Chereads / Pernikahan Paksa / Chapter 4 - Andrea yang Cantik Jelita

Chapter 4 - Andrea yang Cantik Jelita

Rendi meminum kopinya dengan wajah kusut. Teman-temannya sampai kebingungan. Dari sejak datang sampai sekarang Rendi terlihat tidak bersemangat. Dia diam terus sambil merokok. Bibirnya yang bewarna merah itu terus-menerus menyemburkan asap rokok.

Andika adalah teman sekampus dulu. Sekarang Ia menjadi dekan di Universitas milik Ayahnya. Ia sudah lama bersahabat dengan Rendi. Ia juga yang tahu percintaan Rendi dan mantan pacarnya Yesi.

Andika membawa calon istrinya Clara yang merupakan dosen juga. Mereka berdua akan segera menikah dalam waktu tiga bulan ke depan. Disebelah Andika duduk Dr. Yogi. Dokter ini juga temannya Rendi satu kampus beda jurusan. Ia sudah menikah dengan seorang dokter spesialis kandungan yang bekerja di rumah sakit yang sama.

Dan yang terakhir adalah Rico. Rico ini seorang pemilik perusahaan perhiasan. Ia juga teman sekampus dulu dengan Rendi. Rico masih membujang tapi sudah memiliki kekasih seorang pegawai Bank.

Hanya Rendi yang tidak memiliki pasangan. Dan Ia selalu dibuly saat berkumpul bersama.

"Ada apa Rendi? Kau merokok terus- menerus.

Kau juga sudah minum kopi dua gelas. Jangan terlalu banyak merokok dan minum kopi. Tidak bagus buat kesehatan mu." Yogi memberikan nasihat.

"Simpan saja nasihat mu untuk pasien mu" Kata Rendi dengan wajah muram.

"Kau ini kenapa sih? kaya lagi putus cinta saja." Andika terheran-heran melihat tingkah sahabatnya itu.

"Lebih parah" Kata Rendi sambil bersandar ke sandaran kursi. Ia meremas-remas rambutnya sendiri. Membuat para wanita jadi semakin memperhatikan Rendi. Walaupun sedang kusut wajah Rendi malah semakin tampan.

"Apa ada proyek mu yang gagal?" Kata Rico

"Tidak.. tidak ada. Mana teman yang akan bermitra dengan ku?" Kata Rendi tidak sabar. Ia ingin segera pulang. Kalau tidak ingat dengan janjinya untuk datang Ia pasti tidak akan pernah datang. Ia lebih baik ada dikamar menata serpihan hati nya yang pecah berantakan dibanting Kakeknya tadi.

"Kau sedang risaupun masih ingat bisnis." Andika menggelengkan kepalanya terheran-heran melihat tingkah Rendi.

"Kau ini bujangan, Kakek dua-duanya kaya raya konglomerat ternama. Ayah juga sama. Harta kekayaanmu tidak akan pernah habis walau digunakan hidup mewah selama tujuh turunan. Engkau harusnya hidup tinggal ongkang-ongkang kaki. Tapi malah kerja bagaikan pekerja Rodi. Siang malam, ga kenal hari lagi libur, ga kenal hati lagi risau atau gundah tetap saja yang ada dalam otakmu adalah bekerja. Memangnya Kau mau nyari apaan. Emangnya Kalau mati itu harta mau dibawa ke liang lahat. Apa kau kira Kau Raja Mesir Pharaoh yang memiliki Piramida sebagai kuburan Kalau nanti mati. Sehingga Kau harus mengumpulkan kekayaan yang begitu Banyak untuk Kau bawa serta dalam Piramida" Andika ngoceh terus.

"Hadeuh..tadi Pak Dokter yang ngoceh sekarang Pak Dosen yang lagi ngasih materi. Apa Kalian ga tau apa kalau otakku lagi pusing. Mendengarkan Kalian mengoceh membuat Aku tambah pusing. Rico mana temanmu itu? Kalau dalam 10 menit Ia tidak datang juga Aku akan pergi"

Rico tertawa kecil, "Tenang Ia sudah ada di pintu masuk. Nah..itu dia...Andrea!! Disini..." Rico melambaikan tangannya. Semua orang yang sedang berkumpul serentak memalingkan muka. "Oh my God..." Semua mata menatap terpesona. Tampak seorang gadis bertubuh tinggi semampai dengan wajah cantik jelita. Berambut coklat sebahu. Berdandan dengan rapih dan tidak mencolok. Ia membawa clutch ditangannya. Bergaun selutut berwarna hitam. Dia tampak luar biasa cantik dan mempesona. Kacamata tipis terpasang menghiasi wajahnya yang oval menambah manis dan menunjukkan kesan cerdas bagi setiap orang yang memandangnya.

Rendi mengerutkan keningnya seakan mencium kembali suatu ketidak beresan. Alih-alih terpesona melihat kecantikan wanita itu Rendi malah melihat ke arah Rico dengan tatapan mata menyelidik. Rico malah cengengesan. Dan Ia segera berdiri ketika wanita itu menghampiri mereka.

"Halo perkenalkan ini Andrea Pemilik perusahaan PAV " Kata Rico sambil menjabat tangan Andrea. Andrea tersenyum manis ke semua orang sambil menjabat tangan mereka. Dan terakhir Ia menjabat tangan Rendi. Menatap wajah Rendi agak lama lalu tersenyum.

" Halo..Anda pasti Rendi. Tidak salah Rico menggambarkan tentang Anda. Anda benar-benar mirip artis Korea."

Rendi menerima jabatan tangan Andrea. Mulutnya melengkung ke atas menanggapi komentar Andrea tentang dirinya. Andrea menahan nafas bibir merah milik Rendi itu sepertinya sangat manis. Dan Ia berani taruhan dengan seribu lembar saham Perusahaannya. Bibir itu belum pernah digunakan sebagaimana mestinya.

"Anda benar-benar seorang pembisnis yang sangat tampan." Andrea kembali memuji Rendi. Agaknya Andrea tidak bisa menahan dirinya untuk tidak terpesona pada Rendi. Hidup lama di Luar Negeri membuat Ia lebih bersifat terbuka pada laki-laki.

Rendi malah memandang acuh tak acuh. Wanita secantik apapun didepannya ga akan ngefek. Rasa cintanya sudah putus. Rico menjadi gemas melihat Rendi yang bersikap cuek begitu. Ia sudah cape-cape merayu Andrea untuk datang ke kedai kopi. Wanita eksekutif sekelas Andrea tidak bisa sembarangan diundang. Ia sudah PD habis Rendi bakalan terpesona melihat kecantikan Andrea. Ditambah dengan jabatannya sebagai Presiden Direktur Perusahaan Telekomunikasi.

Siapapun akan meleleh melihatnya. Sangat pas disandingkan dengan Rendi. Cantik dan Tampan terus sama-sama Presiden Direktur. Pas banget kan. Sayangnya yang terlihat tertarik adalah Andrea yang melihat Rendi. Melihat mata Andrea yang berbinar binar. Menjadikan Rico tahu pasti Andrea langsung jatuh hati pada Rendi. Tapi melihat pandangan Rendi yang kosong. Rico langsung putus asa. Ya Tuhan...apa benar temannya itu gay.

Tapi kalau gay mestilah Rendi menyukai seorang pria. Lha ini ga pernah sekalipun Rendi juga terlihat berbahagia melihat pria tampan. Bahkan Rico pernah melihat Rendi menghajar seorang pria gay habis-habisan karena mencoba mengajak Rendi berkencan. Pria Gay itu rupanya tergila-gila dengan ketampanan Rendi. Dan Rendi sangat jijik melihatnya. Bahkan Ia hampir meludahi pria itu saking muaknya.

"Well Jadi Andrea bagaimana kalau langsung saja. Kata Rico Kau hendak bermitra dengan perusahaan ku?" Tanya Rendi.

"Ah..ha..ha..ha..Anda begitu to the point. Saya suka pria yang begitu antusias. Ok baiklah.. Saya memiliki dana nganggur yang cukup banyak. Perusahaan Saya sebenarnya bergerak di bidang telekomunikasi. Tapi kali ini Saya ingin mencoba peruntungan di bidang properti. Saya ingin membangun suatu pusat perbelanjaan yang megah dan mewah di pusat Kota"

Mata Rendi terbelalak. Wow..nih perempuan boleh juga ambisinya. Membangun pusat perbelanjaan ditengah maraknya tempat serupa memiliki tantangan tersendiri.

"Apa Anda sudah mendapatkan tempatnya?" Tanya Rendi.

"Nope...Saya tidak mengerti apapun. Saya percayakan kepada Anda untuk mencari tempat dan membangunnya."

"Anda begitu mempercayai Saya. Apa Anda tidak takut Saya akan berbuat suatu kesalahan?"

"Saya berteman dengan Rico sudah lama maka Rico yang akan jadi jaminan. Jika ada apa-apa dengan Anda maka Saya akan meminta pertanggungjawaban kepada Rico. Karena Ia yang merekomendasikan Anda." Andrea melirik ke arah Rico dengan tatapan tajam. Rico jadi pucat.

"Lho kho Aku jadi barang jaminan. Bisnisnya kan urusan kalian berdua. Aku cuma memperkenalkan saja. Kau Andrea jangan langsung menyerahkan uangmu kepada Rendi begitu mudah. Pelajari dulu orangnya sama Perusahaan miliknya. Kalian ngobrol-ngobrol dulu. Nonton bioskop bareng dulu. Liburan bareng dulu, atau sekalian kencan dulu baru berbisnis kemudian. Jangan asal tembak saja."

Andrea tertawa halus tapi Ia lantas memperhatikan gesture dari Rendi. Rendi berwajah dingin mendengar perkataan Rico.

"Kalau semua orang yang akan Andrea ajak berbisnis harus berkencan dulu. Mana harga dirinya sebagai seorang wanita."

"Ouch..." Kata-kata Rendi bagai sebilah pisau yang menusuk hati. Suatu penolakan yang tersembunyi. Nyata sekali kalau Rendi tidak tertarik secara fisik dengannya dan hanya ingin berbisnis.

"Andrea..Kamu tidak usah khawatir, Serahkan semuanya kepadaku. Aku berjanji tidak akan mengecewakanmu. Aku tunggu kau di kantorku untuk menyampaikan proposalnya. Setelah Aku pelajari baru kita buat MoU-nya. Dan Aku akan persembahkan suatu mahakarya untuk mu."

Mata Andrea bersinar. "Kau begitu percaya diri. Sulit dipercaya pria sepertimu menjadi seorang pembisnis yang ulung. Anda lebih tampak mampu memimpin sebuah grup boyband dibandingkan dengan suatu perusahaan besar."

"Aku sudah cukup banyak memiliki penggemar walaupun tidak menjadi seorang aktor" Rendi tersenyum manis pada Andrea. Hati Andrea sampai terguncang.

"Ok Guys... semuanya Aku permisi dulu. Sudah malam. Aku harus istirahat. Senang berkumpul dengan Kalian. Dan terima kasih banyak untuk mu Andrea sudah menyempatkan datang. Permisi semuanya. Assalamualaikum" Rendi lalu berbalik dan pergi.