Fachry duduk dengan kaku di depan Jasmine dan Rendy. Matanya menjadi muram semuram malam yang gelap tiada berbintang. Ia adalah seorang laki – laki yang tidak boleh diajarkan oleh ibunya bahwa pantang seorang laki – laki menangis kecuali saat berdoa kepada Alloh. Tetapi kali ini sungguh Fachry merasa ingin menangis. Muka Fachry memerah menahan tangis yang sudah mau keluar dari ternggorokannya dan air mata yang hampir menetes juga Ia tahan sekuat tenaga.
Fachry memalingkan wajahnya ke samping kanan untuk menghindari pemandangan yang begitu menyakitkan di depan matanya. Begitu wajahnya Ia palingkan, Ia melihat Serena yang sedang memandangnya dengan matanya yang bening. Mata Serena yang bulat jeli itu tampak memandangnya dengan sedih.