Chereads / Pernikahan Paksa / Chapter 31 - Negosiasi dengan Serena

Chapter 31 - Negosiasi dengan Serena

"Jadi bagaimana? Apa tempat parkiran nya mau 4 atau 5 lantai?" Tanya Rendi pada Andrea.

"Aku masih berpikir dulu. Tapi Aku minta pendapat mu. Kira-kira apakah pusat perbelanjaan ku akan mendapatkan peluang yang cukup besar untuk diminati orang?" Andrea menjawabnya dengan sedikit kebingungan.

Rendi lalu menatap denah jalan tempat pusat perbelanjaan yang akan dibangun olehnya.

"Tempat gedung yang akan dibangun. Terletak di pusat kota. Dengan jalan dua arus. di sebelahnya ada tugu pahlawan yang sering dikunjungi orang. Kemudian dekat juga dengan gedung perkantoran. Seharusnya pusat perbelanjaan mu akan jadi tempat yang paling banyak dikunjungi nantinya."

"Wow..analisamu begitu menganggumkan Pak Rendi. Aku salut padamu" Mata Andrea yang indah mengerjap lucu. Rendi tersenyum manis Ia mengambil gelasnya yang berisi air putih lalu meminumnya. Andrea menatapnya penuh minat.

Betapa Ia sangat menyukai pria dihadapannya. Betapa manisnya Rendi. Ingin rasanya Ia melemparkan tubuhnya sendiri ke dalam pelukan Rendi. Tapi jelas akal sehatnya melarang dia melakukan hal itu. Ia wanita yang memiliki harga diri yang tinggi. Bukan wanita biasa yang murahan. Ia ingin Rendi yang menyatakan duluan.

"Kau terlalu berlebih-lebihan Nona Andrea. Semua orang pasti bisa memprediksi perkara yang sangat mudah ini. Jadi kalau menurutku lima lantai di basemen untuk parkiran nya lebih baik. Nah sekarang tinggal konsep yang kau inginkan seperti apa?"

"Mmmm...Aku ingin tempat itu bisa membuat wanita dan anak-anak betah berada di dalam. Aku ingin tempat penuh dengan keceriaan. Aku ingin ada tempat belanja yang lengkap untuk memenuhi kebutuhan wanita, ada tempat bermain, ada bioskop juga, dan juga ada tempat olahraga, salon juga"

Rendi tersenyum membuat Andrea jadi berdebar-debar. "Mengapa Kamu malah tersenyum begitu?" Apa kamu tidak tahu senyummu bisa membunuh Aku... Andrea melanjutkan pertanyaannya di dalam hati.

"Aku sangat kagum dengan pemikiran kaum wanita yang begitu detail" Kata Rendi sambil memainkan telunjuk dan ibu jarinya dibibirnya yang merah. Melihat Rendi seperti y Andrea jadi lepas kendali. Ia lalu bertanya dengan tanpa sadar.

"Mmmm...Pak Rendi. Apa Kau memakai lipstik dibibirmu?" Tanyanya.

Rendi tercengang mendengar pertanyaan Andrea. Ia langsung batuk-batuk kecil kaget dengan keberanian Andrea.

"Aduh Aku minta maaf kalau pertanyaan ku sedikit kurang ajar" Kata Andrea dengan pipi memerah. Ia merutuki kebegoannya.

Rendi tertawa kecil. "It's Ok..never mind. Cuma saja pertanyaan mu itu seakan menuduhku Aku pria alay yang suka bersolek"

"Ha...ha..ha... sungguh Aku minta maaf cuma saja bibirmu begitu merah dan kulitmu begitu putih." Kata Andrea lagi.

"Iya nih, Aku malah sedikit risih. Andai boleh memilih mungkin Aku ingin kulit ku sedikit gelap dan bibirku tidak semerah ini lagi. Bahkan rokok saja tidak bisa membuat bibirku jadi berubah warna. "

"Alangkah beruntungnya wanita yang jadi kekasih mu?"

"Maksudmu??" Rendi mengerutkan keningnya.

"Ha..ha..ha..dia mmm...ah sudahlah" Kata Andrea semakin memerah.

Tetapi kemudian Rendi memahami maksud perkataan Andrea. Sehingga Ia lalu berkata, "Nona Andrea kalau Kamu berpikir bahwa kekasihku bisa menyentuh ku sebelum akad Aku ucapkan. Kau salah. Aku termasuk pria kolot yang sangat percaya bahwa suatu sentuhan harus dilakukan setelah wanita itu sah secara hukum dan agama menjadi milikku." Perkataan Rendi langsung memukulnya dengan telak.

Sebagai wanita modern yang pernah kuliah dan tinggal di Amerika dia memiliki pandangan yang cukup bebas tentang hubungan antara laki-laki dan perempuan

"Anda sungguh mengagumkan Pak Rendi." Andrea semakin kagum dan menyukai Rendi.

Sesaat mereka terdiam ketika kemudian Handphone Rendi berbunyi. Dilihatnya nama Serena tertera di sana. Ia lalu meminta maaf kepada Andrea

"Maaf sebentar Andrea,.."

"Silahkan Pak!!"

Rendi lalu berjalan agak menjauh dari Andrea. Dan Andrea langsung ikut berjalan sambil pura-pura melihat gambar grafik laporan hasil pekerjaan perusahaan Rendi di dinding. Padahal Ia ingin menguping percakapan Rendi.

๐Ÿ“ž Assalamualaikum..Serena ada apa?

๐Ÿ“ž Waalaikumsalam Kakak, ini Kak..kalau bisa sekarang Kakak ke sekolah. Handphone Jasmine diambil Ibu Tiara.

๐Ÿ“ž Ibu Tiara?? Siapa dia? dan kenapa sampai bisa handphone Jasmine diambil?

๐Ÿ“ž Jasmine main handphone saat Ibu Tiara menjelaskan. Ibu Tiara adalah guru matematika sekaligus Walikelas Kami. Dia tidak mau memberikan handphone Jasmine kalau bukan walinya yang ambil.

๐Ÿ“ž Anak itu selalu bikin perkara.

Rendi sedikit bersungut-sungut.

๐Ÿ“ž Tapi Kakak, Untuk bisa memenangkan hati Jasmine, Kakak harus berupaya membuat Jasmine banyak berhutang budi.

๐Ÿ“žOh ya...apa Kau pikir Aku menyukai Jasmine?

Kata Rendi sambil mengerutkan keningnya.

๐Ÿ“žAku mungkin baru berusia 17 tahun, tapi Aku bukan orang bodoh. Kalau Kakak tidak menyukainya, Kakak tidak akan menciumnya. Aku tahu betul sifat Kakak.

Rendi terbelalak matanya.

๐Ÿ“ž Kau...kau...kau memang setan kecil...

Rendi morang-maring.

๐Ÿ“žHa..ha..ha...Aku tunggu di sekolah sekarang. Temui Ibu Tiara ya...

๐Ÿ“žAku harus bilang sebagai siapanya Jasmine?

๐Ÿ“žBilang saja Kakaknya. Assalamualaikum Kakak.

๐Ÿ“ž Waalaikumsalam..

Rendi menutup teleponnya. Dan Ia berbalik kembali pada Andrea. Andrea yang sedang menguping cepat-cepat berpura-pura sedang memperhatikan denah tempat pusat perbelanjaan yang akan dia buat.

"Maaf sekali, Tiba-tiba Aku ada urusan. Apa boleh Aku permisi dulu. Besok kita akan lanjutkan perbincangan kita"

"Oh..boleh..boleh..dengan senang hati. Tapi Aku ingin perbincangan kita dilanjutkan di tempatku"

Rendi mengerutkan keningnya tapi kemudian dia berkata. "Ok..fine.." Kata Rendi sambil tersenyum. Andrea mengucapkan terima kasih lalu berpamitan.

Rendi sendiri segera mengambil handphonenya dan ikut keluar untuk segera ke sekolah Jasmine.