Chereads / Gendut Is Not Problem To Be Love / Chapter 4 - GENDUT - 3

Chapter 4 - GENDUT - 3

"Aku gak tau siapa yang beruntung diantara mereka."

"Tapi ngeliat betapa romantisnya mereka berdua, aku jadi pengen gendut kayak mbak Radin, biar dapet calon seganteng Pak Albi."

- pelayan restoran

🍁🍁🍁

.

.

Radin menatap kesal kearah Albi, apa laki-laki itu mau mencari masalah dengannya? Dia bilang apa tadi, dia mau berbagi makanan dengan Radin? Apa laki-laki itu lupa atau sudah amnesia, kalau seorang Radintya Karina adalah makhluk yang paling tidak mau berbagi makanan. Apalagi makanan seenak di restoran terkenal seperti ini. Oh ya Tuhan! Itu tidak akan pernah terjadi, sampai kucing berkumis dan kodok melompat, Radin tidak akan pernah mau membagi makanannya dengan Albi.

"Enak aja! Dia pikir dia siapa?!" Gumam Radin sebal.

Radin buru-buru menggeleng kepalanya. "Enggak mau! Siapa suruh tadi kamu nggak pesan makanan sendiri!" jawab Radin tak mau kalah. "Kalau mau makan, pesan aja sana! Gak usah ganggu ganggu makanan yang aku pesan!"

Radin berdiri dari duduknya, lalu menatap Albi tajam. "Lebih baik kita pisah meja aja deh, dari pada kamu makan, makanan yang aku pesen." Kata Radin seraya beranjak dari kursinya.

Albi membelalak terkejut, untuk sesaat ia hanya diam. Ia pikir Radin hanya bercanda saja, tapi tidak! Oh Tuhan!Wanita itu benar-benar beranjak dari kursinya dan berniat meninggalkan Albi sendirian di meja itu. Untung saja Albi dengan cepat mencengkeram tangan Radin agar perempuan itu tidak pergi dari sana.

"Tunggu!" Cegah Albi.

"Oke oke, Aladinnya Albi, si penggila makanan, aku nggak bakal minta makanan kamu, puas? Jadi nggak usah pakai pisah-pisah meja segala, oke?" ujar Albi sedikit frustasi menghadapi wanitanya ini.

Bayangkan saja, dari sekian banyak wanita yang pernah berkencan dengannya, Radin satu-satunya wanita yang berdebat dengannya hanya karena tidak mau berbagi makanan.

Astaga! Dia ini pria terkaya loh! Direktur dari PT. Permana dengan gaji puluhan juta rupiah perbulan, dia bukan seroang peminta-minta yang sedang meminta untuk di beri makanan oleh Radin. Kalau mau, bahkan dia bisa membeli seluruh restoran itu sekarang juga. Radin-nya, memang benar-benar luar biasa!

Sementara itu, beberapa pelayan yang tak sengaja melihat adegan dramatis itu, menahan senyum melihat wajah frustasi Albi.

"Aku gak tau siapa yang beruntung diantara mereka." Kata salah seorang pelayan yang tengah mangamati Albi dan Radin secara diam-diam. "Tapi ngeliat betapa romantisnya mereka berdua, aku jadi pengen gendut kayak mbak Radin biar dapet calon seganteng Pak Albi." Kata pelayan itu tersenyum malu-malu.

"Hush! Kamu ini ngayal banget!" Tegur rekannya. "Menurut aku sih, Mbak Radin yang beruntung punya calon seganteng Pak Albi."

"Kata siapa? Justru menurut aku, Pak Albi yang beruntung dapat wanita secantik, sebaik Mbak Radin, walaupun dia sedikit emmm gendut." Protes pelayan itu.

"Udah ah, jangan ngegosip terus, nanti ketahuan bisa di pecat kita." Kedua pelayan itu segera pergi ke dapur.

Sementara itu, Radin tersenyum menang, lalu kembali duduk di kursinya. Suasana sempat hening beberapa saat, namun tak bertahan lama karena Radin tak tahan terjebak dalam suasana canggung seperti sekarang dan segera mencari cara untuk memecah keheningan di antara mereka, dengan berbagai pertanyaan.

"Setelah aku lihat-lihat, kok sedari tadi nggak ada pengunjung lain di restoran ini. Kamu nggak booking restoran ini kan, Ab?" tanya Radin seraya mengedarkan pandangannya ke sekelilingnya, berharap ia akan menemukan manusia lain di dalam restoran itu selain mereka berdua, dan tentunya juga selain para pelayan.

"Hmmm." Jawab Albi sambil mengangguk.

"Hmmm apa? Jawab yang bener."

"Iya, aku booking."

"Serius?"

"Iya, Aladinku tecinta, aku booking restoran ini," jawab Albi gemas. Albi berniat mencubit pipi Radin, tapi keinginannya ia tahan, takut wanita itu akan kesal padanya dan meminta untuk pisah meja seperti beberapa menit yang lalu. "Tahan Ab, tahan. Meskipun si gembul sangat-sangat menggemaskan." Gumam Albi di dalam hatinya.

"Buat apa kamu buang-buang uang membooking tempat ini hanya untuk kita berdua?" tanya Radin dengan tatapan sulit percaya atas apa yang dilakukan oleh pria di depannya ini.

"Buat menyenangkan hati wanitaku." Jawab Albi seraya melepas jasnya dan menyampirkannya di kursi yang ia duduki.

"Ini namanya buang-buang uang, Ab! Bukan menyenangkan hati." Sela Radin dengan nada ketus.

"Astaga! Aku nggak akan jatuh miskin hanya karena membooking restoran ini untuk istriku." Jawab Albi membanggakan dirinya.

"Tolong di garis bawahi Bapak Albi Permana yang ganteng, CALON!" Sela Radin membenarkan ucapan Albi sebelumnya. Bahwa ia belum menjadi istri Albi, tapi calon istri.

Tokkk! Tokk! Tokk!

Radin yang tengah terkikik geli mengingat acara makan malamnya dengan Albi beberapa minggu yang lalu, segera tersadar dari lamunannya begitu ia mendengar suara ketukan di pintu kamarnya. Suara Randana yang tengah memanggilnya terdengar dari luar sana.

"Mbak Radiiiin...!" teriak gadis kecil itu.

"Masuk aja, Dek, pintunya nggak di kunci." Perintah Radin.

Tak berapa lama kemudian, pintu kamar Radin di buka dari luar, memperlihatkan Randana yang tengah berdiri di depan pintu kamarnya dengan tangan yang terlipat di bawah dadanya. Sementara mata abu-abu gadis itu, kini menatap Radin serius.

"Kenapa, Dek?" tanya Radin bingung melihat Randana hanya diam di depan pintu kamarnya dengan wajah yang bisa di bilang, sangar.

"Aku cuma mau ngingetin Mbak. Pokoknya Mbak harus siap-siap karena aku bakal rebut Mas Albi dari Mbak. Oke?!" Ujar gadis itu lalu pergi meninggalkan kamar Radin.

"Heh?"

"Hahahaha."

Sesaat Radin hanya diam saja mencerna apa yang baru saja ia dengar dari Randana, namun beberapa detik kemudian, Radin tertawa terbahak-bahak membayangkan kekesalan adiknya itu.

Ia tahu, Randana sangat-sangat kesal saat pertama kali Albi datang ke rumah mereka, dan memperkenalkan dirinya sebagai kekasih Radin. Bahkan, Randana secara terang-terangan mengaku di depan Albi, bahwa ia akan merebut Albi dari Radin.

"Mas Albi, pokoknya aku suka sama Mas! Kalau aku udah gede nanti, aku bakal rebut Mas Albi dari Mbak Radin, titik!" Begitulah yang Randana katakan pada Albi.

Albi sempat kaget, kemudian tertawa geli mendengarnya, dan menjawab, "Oke, Mas tunggu ya. Mas juga nggak sabar di rebut sama kamu." Ujarnya seraya mencubit pipi Randana.

Randin kembali tertawa geli mengingat kejadian itu, ia baru bisa menghentikan tawanya ketika sebuah pesan masuk ke dalam ponselnya. Radin segera menatap layar ponselnya, nama PangeranAlbi lah yang tertera di layar ponselnya. Menggelikan melihat nama Albi di kontaknya, pria itu sendiri yang menulis namanya di ponsel Radin. Dan kalau Radin mengubahnya, katanya bakal dihukum.

From PangeranAlbi. "Goodnight sweet heart, aku udah nyampe di rumah, lagi pakai baju, nih bentar lagi mau pakai celana. Dan bentar lagi, aku mau mikirin kamu:*:*"

"Dasar mesum." Gumam Radin setelah ia selesai membaca pesan dari Albi. Radin segera menyimpan ponselnya di atas nakas, lalu segera memejamkan matanya karena sekarang sudah pukul dua belas malam.

***

Happy Reading Girls....