Chereads / Sekretaris Tampan ini Miliku / Chapter 4 - Makan siang di jumat yang Buruk

Chapter 4 - Makan siang di jumat yang Buruk

Hari jumat rasanya datang lebih cepat daripada jumat-jumat yang lalu. Hans punya perasaan tidak enak sejak ia bangun dari tidurnya, hari ini ia terlambat bangun dan begitu terburu-buru untuk menjemput Jessica dari apartemennya.

"Apa yang kau makan tadi malam sampai aku harus menunggumu pagi ini," wanita itu segera mengomel setelah menyeka sudut bibirnya. Jessica baru saja menyesaikan sarapannya saat Hans menerobos masuk apartementnya.

Biasanya Hans yang akan mempersiapkan sarapan dan mereka akan makan bersama. Tapi pagi ini Hans benar-benar kacau, setelah terlambat ia bahkan menerobos lampu merah dan hampir kena tilang. "Maafkan aku…."

"Bawa ini," Jessica melemparkan bungkusan tuperware pada Hans sebelum pria itu dapat menjelaskan. "Itu sarapanmu, makan saat kau punya kesempatan." Rupanya itu sarapan yang sudah dibungkus ke kotak bekal.

Hans tidak bisa tidak merasa tersentuh dengan perlakuan wanita itu, hal-hal buruk pagi itu terbayarkan dengan perhatian Jessica. Mereka segera berangkat ke perusahaan.

***

Begitu banyak pekerjaan hingga Hans tidak punya cukup waktu sarapan, ia menatap sedih pada bungkusan disamping meja yang belum sempat ia sentuh. ia bahkan lupa kalau makan siang kali ini adalah giliran bagi Tony.

Itu masih pukul 11.30 saat Tony muncul. Hans bahkan tidak tahu kapan pria itu masuk ke ruangan Jessica. Ia terkejut saat melihat Tony sudah duduk manis di dalam ruangan. Tony melewati meja Hans begitu saja tanpa ia sadari.

"Jadi kau benar-benar membiarkannya menerobos masuk seperti setan di siang bolong," Jessica melihat ekspresi terkejut Hans dan segera tahu kecerobohanya.

Jessica juga terkejut saat Tony masuk ke ruangannya tanpa aba-aba, ia sempat mengira yang datang adalah Hans ternyata bukan, jadi wanita itu mengabaikannya saja karena belum waktunya untuk berurusan dengan Tony.

Saat waktu tepat pukul 12 Jessica menutup map didepannya. Wanita itu meregangkan tangannya yang letih. "Tony, dimana kita akan makan kali ini?" wanita cekatan itu sudah siap dengan tas tanganya.

"Ada restoran baru yang menyewa tempat digedung milikku, kita akan makan disana hari ini." Tony menjawab wanita itu dan Jessica hanya mengangguk kecil.

Tony merangkul wanita itu untuk mengiringnya keluar dan segera ia mendapat tepasan.

"Maaf, cuaca hari ini memang cukup baik tapi bagiku cuaca seperti ini buruk. Aku sedang tidak ingin bergandengan."

"Baiklah," Tony mengalah dan membiarkan Jessica berjalan keluar mendahuluinya.

Diluar Jessica berhenti didepan meja Hans, pria itu masih belum selesai, dimeja ada berapa berkas bertebaran. "Ada apa denganmu hari ini?" wanita itu bersidekap heran, tidak biasanya Hans tidak efisien seperti ini.

Hans mendongak melihat pada wanita didepannya, "maaf sebentar lagi aku selesai."

"Kau bahkan tidak menyentuh sarapmu," mata Jessica berhasil menangkap Tupperware disisi meja yang masih terisi penuh. Jessica merasa sedikit kecewa dan kesal disaat bersamaan.

Hans merapihkan mejanya segera, "aku sudah meminta supir menunggu dibawah."

"Tidak, kuharap kau naik mobil bersamaku." Tony menyela Hans.

Hans sempat memprotes bahwa ia dan Jessica akan lebih baik berangkat dengan mobil perusahaan. Setelah beberapa wakatu mendesak Jessica, Tony berhasil. Akhirnya Tony mengemudikan mobilnya sendiri dan mengantar mereka keluar makan siang dengan Hans duduk disampingnya, sementara Jessica duduk dengan manis dikursi belakang.

Mereka sampai disalah satu gedung milik Tony. Itu adalah salah satu gedung dari kawasan elite, dimana mereka punya kompleks apartement, pusat perbelanjaan, makanan dan hiburan terbaik di kota.

Jessica masih pada perkataannya, ia tidak menggandeng siapa pun. Tidak Tony, tidak juga Hans. Jadi wanita itu hanya mengekori Tony menuju restoran dilantai atas.

Saat mereka masuk, pelayan restoran segera menyambut dan mengantarkan mereka ke sebuah ruangan. Ada jendela besar yang memperlihatkan jalanan ibu kota yang padat dengan kendaraan.

"Apa kita masuk keruangan yang salah?" Jessica merasa ragu saat melihat hanya ada 2 kursi didalam ruangan.

"Tidak kita tidak salah tempat, aku memang memesan ruangan dengan jendela besar ini." Tony menjelaskan dengan tampang polosnya, seolah bukan rencananya untuk memilih ruangan dengan hanya 2 set kursi.

"Lalu kenapa hanya ada 2 kursi?" Hans mulai merasakan sesuatu diperutnya.

"Maaf tuan, kami telah lalai dan tidak menerangkan bahwa ruangan ini memang dirancang untuk 2 orang." Pelayan restoran menjawab Hans kali ini.

"Kalau begitu ambilkan aku kursi lain." Hans memberi perintah.

"Maaf tuan tapi kami tidak punya kursi lain disini. Minggu ini kami punya banyak reservasi dan tidak ada kursi yang tersisa."

"Kalau begitu mari makan ditempat lain," Tony sudah berbalik hendak pergi saat Jessica bersuara.

"Tidak, aku suka disini," Jessica duduk dengan anggun di salah satu kursi. Matanya masih menatap pemandangan diluar seolah ada yang menghipnotisnya dari kejauhan.

Wanita itu suka sekali dengan pemandangan dari tempat tinggi. Seakan merasa tidak cukup puas padahal ia punya jendela besarnya sendiri dikantornya. "Pergilah mencari kursi dan makan, aku akan makan disini dengan Tony."

Padahal baru kemarin wanita itu mengatakan ia tidak dapat makan siang tanpa Hans, tapi hari ini ia sendiri yang mengusir Hans dari acara makan siangnya.

"Aku sangat lapar, Hans. Kau juga harus segera makan, perutmu butuh sesuatu untuk mengisinya. Pergilah..."

Mendadak Hans merasa perutnya sudah terisi dengan kenyataan buruk ini. Ia tidak punya kata-kata dimulutnya, jadi dia segera mundur dari ruang itu dengan rasa permusuhan yang kental. Hari ini ia telah dikalahkan oleh Tony.

***

Pelayan masuk dan mulai menyajikan makanan pembuka untuk mereka.

"Kau tahu dengan baik yang kusukai." Jessica memuji Tony.

Rencananya hari ini berjalan lancar, ia bahkan tidak perlu bersusah payah menyingkirkan Hans dari ruangan itu karena Hans begitu patuh pada wanitanya.

"Kau tidak berencana membuat lamaran lagi bukan?" Jessica melirik Tony penasaran, tempat sebagus ini tidak boleh disia-siakan dengan hanya dengan makan siang biasa dan Tony adalah pria dengan kejutan. Siapa yang tahu apa yang direncanakanya hari ini?

"Tidak, tidak dalam waktu dekat ini." Tony mendisinfektasi peralatan makan mereka dan meletakannya pertama di piring Jessica. "Aku sudah dua kali gagal dan saat yang ketiga kali nanti aku pastikan kau akan menerimanya."

"Jadi sekarang kau ingin bermain aman?"

"Tidak ada kata aman sebelum cincinku melingkar dijari manismu nona,"

Jessica tertawa riang, ia tidak menyesal mengeluarkan Hans hari ini. Jika Hans ada disini maka Tony tidak akan seberani ini padanya. "Hm, benarkah aku baru menolakmu dua kali?"

Wanita itu punya ingatan yang cukup bagus dan rasanya Tony sudah beberapa kali menerima penolakan darinya. Jessica selalu menghargai perasaan Tony yang berbalut rasa penuh percaya diri itu tapi belum pernah terlintas pilihan untuk membalaskan perasaan itu.

Tony membeku sesaaat, sebelum ia kembali menyusun percaya dirinya. "Aku yakin itu baru 2 kali, jika ada yang lainnya mereka tidak dapat dihitung karena aku tidak sungguh-sungguh saat itu."

"Jadi selama ini kau tidak sungguh-sungguh padaku," Jessica memasang wajah murung yang dibuat-buat. "Padahal kukira hubungan kita kedepan mungkin akan menjadi sungguhan."

Tony kehilangan kata-kata untuk menimpalinya, wanita didepannya memang sesuatu yang lain. Pria itu tersenyum bahagia, walau ia tahu Jessica hanya bercada mengenai hubungan mereka, "Aku berjanji akan lebih bersungguh-sungguh untuk mewujudkan hubungan ini menjadi sesuatu yang nyata dan bernilai abadi."

Pria ceroboh itu tampak lebih dewasa hari ini dengan kata-kata indahnya. "Aku akan menantikannya." Jessica pun mulai makan.

***

Hans masuk ke ruangan VIP ketika ia melihat pelayan keluar setelah membawa makan penutup. Saat ia membuka pintu, ia dapat mendengar tawa riang Jessica menggema dan membuatnya makin merasa cemas.

"Ku kira kalian telah selesai." Hans berdiri disamping Jessica.

"Kau disini begitu cepat, Hans." Tony menyapa pria itu.

"Kami tidak buru-buru," Jessica melahap kue coklat dipiringnya dengan tenang.

"Tidak, kami terburu-buru karena ini adalah hari jumat." Hans menimpali wanita itu.

Jessica melirik Hans tak senang dan Hans membalas lirikan itu dengan sebuah senyuman tanpa merasa takut.

Hans mengerti kalau wanita itu belum mau pergi dan benar-benar menikmati waktunya besama Tony kali ini. Itu membuat sesuatu bergejolak buruk dalam perut Hans.

"Begitukah? Kalau begitu akan akan mengantarkan kalian segera." Tony meletakan serbetnya ke meja, ia selesai dengan hidangan penutupnya.

"Tidak perlu, aku sudah memanggil kendaraan untuk menjemput kami."

Jessica juga segera menyelesaikan hidangan penutupnya, "terima kasih untuk makan siang hari ini. Aku benar-benar menikmatinya."

"Ini bukan apa-apa, lain waktu aku akan menyediakan hidangan yang lebih baik lagi dan akan sangat baik jika itu untuk makan malam." Tony mengedipkan matanya.

Jessica mengerti ajakan itu, ia tersenyum simpul dan melirik Hans yang keliahatan buruk. "Kau harus mengusahakan yang terbaik untuk itu."

Tony melirik sengit pada Hans, "selalu ada cara untuk mendapatkan kesempatan itu."

Mereka bertiga melangkah keluar dari restoran dan sampai di loby gedung itu.

Jessica menjabat tangan Tony sebagai tanda perpisahan. Dengan gentle Tony meraih tangan Jessica dan menciumnya. "Hati-hati dijalan." Tony bahkan mendahului Hans membukakan pintu mobil.

"Terima kasih," Jessica segera masuk kedalam mobil.

Hans menyikut Tony untuk menyingkir dari depan pintu, "aku meloloskanmu hari ini, tapi tidak akan ada lain kali." Hans masuk ke mobil dan meminta supir untuk segera melesat pergi.

Jessica tampak bahagia, wanita itu tersenyum sepanjang jalan.

"Apa makanannya begitu enak sehingga kau terlihat senang?"

"Makanannya tidak buruk, kau harus mencobanya lain kali."

"Aku rasa tidak akan ada lain kali, kita tidak akan pernah ketempat itu lagi."

"Kenapa tidak? Selain makanan enak, tempat dan pelayanan mereka juga cukup baik. Tidak ada salahnya untuk makan kembali disana. Ah, kau bisa pesan meja untuk makan siang minggu depan."

Dasar wanita bodoh, tidak dapatkah ia mengartikan sikap dan kata-katanya barusan, Hans memaki dalam hatinya. "Ada banyak tempat lebih baik dikota yang bahkan belum kita kunjungi, jadi tidak ada alasan untuk kembali kesana."

Jessica tidak mendebat Hans, suasana hati wanita itu cukup baik untuk membiarkan Hans.

***

Setengah hari berikutnya menjadi hari yang benar-benar kacau. Saat tiba kembali dikantor mereka kembali tenggelam dalam tumpukan pekerjaan, semua harus selesai hari ini dan tidak dapat tunda sampai dengan minggu depan.

Sore itu Hans menerima kabar bahwa sudah ada cukup banyak data pelamar yang masuk dalam seminggu itu dan ia dengan segera menghubungi bagian HR meminta salinan data untuk diperiksa. Namun mereka menolak permintaan Hans dan mengatakan bahwa ia tidak diberi otoritas atau bahkan izin untuk melihat pada masalah recruitment kali ini.

Tidak seperti kebiasaannya, ia menerobos masuk ke ruangan Jessica dan segera menyembur marah, "kenapa aku tidak boleh terlibat dalam proses seleksi masuk?"