"Kenapa aku tidak boleh terlibat dalam proses seleksi masuk?"
Hans tidak dapat menahan dirinya, setelah menghubungi bagian HR ia menerima penolakan dan mereka berkata bahwa ini adalah perintah dari Jessica langsung. Hans tidak dapat melihat pada data administrasi calon sekretaris baru untuk Jessica.
"Kenapa aku bahkan harus memberimu alasan?"
"Orang yang terpilih akan menggantikan posisiku jadi aku rasa aku punya wewenang untuk itu."
"Walau pun kau punya hak untuk itu, aku melarangmu ikut campur dalam proses seleksi ini."
Hans ingin bertanya lagi, kenapa? Apa wanita itu mulai membencinya dan berusaha menumbuhkan dendam padanya. Hari ini merasa kalau Jessica bersikap antipati padanya.
"Aku hanya ingin kau bermain adil kali ini. Biarkan bagian HR melakuan tugasnya. Jangan terlalu memusingkannya," Jessica menasihati Hans. "Sepertinya kau kekurangan hal untuk dilakukan. Bagaimana dengan penerbanganku besok?" wanita itu segera mengalihkan mereka.
"Semuanya sudah kupersiapkan, kita akan berangkat besok pagi."
"Kita? Ini hanya acara lelang amal, kau tidak perlu menempatkan dirimu disana."
"Apakah kehadiranku hanya sebatas keperluanmu saja. Bukankan selama ini aku selalu disisimu baik saat kau butuh atau tidak butuh akan aku. Apakah kau memang berencana membuangku?"
"Perhatikan kata-katamu, siapa yang membuang siapa?" Tanya Jessica, nadanya mulai emosi. Jarang baginya untuk menerima perdebatan Hans seperti ini, pria itu menjadi lebih berani dengan kata-katanya akhir-akhir ini. "Kau tidak perlu hadir, kau bisa pergunakan akhir pekanmu untuk mengurus masalah pernikahan."
Pernihakan, jadi ini sebabnya. Hans mulai mengerti apa yang dipikirkan wanita itu. "Kenapa tidak? Berada disana aku bisa mencari koneksi yang bagus. Siapa tahu aku bisa menemukan bos baru yang akan lebih menghargaiku dan membayar mahal kinerja baikku ini."
Jessica tersenyum kecut, "Sebesar itukah keinginanmu untuk mendapatkan bos baru? Kau bahkan merencanakannya dengan baik. Jadi kau akan pergi setelah pernikahanmu?" Jessica membuat kesimpulan.
Hans tidak menjawab wanita itu, ekspresinya rumit dan tak terbaca.
"Kalau begitu aku ingin penerbangan malam ini, tolong ubah tiketnya," Jessica lagi-lagi mengalihkan mereka.
"Kenapa harus berangkat terburu-buru?"
Jessica mendengus, "kamu terlalu banyak menuntut pertanyaan akhir-akhir ini tapi kau bahkan pelit dengan jawaban. Lakukan saja apa yang harusnya kau lakukan!" nada suaranya terdengar kesal, wanita itu menahan amukannya.
"Baik akan segera kuurus," Hans tidak ingin membuat suasana menjadi lebih buruk. Jadi dia segera undur diri dan melakukan seperti apa yang diperintahakan Jessica.
Hans dan Jessica menyelesaikan pekerjaan mereka tepat waktu. Tidak ada jadwal makan malam dihari jumat itu. Jadi Jessica mengajak Hans makan malam, suasana cukup canggung karena berdebatan mereka sore tadi. Selesai dengan makan malam mereka langsung berangkat ke Negara T malam itu.
***
Acara lelang amal di Negara T dimulai pukul 3 sore sabtu itu. Acara itu dihadiri oleh pengusaha-pengusaha dari berbagai negara. Sungguh kesempatan yang baik untuk dan mencari koneksi bisnis.
Jessica menikmati dirinya berkenalan dengan beberapa pengusaha tampan. Wanita itu sangat lihaI dengan mulutnya dan telah memikat beberapa pria dalam waktu singkat.
Jessica terpaksa berpamitan dengan seorang pria tampan asal Negara C saat ekor matanya menangkap sosok pria paruh baya di sudut ruangan. Benar-benar suatu kebetulan, jika pria itu ada disini maka pria tua lainya pasti ada disekitar sini. Setelah berkeliling sebentar akhirnya Jessica menemukan pria tua itu.
"Kakek!" Jessica langsung berlari kepelukan Tuan Hermawan. Pria tua itu masih bisa dikatakan menawan dengan tuxedo coklatnya.
"Aku datang kemari untuk melihat putraku tapi aku malah bertemu dengan cucuku." Tuan Hermawan memeluk cucunya penuh kasih.
"Ayahku disini juga?" Jessica melepaskan pelukannya dan menatap sekeliling. Jessica sudah lupa kapan terakhir kali ia melihat ayahnya, apakah itu sudah 3 tahun yang lalu atau bahkan lebih?
"Kudengar ayahmu menyumbang beberapa barang untuk dilelang disini. Jadi aku kemari dengan harapan bisa bertemu dengannya," lelaki tua itu menjelaskan, tapi siapapun akan lebih mengerti kerutan dalam di keningnya.
"Kakek, jangan terlalu bersedih, kau harus tetap tenang dan bahagia selalu. Kita akan segera menemukannya saat acara lelang dimulai." Jessica menuntun kakeknya.
Tuan Hermawan mendesah dan mengomel lagi, "anak keras kepala itu benar-benar lupa bagaimana menghormati tetuanya."
Jessica menemani kakeknya berkeliling dan menyapa beberapa orang. Namun sampai acara lelang hendak dimulai, mereka belum juga bisa menemukan ayah Jessica.
Jadi Tuan Hermawan dan cucunya duduk dikursi mereka siap untuk menikmati acara lelang hari itu.
Jessica menatap sekitar sekali lagi, untuk melihat apakah dia bisa menemukan orang yang dia cari. Namun kakek tua itu segera menasihatinya untuk duduk. "Aku tidak berharap ayahku akan muncul. Aku hanya mencari dimana Hans."
"Kau kemari bersama dengan Hans?"
Jessica mengangguk dan masih melirik sekitaran.
"Dia mungkin sedang bersama dengan ayahnya untuk membahas pernikahan."
"Begitukah?" Jessica memberengut, ia tampak lebih kesal daripada saat ia tidak bisa menemukan sosok ayahnya di acara itu.
"Apakah kau merasa kesal dengan pernikahannya?"
"Tidak, mengapa aku harus merasa kesal untuknya? Aku hanya merasa tidak adil karena ia memutuskan untuk mengundurkan diri sebagai sekretarisku. Kakek tau dia benar-benar kompeten."
"Bukankah kau sendiri yang membuat pengaturan seperti itu. Kau ingin pria lajang menjadi sekretarismu." Jika tidak ada pengaturan sekretaris haruslah seorang pria lajang, mungkin Hans tidak harus pergi. Tapi Jessica sendiri yang membuatnya sampai pada situasi seperti ini.
"Ah, benarkah begitu?" Jessica menunduk malu, itu memang idenya dari awal. "Aku hanya tidak ingin mengganggu pria dengan pasangan, lagi pula mereka pasti sibuk dengan pasangan mereka. Aku ingin seseorang yang mencintai pekerjaan seolah itu adalah pasangan mereka."
"Pasangan apanya? Jangan membuat lelucuon padaku. Kau ingin seorang pria lajang menjadi sekretarismu atau pasanganmu sebenarnya? Idemu terlalu buruk, ingat aku tidak terburu-buru dan ayahmu tidak pernah memaksamu."
"Ayolah kakek, aku juga pasti akan segera menikah cepat atau lambat. Tidakkah kau ingin melihat cicitmu terlebih dahulu."
"Aku akan hidup dengan sehat dan panjang umur. Jadi fokuslah dengan pekerjaanmu saat ini atau aku akan menurunkan jabatanmu."
"Kakek..," Jessica beseru manja pada kakeknya. Ia menikmati pekerjaan dan jabatannya saat ini. Bahkan adalah idenya untuk memikul perusahaan dipundaknya. Wanita itu hanya ingin membantu meringankan beban ayahnya.
Mereka berhenti berargumen satu sama lain dan menikmati acara lelang di akhir pekan itu.