan keluarganya.
Ohh, please. Jangam sampe gue ketemu sama tu cewek. Mudah-mudahan tu cewek udah gak ada.
Ketika dia memasuki area parikiran, matanya menyipit. Dia seketika berhenti ditempat. Daniel melihat sosok seorang wanita familiar sedang berjalan kearahnya.
Dia mengerjapkan matanya tidak percaya dengan pandangannya.
Gue nggak salah liatkan? Atau cuma khayalan gue doang? Serius ini gue nggak salah liatkan? Wah gila, kalo bener ini cuma khayalan gue doang, tu cewek jago banget kalo gitu.
Pernah melihat adegan seorang pria atau wanita ketika pertama kali melihat seseorang yang disukainya berjalan kearah mereka? Yup, terlihat begitu mempesona. Dengan gaya berjalan yang super anggun atau gagah ditambah dengan latar belakang lagu yang mendukung, mereka berjalan bak model ke arah kalian sambil tersenyum.
Begitu yang dilihat Daniel sekarang. Dia seakan melihat Erina berjalan ke arahnya dengan cara seperti itu.
Demi Tuhan, Daniel seakan merasakan Erina sedang berdiri di depannya. Wajahnya begitu dekat dengan Daniel. Bibirnya merah, terlihat lebih menggoda.
"Tutup mulut lo. Gak maukan ada lalat yang masuk?" Ucap Erina terdengar nyata. Daniel hanya megap-megap.
Gila suaranya aja sama.
Erina tertawa kecil. Melihat Erina tertawa membuat perut Daniel merasakan sesuatu. Sesuatu dalam arti yang bagus atau baik. Seperti ada yang menggelitik.
Plak...
Auchhh..
Tamparan di pipinya menyadarkan Daniel kalau dia tidak sedang bermimpi atau berkhayal. Ini kenyataan. Erina sedang berada di depannya dan baru saja menamparnya. Lebih buruknya lagi, dia terlihat seperti orang bodoh di depan Erina. Mempermalukan dirinya sendiri.
Bego banget lo, Dan. Gak bisa apa bedain mana kenyataan dan mana mimpi? Kutuk Daniel dalam hati.
"Udah sadar? Mau ditampar lagi supaya lebih sadar atau?" Tanya Erina tersenyum mengejek.
"Gue gak masalah kok ditampar cewek. Apalagi kalo ceweknya secantik lo" Balas Daniel mengusap pipinya sambil melihat Erina dengan tersenyum menggoda.
Sumpah, dia dengan senang hati akan memberikan pipinya ditampar lagi oleh Erina asalkan dia bisa merasakan kelembutan tangan Erina lagi.
Kalian pasti berpikir kalau dia sudah tidak waraskan? Ha, mungkin dia memang sudah tidak waras. Dia sepertinya tidak bisa berpikir jernih atau sehat jika dekat-dekat dengan wanita ini.
Erina memutar matanya, tanda tidak percaya dengan jawaban Daniel barusan.
"Lo ngehalangin jalan orang" Ucap Erina menyilangkan tangannya di dada. Daniel mengikuti pergerakan tangan Erina dan membuat matanya berhenti di dada Erina.
Gak besar-besar amat. Tapi lumayanlah. Gue juga buka tipe cowok pecinta dada.
"Belum puas ngeliatnya?" Erina terdengar bosan. Daniel mengerjap kaget dengan pertanyaan Erina.
"Opps maaf" Balas Daniel ketahuan memperhatikan dada Erina sambil mengelus bagian belakang lehernya tanda merasa malu.
"Kalau belum puas, silahkan lihatin terus. Tapi jangan salahin gue kalau..." Ucap Erina menggantung, kemudian menunjuk Daniel junior milik Daniel dan berkata dengan senyum yang menakutkan "Junior lo nggak berfungsi lagi" Daniel bergidik takut kemudian melangkah mundur, menjauhkan dirinya dari Erina.
Ni cewek cantik-cantik tapi serem. Tapi gak masalah buat gue. Dia tambah sexy kayak gitu. Bibir merahnya itu pengen banget gue cium.
Tiba-tiba mata hitam besar Erina melotot manatapnya.
"Apa lo bilang tadi?"
"What? Gue bilangnya gak dalam hati?" Tanya Daniel bingung.
Wajah Erina tiba-tiba mendekat. Pipinya sedikit bersentuhan dengan pipi Daniel. Bibirnya mendekat ke arah telinga Daniel "Sorry Playboy, bibir lo gak kelihatan begitu menggiurkan untuk di cium" Ucap Erina dengan suara yang terdengar sangat menggoda dan sexy di telinga Daniel, "Oh, Jessus. Please, f*cking control your d*ck" Tambah Erina kesal menunjuk Daniel junior yang saat ini ternyata sudah keras dan tegang.
"Ini salah lo. Jadi gue mohon lo tanggung jawab"
"What?"
Owhhh, f*ck !!!!
****